Tik~ Tok~ Tik~ Tok~
Suara dentingan jam dinding terdengar sangat jelas di dalam kamar yang hanya diisi oleh Alucca. Sedari sadar tadi, Alucca hanya duduk diam diatas ranjang dengan pandangan yang lurus kedepan.
"Oke. Jadi aku 'kan masuk ke laga anak kecil, nih. Tapi peltanyaannya bukan itu. Peltanyaannya, anak kecil mana yang aku masukin, anjing! Mana ndak ada petunjuk lagi, alghh!" ucap Alucca kesal.
Pikirannya terus saja menebak-nebak siapa sebenarnya anak kecil yang ia masuki saat ini. Namun, Alucca belum bisa menebaknya karena Alucca tidak mendapatkan petunjuk sama sekali.
"Tapi tunggu, deh. Tadi 'kan aku liat ada adegan kayak di novel 'About Nana' yang bagian Antagonis lagi belantem sama kelualganya 'kan? Apa mungkin aku jadi antagonisnya?" gumam Alucca pelan.
"Kalo aku jadi antagonisnya, belalti nama aku sekalang jadi Xavela Falyne Meloozel dong?" lanjut Alucca dengan perasaan yang masih bimbang karena belum benar-benar yakin dengan hal itu.
"Dan adegan Xavela koma itu ada di chaptel...bental...emang adegan Xavela koma ada di dalam novel? Alghh! Pusing aku, anjing! Sebenalnya aku ini siapa, sih? Aku dimana!" seru Alucca kesal.
Semakin dipikir, Alucca semakin bingung karena semua yang Alucca tau di dalam novel, tidak sesuai dengan yang Alucca rasakan saat ini. Sepertinya, Alucca benar-benar tersesat entah dimana.
"Masa iya aku jadi anak tellantal disini? Yang benel aj-"
Ceklek~
Pintu ruangan itu tiba-tiba saja terbuka dari luar. Membuat Alucca yang sedari tadi sibuk merenung langsung merasa panik dan takut karena belum tau siapa namanya dan dimana ia berada saat ini.
"Anjil! Siapa yang dateng tiba-tiba gini, cok? Aku...aku halus gimana ini?" batin Alucca panik. Ia menolehkan kepalanya kesana dan kemari untuk mencari tempat bersembunyi namun tidak ada.
Dengan perasaan pasrah, Alucca pun menatap kearah pintu ruangan yang menampilkan sosok Abecca dan juga sosok pria asing yang sedang ditarik kasar oleh Abecca dengan sebuah tali.
"LEPASS! LEPASIN GUE, BRENGSEK!" teriak pria asing yang ditarik kasar oleh Abecca. Pria asing itu adalah Yukara Etova, tawanan yang Abecca cari tadi untuk dibawa pergi keruangan putrinya.
"Apa? Lepas? Dalam mimpimu, sialan!"
Bruk!
"ARGHH!" Yuka meringis kesakitan saat Abecca tiba-tiba mendorong tubuhnya dengan kencang hingga membuatnya tersungkur ke lantai dengan cukup keras. Abecca pun hanya acuh melihatnya.
"Sial...GUE BAKAL BUNUH LO, ANJING!" teriak Yuka dengan penuh amarah. Namun, Abecca tidak peduli sama sekali. Ia justru mengeluarkan sebuah pistol dari balik bajunya yang serba hitam.
"Coba saja jika kau mampu. Saya juga bisa membunuhmu, Yukara Etova...."
Glug~
Alucca menelan ludahnya dengan susah payah saat Abecca mengeluarkan pistol dari balik bajunya. "Ada apa ini? Kenapa meleka beldua libut di dalam kamalku?" batin Alucca yang sedikit ketakutan.
"BRENGSEK! LO BENER-BENER GILA! LO IBLIS, BECCA!" teriak Yuka dengan panik. Ia terus memberontak agar Abecca mau melepaskannya. Namun, usaha Yuka sia-sia karena Abecca tidak peduli.
"Haha...iblis? Saya bukan iblis, Yuka. Tapi...dewi kematianmu!" balas Abecca dengan senyum miring andalannya. Ia kemudian menodongkan pistol yang ada di tangannya tepat kearah kepala Yuka.
"Ucapkan selamat tinggal pada dunia, Yukara Etova. Darahmu ini akan menjadi obat untuk putriku," lanjut Abecca dengan smirk. Bahkan, ia sampai tidak sadar jika sedari tadi Alucca melihatnya.
"Gila! Apa wanita itu akan menembak plia itu disini? Di depan anak kecil?" batin Alucca tak percaya. Meski usia Alucca sebenarnya sudah dewasa, namun hal seperti ini tetaplah tidak wajar.
Penggunaan senjata api selain oknum yang ditugaskan oleh negara tidaklah diperbolehkan. Namun, Abecca memiliki senjata api dengan model DG, sungguh Alucca benar-benar bingung sekarang.
"LO...SIALAN! GUE PASTI BAKAL BUNUH ORANG-ORANG YANG LO SAYANG, BECCA! SAMA KAYAK LO YANG UDAH BUNUH SELURUH KELUARGA GUE!" teriak Yuka dengan penuh amarah.
Dua tahun lalu, keluarga Yuka dibantai habis oleh Mafia Abecca karena mereka membuat masalah di wilayah Abecca. Namun, Yuka ternyata selamat karena pada saat itu Yuka sedang tidak di rumah.
Karena kejadian itu, Yuka pun dendam dengan Abecca dan berusaha untuk membalas semua dendamnya melalui Alucca. Namun, aksi Yuka gagal dan justru membuat nyawa Yuka terancam.
"Silahkan, semoga berhasil," ujar Abecca dengan tersenyum manis kearah Yuka. Senyum manis yang memiliki banyak arti hingga membuat Yuka merasa ketakutan dengan senyuman khas milik Abecca.
Dor! Dor!
Jleeb!
Timah panas itu pun melesat menembus kepala Yuka dengan sangat cepat. Darah segar mulai mengalir dari kepala Yuka yang berlubang karena terkena peluru dari pistol kesayangan milik Abecca.
Alucca yang melihat aksi pembunuhan langsung di depan matanya pun tidak bisa berkata apa-apa. Tubuhnya bahkan bergetar hebat saat darah segar Yuka mengenai wajahnya yang sudah pucat.
"Pe-pem-PEMBUNUHHH!"
Deg!
Tubuh Abecca sontak membeku saat mendengar suara teriakan yang sangat ia kenali. Dengan gerakan pelan, Abecca memutar tubuhnya untuk melihat kearah Alucca yang ternyata sudah sadar.
"A-Alucca..."
***
Bersambung...
Nggak tau ini teh nyambung atau enggak. Soalnya langsung di up aja tanpa di revisi. Jadi, kalo ada salah ketik atau apa tandain aja, ya. Kalo ada waktu biar gampang revisinya hehe...
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sepupu Antagonis
Fantasy"Ndak salah, sih. Kelualgamu emang tolol semua" Bercerita tentang Zoela Tevora yang masuk ke dalam sebuah novel bergenre teen dan menjadi sepupu dari tokoh antagonis favoritnya. Tidak hanya itu, Zoela juga akan dihadapkan dengan konflik-konflik ring...