Di depan pintu kamar, Abecca menangis terisak-isak dengan ditemani oleh Mike di sampingnya. Sedari tadi, Abecca tidak kunjungan berhenti menangis saat rasa bersalah terus berputar di kepalanya.
"Ini semua salahku, Mike. Gara-gara hal bodoh yang aku lakukan, Alucca...Alucca takut denganku, Mike," kata Abecca di sela-sela isakannya. Sungguh, ia sangat menyesal telah melakukan hal gila itu.
Mike yang memang berada di sisi Abecca pun berinisiatif untuk mengelus bahu Abecca, berniat agar Abecca bisa lebih tenang dari sekarang. "Semuanya pasti akan baik-baik saja. Tenanglah, Nyonya-"
Plak!
Abecca menepis tangan Mike yang ada di bahunya dengan kasar. Bukan karena Abecca tidak menyukai Mike memegang bahunya. Hanya saja ia merasa marah saat mendengar ucapan Mike barusan.
"Tenang? Bagaimana bisa aku tenang, Mike! Alucca membenciku sekarang! Dia...dia takut denganku, Mike!" teriak Abecca dengan cukup kencang, membuat Mike ikut tersulut emosi dan kekesalan.
"Saya tau, Nyonya! Jika saya berada di posisi Nona Muda pun, saya juga akan melakukan hal yang sama!" balas Mike tak kalah kencang, hingga Abecca hanya bisa meluruhkan tubuhnya ke lantai.
"Nona Muda hanya membutuhkan waktu sendiri, Nyonya. Mohon mengertilah...," lanjut Mike dengan suara rendah agar pikiran Abecca tidak bertambah rumit karena kebencian dari Alucca.
Abecca yang mendengar perkataan Mike pun semakin terisak, membuat Mike yang tidak tega langsung berjongkok di depan Abecca untuk menenangkan Abecca yang emosinya benar-benar berantakan.
"Bersabarlah, Nyonya. Saya yakin Nona Muda pasti akan kembali seperti-"
Srak!
Bruk!
"Awss..." Belum selesai Mike berkata, seseorang sudah lebih dulu menarik kerah baju belakangnya dengan kasar hingga membuat Mike terjungkal ke belakang dengan posisi duduk di lantai.
"Menjauh dari istriku, sialan!" pinta orang itu dengan tatapan tajam. Orang itu tak lain adalah Arce, yang baru saja tiba setelah Mike menghubunginya tentang keadaan keluarganya di mansion.
Mike yang diperlakukan seperti itu oleh Arce secara tiba-tiba pun merasa kesal. Ia dengan berani menatap wajah Arce yang masih senantiasa menatapnya tajam dan tak suka karena kejadian barusan.
"Apa maksud anda, Tuan? Kemarin, anda menyuruh saya untuk menjaga istri anda. Sekarang, anda menyuruh saya untuk menjauhi istri anda?" tanya Mike tak habis pikir dengan Tuan besarnya itu.
Arce yang mendengar pertanyaan Mike pun berdecak pelan. "Saya menyuruhmu untuk mengawasi, bukan mendekati, Mikeza Leovano!" jawab Arce, membuat Mike memutar bola matanya malas.
"Selalu saja salah. Andai bosnya itu aku bukan dia. Mungkin aku pasti akan terus memarahinya setiap hari!" gumam Mike dengan pelan. Namun, Arce masih bisa mendengarnya dengan sangat jelas.
"Kau bicara apa barusan?" tanya Arce dingin. Mike mengedikkan bahunya acuh, berusaha agar gumamannya barusan tidak di dengar oleh Arce. "Saya tanya sekali lagi, bicara apa kau barusan?"
"Tidak ada, saya hanya berbicara 'Tuan Menyebalkan'. Itu saja," jawab Mike dengan santai, tanpa tahu jika wajah Arce sudah mulai merah padam karena emosi yang ditimbulkan oleh jawaban Mike.
"Kau!
PYAR!
" HUAAAAAA....SAKIT-SAKITTTT! BUNDA TOLONGGGG!"
Suara pecahan kaca yang disusul oleh teriakan nyaring Alucca pun terdengar. Membuat Abecca yang sedari tadi diam di lantai langsung berdiri kembali dengan wajah cemas, panik, dan khawatir.
"Alucca..." Tanpa menunggu lama, Abecca pun langsung masuk ke dalam kamar dengan disusul oleh Mike. Namun, baru selangkah Mike berjalan, Arce sudah lebih dulu menahan tubuhnya.
"Orang asing, dilarang masuk."
Jleb!
Setelah mengatakan itu, Arce langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintu kamar dengan kencang. Membuat wajah Mike hampir saja terluka karena posisi Mike yang berdiri di depan pintu.
"Tuan sialan! Padahal saya yang mengurus mayat Yuka, saya juga yang menenangkan Nyonya, bukannya bilang terimakasih kepada saya malah mengatai saja?" desis Mike dengan pelan.
"Andai gaji yang anda tawarkan tidak menggoda. Saya pasti sudah berhenti sejak lama!" lanjut Mike dengan kedua tangan yang terkepal kuat, menahan semua kekesalan kepada Tuannya itu.
***
FLASHBACK ON...
Alucca tampak duduk di atas ranjang besar itu dengan santai. Namun, isi kepala anak itu tidak pernah santai karena sejak tadi ia masih saja berpikir tentang dunia yang ia masuki saat ini.
"Kalo dipikil-pikil, aku 'kan ndak kenal, ya, sama wanita psychopath itu. Telus, aku tlasmiglasi jadi anak kecil yang telnyata anak dali wanita itu...," gumam Alucca dengan kepala yang terus berpikir.
"Tapi masalahnya, kalo aku masuk ke dunia novel, novel macam apa yang aku masukin? Dan kalo aku masuk ke dunia palalel, jadi apa aku sekalang?" lanjut Alucca yang tidak kunjung terjawab.
"Ck, bisa gila aku lama-lama kalo kayak gini! Udah jadi anak kecil! Ndak tau lagi di dunia mana! Sial banget!" Alucca pun bangkit dari duduknya dan berniat untuk turun dari ranjang yang tinggi.
Namun, saat akan turun, tangan Alucca tidak sengaja menyenggol gelas kaca yang ada di atas meja nakas. Alhasil, gelas itu pun jatuh menimpa kaki Alucca, dan pecah berserakan di lantai kamar.
"Ehh..." Alucca sontak menundukkan kepalanya saat rasa nyeri dan perih mulai terasa dari kakinya yang ternyata berdarah karena terkenal pecahan gelas kaca yang tidak sengaja ia jatuhkan tadi.
"HUAAAAA...SAKIT-SAKITTT! BUNDA TOLONGGGG!" teriak Alucca dengan panik saat darah segar semakin banyak keluar dari kaki mungilnya yang putih dan sedikit gembul entah karena apa.
FLASHBACK OFF.
***
Bersambung...
Eyaa...telat lagi nggak tuh.
Updatenya...Maap yaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sepupu Antagonis
Fantasy"Ndak salah, sih. Kelualgamu emang tolol semua" Bercerita tentang Zoela Tevora yang masuk ke dalam sebuah novel bergenre teen dan menjadi sepupu dari tokoh antagonis favoritnya. Tidak hanya itu, Zoela juga akan dihadapkan dengan konflik-konflik ring...