9. Shallow

7 2 2
                                    

Tiga menit berlalu semenjak Laufey melepas energi sihir 'tak terbatasnya. Meksipun disebut 'tak terbatas, dia hanya mengeluarkan kapasitas maksimal energi sihir yang dia miliki. Dan menggunakannya dalam lima menit biasanya cukup untuk melumpuhkan musuh yang tidak bisa dia kalahkan dengan kekuatan fisik saja.

Laufey mundur cukup jauh. Napasnya tersengal. Keringat yang bercucuran pada bagian wajah dia seka menggunakan lengan tangan. Bertarung tiga menit dengan lawan seimbang terasa seperti bertarung seharian tanpa henti. Berbagai serangan tiba-tiba yang dia lancarkan selalu bisa ditahan maupun ditolak. Sihir es yang sesekali dilontarkan Leticia di tengah serangan juga sering memaksanya dalam posisi bertahan.

Sekarang setelah pandangannya tidak terpaku pada Leticia dan tombak terkutuk itu, Laufey bisa melihat sebagian tanaman di sekitarnya layu dan sebagian lainnya membeku dalam kristal es. Pijakan batu di tengah taman sudah tidak terbentuk lagi.

"Sudah bertarung separah ini, sengaja melepas energi sihir, berhasil memancing musuh agar menggunakan seluruh kekuatannya, tapi bantuan belum datang juga?" keluh Laufey. Pandangannya mengedar dari istana yang sepi, menuju gerbang-gerbang benteng yang tertutup. Gigi-giginya bergemeretak. "Padahal nggak ada penghalang sihir. Masa orang-orang di luar istana nggak ada yang sadar? Haruskah kupancing sang putri ke alun-alun sekalian?"

Laufey mendesis. Dia merasakan sengatan yang tiba-tiba muncul pada bagian kaki. Ketika dia periksa, ada sobekan kecil pada celana dan menembus paha. Pada luka sayatan itu, ada kekuatan jahat yang turut menempel.

Sihir pemulihan segera diaktifkan. Karena sudah melepas pembatas sihir, Laufey tidak perlu lagi memanggil sigil. Sihir cahaya miliknya pada dasarnya memiliki atribut cahaya suci dan penyembuhan. Kemampuan ini dia pelajari ketika bertarung dengan Musuh Kegelapan. Luka gores kecil itu bisa dia sembuhkan tanpa meninggalkan bekas, yang juga berpengaruh ke luka-lukanya yang lain. Begitu juga dengan kekuatan jahat yang menghilang sepenuhnya.

Baru saja bernapas lega, dia harus menggenggam pedangnya lagi dan menggunakannya untuk bertahan dari mata rantai Leticia. Akan tetapi, perhitungannya salah. Mata tombak itu berhasil terhalau dan menancap tanah di sampingnya. Dari mata tombak itu, muncul es yang membekukan tanah di sekitarnya. Kedua kakinya yang letaknya paling dekat juga membeku karenanya.

Mata tombak yang tertancap, ditarik dengan cepat. Laufey menggunakan sarung pedangnya untuk menghalau mata tombak itu dari menggores kakinya. "Karena pengaruh tombak itu, kau nggak bisa merasa capek, ya?" gumamnya. Hujan jarum es kembali menyerangnya. Kaki yang terbelenggu dalam es membuat tubuhnya bergeming. Namun, itu bukan halangan.

Matahari bersinar dengan cerah tanpa ada awan mendung yang menghalangi. Laufey bisa merasakan kehangatannya menjalar ke seluruh tubuhnya yang basah oleh keringat. Dengan cahaya yang tumpah ruah, Laufey menciptakan sebuah perisai di depannya. Seluruh hujan jarum Leticia lenyap ketika membentur perisai itu. Sayangnya, perisai semacam itu hanya bisa dia dapatkan ketika mendapat pencahayaan yang banyak.

"Sekarang, gantian, ya! Kaulah yang harus lebih banyak bergerak." Laufey bertekad untuk mengambil jeda istirahat, bagaimanapun caranya. Dia melihat banyak peluang dengan kristal es dan embun di sekitarnya.

Agar kristal-kristal es itu tidak hancur ketika terkena serangannya, sebuah ide tebersit dalam pikirannya. Pedang di tangan, dia lepaskan. Lima bola putih seukuan bola pingpong yang tercipta dari sihir melayang-layang di atas telapak tangan.

Satu bola dia lepaskan ke arah sebuah kristal, yang lalu memantul ke kristal lainnya, dan terus memantul hingga mengarah ke Leticia. Meksipun bisa ditahan atau ditebas, bola putih itu akan berubah menjadi cahaya yang menyilaukan mata. Tepat saat itu terjadi, serangan lanjutan berupa sabit cahaya datang.

Spear Wielder: Pengguna Tombak (Segera Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang