BAGIAN 05

5.1K 306 5
                                    

Helaan napas pelan terdengar dari bibir tipis seorang remaja perempuan berusia 12 tahun yang sedang berdiri sendirian di halaman depan sebuah mansion yang terkesan besar, mewah, dan sangat luas.

Helaan napas pelan terdengar dari bibir tipis seorang remaja perempuan berusia 12 tahun yang sedang berdiri sendirian di halaman depan sebuah mansion yang terkesan besar, mewah, dan sangat luas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Remaja perempuan itu bernama Xavera Falyne Melooze, atau biasa dipanggil dengan nama Xavera, anak bungsu dari Keluarga Melooze yang sejak kecil dibenci oleh keluarganya tanpa sebab.

Remaja perempuan itu bernama Xavera Falyne Melooze, atau biasa dipanggil dengan nama Xavera, anak bungsu dari Keluarga Melooze yang sejak kecil dibenci oleh keluarganya tanpa sebab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sepertinya drama baru akan dimulai," gumam Xavera pelan. Tangan kanannya meremas tali tasnya dengan erat untuk melampiaskan perasaan takut dan cemas yang sebenarnya sudah biasa ia rasakan.

"Harusnya aku nggak takut lagi sama mereka karena udah terbiasa. Tapi tetep aja aku kesel karena mereka lebih percaya sama Nanas busuk dari pada sama aku, anak dan adik mereka," lanjut Xavera.

Setelah menarik napas, Xavera pun mulai berjalan pelan untuk memasuki mansion yang ada di hadapannya. "Kadang aku kepikiran, sebenernya aku ini anak kandung atau anak angkat mereka?"

***

"Hahahaha!"

Suara tawa renyah terdengar dari arah ruang keluarga, membuat Xavera yang baru saja masuk ke dalam langsung menghentikan langkahnya di ambang pintu dan kembali menghela napasnya.

"Jadi karena itu kamu marah sama Abang Liel dan Abang Sean? Hanya karena permen kapas?"

Xavera menolehkan kepalanya kearah ruang keluarga dimana ada Nanaza dan kedua Abangnya yang sedang duduk sambil bercanda ria tanpa memikirkan perasaannya saat melihat mereka.

"Jangankan anak kandung, kayaknya nasib aku lebih buruk dari anak angkat. Mungkin aja, aku lebih cocok kalo jadi anak pembantu mereka dari pada anak kandung mereka," batin Xavera miris.

"Ihh, bukan itu!" seru Nanaza dengan kesal, membuat kedua Abang Hanzel sontak terkekeh gemas melihatnya dan mencubit kedua pipi Nanaza dengan pelan agar Nanaza tidak merasa sakit.

"Terus, kalo bukan karena itu karena apa, hm? Kenapa kamu tiba-tiba marah sama Abang Sean?" tanya seorang pemuda tampan yang memiliki wajah soft, Seanza Loren Arezzo, Abang kedua dari Xavera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Terus, kalo bukan karena itu karena apa, hm? Kenapa kamu tiba-tiba marah sama Abang Sean?" tanya seorang pemuda tampan yang memiliki wajah soft, Seanza Loren Arezzo, Abang kedua dari Xavera.

"Terus, kalo bukan karena itu karena apa, hm? Kenapa kamu tiba-tiba marah sama Abang Sean?" tanya seorang pemuda tampan yang memiliki wajah soft, Seanza Loren Arezzo, Abang kedua dari Xavera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Itu...itu karena-" Nanaza menggantung ucapannya di udara saat matanya tidak sengaja menangkap sosok Xavera yang tengah berdiri di ambang pintu sambil memperhatikan kegiatan mereka bertiga.

Xavera yang sadar jika keberadaannya disadari oleh Nanaza pun ingin segera pergi dari sana. Namun, belum sempat Xavera melangkah menaiki anak tangga, Nanaza sudah lebih dulu memanggilnya.

"Xavera!" seru Nanaza dengan sangat kencang. "Xavera masih marah, ya, sama Nana karena Nana nggak sengaja bikin baju Xavera basah kena kuah soto Nana?" lanjut Nanaza dengan sok sedih.

"Kuah soto?" tanya Zelian Loren Arezzo, Abang pertama Xavera dengan terkejut. Namun, Xavera hanya acuh dan sedikit terkekeh sinis. Ia tidak menatap mereka sedikit pun, hanya diam di tempatnya.

"Iyaa, tadi waktu di kantin, Nana nggak sengaja nabrak Xavera dan bikin kuah soto yang Nana bawa tumpah," jawab Nanaza dengan kepala yang menunduk kebawah, melihat lantai ruang keluarga.

"Apaa! Tapi, tapi kamu nggak papa 'kan? Nggak ada yang sakit 'kan?" tanya Sean dengan khawatir. Bahkan, ia sampai menelisik setiap inci tubuh Nanaza untuk memastikan jika Nanaza baik-baik saja.

Xavera terkekeh pelan saat mendengar kepanikan Sean. Sebenarnya, hal itu sudah biasa Xavera rasakan. Namun, hati Xavera selalu saja terasa sakit jika hal itu kembali terulang di hadapannya.

"Benar-benar Abang yang bodoh, padahal jelas-jelas yang kena kuah soto punya dia itu aku bukan dia. Tapi tetep aja dia yang dikhawatirin sama mereka bukan aku," batin Xavera dengan miris.

"Nana nggak papa kok, Bang. Tapi Xavera-"

"Syutt! Kamu nggak usah peduliin dia. Anak nggak tau diri kayak dia, emang pantes dapet itu semua," potong Sean cepat. Ia bahkan melirik sinis kearah Xavera yang masih sama, hanya berdiri.

"Cih, dasar bodoh!"

Jleb!

Setelah mengatakan itu, Xavera pun melanjutkan langkahnya dalam menaiki anak tangga untuk pergi ke lantai dua dimana kamarnya berada. Ia terlihat tidak peduli saat Sean dan Lian menatapnya.

"Apa dia selalu seperti itu?" batin Sean heran saat Xavera yang biasanya bersikap manis kepadanya tiba-tiba berubah menjadi ketus dan dingin, tidak seperti Xavera yang ia kenal sebelumnya.

"Bodoh? Dia pikir dia pintar?" batin Lian sinis. Meski begitu, Lian juga tidak terima saat Xavera mengatainya bodoh. Padahal, nilai Lian selalu bagus di sekolah, entah itu nilai akademik atau non-akademik.

***

Bersambung...

Maap aku telat update...
Harusnya kemarin, tapi karena sibuk jadi aku update hari ini ehey...

Maap, ya...

Gimana pendapat kalian sama chapter kali ini?

Jadi Sepupu AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang