Warna jingga yang mulai menggusur langit biru menjadi pertanda untuk Mimi pulang.
Sebagai putri satu-satunya seorang marquis, Mimi memiliki keterbatasan waktu dalam bermain. Orang tuanya selalu mengirim seorang sopir ketika jam pulang tiba. Dan lima belas menit lalu, Mimi mendapat telepon dari sopirnya, yang lalu dia minta untuk menunggu di depan Kavinar.
"Hon, kamu merasa ada yang mengikuti kita?" tanya Mimi, setelah keluar dari area istirahat.
"Sebenarnya, aku sudah menyadari itu sejak dari alun-alun. Tapi, nggak aku bahas karena kukira kamu nggak sadar. Atau malah menganggapnya sebagai kegiatan penggemar rahasia?" gurau Laufey, mencoba mencairkan suasana. Kebahagiaan tidak lagi tampak pada raut muka Mimi semenjak mulai bercerita tentang penguntit.
"Kalau penguntitnya orang biasa, dia pasti sudah tertangkap para penjaga. Setelah kuceritakan masalah penguntit itu, ayah memberiku beberapa penjaga untuk melindungiku."
"Sejak kapan kamu merasakannya? Apa dia cuma mengawasimu saja?"
"Seminggu terakhir, aku sering merasakan ada yang mengawasi gerak-gerikku selama di luar rumah. Saat kuceritakan dengan teman-teman sebangsawan, mereka juga merasakan hal sama. Malahan, ada yang mendapat teror. Aku takutnya teror itu juga akan datang padaku suatu hari nanti."
Kening Laufey mengernyit. Orang yang sedari tadi mengikutinya memiliki hawa keberadaan yang sangat tipis. Sulit baginya mencari tahu identitas sang pelaku di antara ratusan pengunjung Kavinar.
Tidak seperti para bangsawan yang memiliki energi sihir dalam tubuh mereka, atau aura kekuatan fisik yang bisa dilihat dari bagian tubuh hasil latihan keras. Bahkan orang yang malas bergerak dan tidak punya sihir masih bisa dirasakan keberadaannya.
Laufey mulai mengerucutkan pelaku penguntit sebagai seorang spesialis. Bukan tidak mungkin, orang itu merupakan penjahat. "Jadi, korban terornya siapa? Seberapa parah …?" tanyanya memastikan.
"Korbannya adalah putri seorang duke. Mobilnya beberapa kali dilempari batu. Pernah ada yang mencoba memaksa naik. Tapi, untung sopirnya yang mantan tentara bergerak dengan sigap."
"Dan, orang itu tidak pernah tertangkap?"
Mimi mengangguk. "Tidak satu pun penguntit yang tertangkap. Maka dari itu, aku selalu ketakutan. Tapi, setelah kamu kembali dari misi jauhmu, aku merasa jauh lebih tenang. Kuharap kamu tidak mengambil misi jauh-jauh lagi."
Laufey hampir meleleh mendengar harapan yang disandarkan Mimi kepadanya. Kata-kata itu terdengar romantis di telinganya, yang dia sendiri sudah lama melupakan perasaan diinginkan sebesar itu. "Aku juga tidak punya keinginan untuk jauh-jauh lagi darimu, Mi!"
Sebuah mobil terparkir tepat di tempat naik-turun penumpang. Mudah untuk menemukan kendaraan pribadi karena warga biasa tidak akan mampu memilikinya disebabkan harganya yang mahal. Sang sopir juga sudah menunggu, siap membukakan pintu, bersama seorang wanita yang merupakan asisten pribadi Mimi.
Laufey menghentikan langkahnya, yang lalu diikuti Mimi. Dalam penglihatannya, ada aura tidak menyenangkan sekaligus familier pada sang sopir. "Dia beda dari yang terakhir kulihat. Sopirmu maksudku."
"Oh, Pak Fidel, sopir lamaku, terpaksa dipensiunkan dini. Beliau mengalami cedera parah pada tangan dan kaki ketika mengurus seekor kuda yang tiba-tiba mengamuk. Lalu, Pak Fidel mengirim Nacio, putra tengahnya, sebagai penggantinya."
Mimi melangkah terlebih dahulu menuju mobil, yang segera disambut asisten pribadinya, Verena. Wanita paruh baya itu juga mengangguk senang pada Laufey yang mengekor. "Sudah lama, saya tidak melihat Tuan Laufey," sapanya.
"Senang melihatmu, Verena. Parasmu kelihatan semakin muda setiap pertemuan kita."
Verena tersenyum. "Sungguh, kalau Nona Mimi bersama Tuan Laufey, saya merasa tenang. Saya selalu menyertakan Anda dalam doa agar bisa hidup bersama Nona."
KAMU SEDANG MEMBACA
Spear Wielder: Pengguna Tombak (Segera Dibukukan)
FantasiLaufey dan Tirta, dua pemuda yang berbeda tujuan, tetapi dihadapkan pada polemik yang sama. Yaitu, mengadapi kekuatan jahat yang menyerang Kerajaan Elpana. Di tengah teror kekuatan jahat, mereka harus mengalahkan sang Pembawa Bencana yang telah memp...