Para penjelajah menggantungkan arloji emas di bagian tubuh yang mudah dilihat. Siapa pun yang melihat arloji itu, tidak perlu mengkhawatirkan kekuatan yang mereka miliki.
"Jadi, di sinilah asal kekuatan mengerikan itu," ucap pria berbadan besar yang membawa perisai dan pedang.
"Dari jauh saja sudah terasa menyesakkan, berada di dekatnya makin membuatku mual," keluh seorang pria yang membawa pedang sebesar tubuhnya.
"Yuk, kita selesaikan secepat mungkin. Kasihan Putri Leticia, jiwanya pasti tidak tenang karena ada makhluk lain yang merasuki jasadnya."
Seorang wanita yang paling berwibawa menepuk tangan sekali. "Nah, kalian, segera ke posisi masing-masing! Kita punya banyak kerjaan yang harus diselesaikan. Dan kau ...." Dia menoleh ke arah Tirta. "Kau beruntung karena kekuatan itu belum menelanmu. Pergilah ke tempat perlindungan sekarang juga. Biar kami yang mengurus tempat ini."
Tirta memandangi satu per satu orang yang datang. Tidak satu pun dari mereka yang meremehkan Leticia. Kegugupan tersirat pada raut muka mereka di antara keinginan kuat untuk mengalahkan wanita itu.
Pandangannya lalu terpaku ke seorang gadis. Dia ingat betul ciri-ciri fisik gadis itu. Gadis yang pernah memberinya buff ketika melawan Perampok Cerdo berdiri di barisan paling belakang dengan tongkat sihirnya.
Tirta berjalan mendekati gadis berambut sebahu itu. "Hei, kamu …. Bisa bicara sebentar?"
Gadis itu membuka bibirnya lebar-lebar ketika melihat Tirta. "Kamu yang melawan Cerdo waktu itu, 'kan? Aku tidak menyangka akan melihatmu di sini."
"Chelia, segera bergabung selesai bicara," ucap sang wanita berwibawa, "yang lainnya, ayo lakukan seperti biasa. Anggap Putri Leticia seperti bos dungeon tingkat atas. Tidak peduli sekuat apa, dia pasti bisa ditumbangkan!"
Kelompok penjelajah itu bergerak secara berurutan. Tiap-tiap dari mereka segera memosisikan diri menyesuaikan peran masing-masing.
Tidak ingin membuat gadis di depannya menunggu, Tirta segera bicara langsung ke intinya. "Aku hanya ingin tanya: apa buff yang kauberikan padaku waktu itu belum kauangkat?"
"Ah, aku tidak paham. Buff apa?"
"Setelah pertarungan waktu itu, aku merasa aneh pada diriku sendiri. Kekuatan fisikku meningkat dan tiba-tiba saja aku bisa sihir sederhana."
"Maaf, tapi aku benar-benar tidak paham. Aku cuma bisa buff penguatan sementara. Batas maksimal waktunya juga cuma lima belas menit. Setelah itu, buff secara otomatis hilang."
Tirta tidak melihat tanda-tanda berbohong pada gadis itu. Dan, tidak ada manfaat apa pun bagi gadis itu untuk menipunya. "Kalau bukan kamu, lalu dari mana …?"
"Kalau kamu tidak keberatan, aku bisa menelusuri asal buff atau sihir yang bukan milikmu. Kalau memang yang kauceritakan tadi berasal dari luar tubuhmu, aku mungkin bisa mencari tahu."
"Sungguh?"
Gadis itu mengangguk. "Diamlah beberapa waktu. Akan kucoba melakukannya saat ini juga. Maaf, sebelumnya, akan kupegang kepalamu."
Tirta bergeming ketika gadis itu menekan dahinya dengan jari telunjuk. Netra gadis itu seperti bersinar, dan bagian kening yang ditekan terasa panas. Rasa panas itu menghilang setelah gadis itu menarik telunjuknya.
Raut muka gadis itu berubah murung. "Maaf sebelumnya, aku tidak bisa melakukannya. Sepertinya asal buff yang kamu maksud berasal dari kekuatan yang tidak bisa kulacak. Tapi, kalau kamu benar-benar penasaran, aku punya kenalan di Yuemeda. Dia penyihir kuat. Dia pasti bisa membantumu." Gadis itu menuliskan nama dan alamat pada secarik kertas. Diberikannya kertas itu kepada Tirta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spear Wielder: Pengguna Tombak (Segera Dibukukan)
FantasíaLaufey dan Tirta, dua pemuda yang berbeda tujuan, tetapi dihadapkan pada polemik yang sama. Yaitu, mengadapi kekuatan jahat yang menyerang Kerajaan Elpana. Di tengah teror kekuatan jahat, mereka harus mengalahkan sang Pembawa Bencana yang telah memp...