4. Yang Tersembunyi

8 2 4
                                    

Laufey sedang sarapan di kedai seberang ketika melihat Tirta dan Yoga keluar dari toko perlengkapan armor. Pancaran energi pemuda bermata panda itu lebih kuat dabanding beberapa hari lalu. Tanpa menggunakan penglihatan khususnya, dia bisa menduga pemuda itu sudah lebih kuat.

Saku kemejanya tiba-tiba bergetar. Dia keluarkan sebuah alat komunikasi seukuran genggamannya. Bagian sisinya dia pisahkan dan dia tempelkan ke lubang telinga. "Ya, Wel! Ada apa?" tanyanya. Tidak perlu menduga-duga identitas yang tengah memanggilnya. Karena alat itu hanya bisa menerima dan menelepon satu alat lain yang sudah saling dikaitkan dengan frekuensi tertentu.

"Lagi sarapan di kedai depan, 'kan? Lihat orang yang baru keluar toko?" ucap pemuda di seberang telepon.

Laufey kembali memandang toko perlengkapan armor. Orang yang meneleponnya sedang merapikan beberapa barang di etalase. "Aku melihatnya. Dia satu truk denganku saat kejadian nahas itu terjadi, sekaligus target yang pernah kauintai dua minggu penuh. Kau mau aku melakukan sesuatu kepadanya?"

"Bukan itu. Ah, aku akan ke tempatmu." Komunikasi diputus.

Beberapa menit kemudian, orang yang menelepon sudah ada di hadapan Laufey. "Bagaimana kesanmu saat pertama kali melihat orang itu?" Sang pramuniaga yang tadi melayani Tirta langsung bertanya begitu duduk di kursi seberang meja. Posisi bangku Laufey yang jauh dari para pelanggan membuatnya bisa mengeluarkan isi pikirannya dengan bebas.

"Kalau yang kaumaksud adalah orang yang bernama "Tirta", aku nggak merasakan apa pun kalau Cerdo nggak muncul. Sebagai petarung, dia lumayan hebat. Aku malah penasaran .... Karena kau waktu itu muncul setelah pertarungan berakhir, apa kau sudah memprediksi kemunculan Cerdo?"

Welix, sang pramuniaga, menggeleng pelan. "Saat itu, aku berhasil menjebak salah satu petinggi Cerdo. Mungkin saat sedang menginterogasinya, kau tengah bertarung dengan mereka. Dan, karena jarak yang terlampau jauh, aku terlambat datang."

Hari itu, begitu pertarungan berakhir, ketika Laufey masih syok atas kematian seorang penumpang, Welix datang. Pemuda itulah yang melakukan sihir manipulasi memori agar sosok Laufey tidak ada lagi dalam ingatan orang-orang yang selamat.

"Sebenarnya, apa yang sedang kaukerjakan? Kenapa aku juga harus main kucing-kucingan meski sudah sah jadi penjelajah di benua ini? Dan, aku ingin dengar segala hal yang kautahu tentang Cerdo."

Welix menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Matanya terpejam beberapa saat, dan ketika terbuka, ada pantulan kemantapan hati dalam sorot matanya. "Semua pertanyaan itu mengarah ke satu hal: menelusuri jejak serpihan kekuatan jahat yang ditinggalkan Musuh Kegelapan. Setelah kita berhasil mengalahkan sang Musuh Kegelapan, aku mencari-cari serpihan yang mungkin dia tinggalkan. Hasilnya, serpihan-serpihan itu banyak dimanfaatkan oknum tertentu. Yang kemudian digunakan untuk mengendalikan kerajaan-kerajaan di benua ini, dari balik layar."

"Maksudmu, karena kita telah mengalahkan Musuh Kegelapan, orang-orang yang memiliki serpihan-serpihan itu kemungkinan sudah mengantongi identitas kita?"

"Belum. Tapi, mereka tahu pelakunya merupakan penyihir hebat yang berasal dari benua kita, Benua Walors. Makanya, bagi setiap penyihir yang datang ke benua ini, akan dicurigai. Dan agar serpihan kejahatan yang mereka miliki tidak musnah, setiap penyihir yang mereka tangkap akan menjalani eksperimen untuk menjadi wadah dari kekuatan jahat itu. Pemimpin Cerdo yang kaukalahkan kemarin adalah salah satu contoh kesuksesan eksperimen itu."

Tangan Laufey mengepal erat. Pernyataan Welix telah menjawab alasan di balik perbuatan penyihir itu yang memintanya untuk segera pergi dari benua ini. "Kalau kau punya bukti yang kuat soal itu, akan lebih baik kalau kita langsung menghancurkan serpihan itu, 'kan? Anak-anak kelompok kita pasti juga setuju untuk melakukan itu."

Spear Wielder: Pengguna Tombak (Segera Dibukukan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang