Berjalan di kegelapan tanpa ujung, itulah yang dirasakan Laufey. Dibilang berjalan pun sepertinya kurang tepat. Dalam kegelapan ini, dia mungkin sedang melayang. Sulit untuk merasakan pergerakan indera-inderanya dalam kegelapan tanpa batas. Berapa lama dia di sana? Dia tidak tahu. Dia sudah lama berhenti menghitung waktu.
Setitik cahaya tiba-tiba terlihat. Semakin lama, titik itu semakin membesar, membentuk sebuah pintu. Entah yang mendekat dia atau pintu itu, hingga besarnya pintu itu serupa dengan pintu rumah. Sempat ragu untuk membukanya, tetapi dia tetap melakukannya. Ada harapan bahwa pintu itu akan membawanya keluar dari kegelapan ini.
Harapan tetaplah asa.
Pintu terbuka dan cahaya putih terhampar luas. Sama seperti kegelapan, di ruang cahaya itu tidak memiliki dinding, lantai, maupun langit-langit. Setidaknya, dia bisa melihat sekelilingnya, termasuk merasakan pergerakan tubuhnya. Pintu masuk tadi menghilang ketika dia menoleh ke belakang. Tidak ada pilihan lain selain terus maju.
Dalam ruangan putih itu, ada banyak gelembung beterbangan. Sebuah gelembung pecah setelah tidak sengaja mengenai tubuhnya. Saat itu terjadi, sebuah memori terlintas dalam kepalanya.
Tampak seorang gadis muda, berdiri gelisah. Laufey kenal gadis itu dan situasi yang akan dia hadapi.
"Aku ingin mengakhiri hubungan kita," ucap gadis berambut lurus.
Ketika menghadapi monster atau penjahat, dia bisa saja bersikap sadis. Namun, sikapnya akan berubah 360° menjadi seorang lelaki yang peyanyang, lemah lembut, dan tidak akan pernah berani meninggikan suara kepada lawan jenis.
Dia tidak pernah menyangka, perlakuannya akan diakhiri semudah itu oleh orang yang dia kasihi. Saat itu, gadis itu memutuskannya karena menemukan seorang laki-laki yang menyerupai seorang bintang idola.
Kejadian putus cinta yang pertama itu membuatnya jatuh sakit selama beberapa bulan. Dia juga hampir terkena sakit kronis karena hal itu.
Mungkin sebagian orang di luar sana akan menganggapnya lelaki lemah, tetapi dia tidak bisa menampiknya. Entah mengapa, dia sangat lemah terhadap perempuan. Dia sangat mudah jatuh hati pada seorang perempuan yang masuk kriteria gadis idamannya, tetapi juga mudah untuk jatuh sakit ketika disakiti oleh makhluk yang sama.
Keluar dari memori itu, gelembung lain datang dan menubruknya. Dia kembali dihadapkan pada sebuah kejadian menyakitkan lain.
"Aku ingin kita putus." Kali ini, seorang gadis berambut keriting gantung yang bicara.
"Kenapa …?"
"Aku sudah nggak cinta lagi sama kamu."
"Apa …?"
"Yeah! Awal-awal, aku sangat ingin bersamamu. Kamu sangat baik dan aku sangat suka perlakuanmu yang sangat romantis. Tapi, semakin ke sini, aku merasa bosan. Jadi, kita putus saja, ya."
Sampai kini, Laufey tidak memahami cara berpikir gadis itu. Menurutnya, sikapnya yang meratukan gadis yang ia pacari seharusnya bisa membuat gadis itu bertahan lama. Setidaknya, cukup sebagai bahan pertimbangan untuk mengesahkan hubungan dalam jenjang pernikahan.
Kejadian putus satu ini ini menjadi acuannya terhadap setiap kisah putus cinta selanjutnya. Tetap saja, setiap diputuskan seorang gadis, dia akan merasa sakit. Saat itu pula, dia akan berjanji pada diri sendiri untuk tidak mencintai gadis lain. Meskipun setelah diputuskan, dia masih merasakan sayang kepada sang mantan. Dan perasaan sayang itu baru akan hilang ketika kekasih baru datang.
Selama beberapa kali menjalin kasih, dia tidak pernah menjadi yang pertama memutus hubungan. Seolah memiliki kutukan, dia selalu bertemu seorang gadis yang masuk dalam kategori gadis idaman, tidak lama setelah merasakan putus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spear Wielder: Pengguna Tombak (Segera Dibukukan)
FantasyLaufey dan Tirta, dua pemuda yang berbeda tujuan, tetapi dihadapkan pada polemik yang sama. Yaitu, mengadapi kekuatan jahat yang menyerang Kerajaan Elpana. Di tengah teror kekuatan jahat, mereka harus mengalahkan sang Pembawa Bencana yang telah memp...