Abecca berlari kencang kearah Alucca, lalu menarik tubuh mungil Alucca ke belakang tubuhnya. Abecca sengaja membuat tubuhnya sebagai tameng untuk melindungi Alucca dari Gorden.
"Ahh, Abecca. Lama kita tidak bertemu, apa...anak itu putrimu?" tanya Gorden sambil menunjuk kearah Alucca yang tampak menyembulkan kepalanya dari balik tubuh tinggi seorang Abecca.
Plak!
Abecca menepis tangan Gorden yang menunjuk kearah Alucca dengan kasar. Andai tidak ada Alucca disana, Abecca mungkin sudah memelintir tangan itu sampai patah dan tidak bisa digunakan.
"Jangan pernah kau menunjuk putriku dengan tangan kotormu itu, brengsek!" kata Abecca dengan tajam. Dari nada suara Abecca saja sudah jelas bahwa Abecca sangat tidak suka dengan Gorden.
"Haha, sungguh pasangan Ibu dan Anak yang serasi," ujar Gorden pelan. Abecca menatap Gorden dingin, lalu mengambil pistol dari balik celananya dan langsung menodongkan pistol itu kearah Gorden.
"Berhentilah berbasa-basi denganku, Gorden. Jika tujuanmu kemari hanya untuk membawa putriku, maka jangan harap bisa keluar dari sini hidup-hidup," balas Abecca dengan sedikit ancaman.
Namun, bukannya takut, Gorden justru terkekeh pelan mendengar balasan dari Abecca. Menurut Gorden, ancaman Abecca terlalu biasa, tidak ada satu kata pun yang membuat Gorden merasa takut.
"Cih, kau pikir...dengan ancaman seperti itu, aku akan takut? Tidak, Abecca," ujar Gorden dengan remeh. "Seharusnya, kau lihat baik-baik, siapa yang akan kalah jika terus bertahan disini," lanjut Gorden.
Prok! Prok!
Gorden menepuk tangannya sebanyak dua kali. Bersamaan dengan itu, enam orang misterius dengan penutup wajah dan mulut berwarna hitam muncul dari balik jendela kamar yang sudah pecah.
Keenam orang misterius itu terlihat berdiri mengelilingi Abecca dan Alucca, membuat Abecca semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Alucca yang mulai berkeringat dingin.
"Jangan takut, ada Mommy disini. Mereka tidak akan bisa menyentuh kamu meski hanya seujung kuku," kata Abecca dengan pelan dan tajam, meski ada keraguan dan kecemasan di dalam nada suaranya.
Alucca mendongakkan kepalanya ke atas untuk menatap wajah Abecca. Ada rasa bersalah di hati Alucca saat sadar bahwa Abecca sangat menyayangi dan mencintai pemilik asli dari raga barunya.
"Telnyata dia sayang banget sama anak ini, aku jadi melasa belsalah kalena udah masuk ke tubuh anak ini secala tiba-tiba, bahkan aku ndak tau gimana calanya buat balik sepelti semula" batin Alucca sendu.
Abecca menatap sekelilingnya dengan penuh kewaspadaan. Jujur saja, Abecca cemas sekarang karena tidak ada orang yang bisa membantunya jika tiba-tiba salah satu dari mereka menarik Alucca.
"Bagaimana? Apa kau terkejut?" Gorden berjalan pelan mendekati Abecca dan Alucca yang masih berdiri di tempatnya. Meski terlihat samar, Alucca tau jika Gorden sedang meremehkan Abecca.
"Tutup mulutmu, brengsek! Jika kau berani melangkah lagi, jangan salahkan aku jika mematahkan kakimu!" ancam Abecca saat melihat Gorden terus berjalan pelan mendekatinya dan Alucca.
"Coba saja, jika kau bisa...Abecca."
DOR!
Sebuah timah panas berhasil Abecca layangkan untuk Gorden. Namun, Gorden berhasil menghindar sehingga timah panas itu mengenai dinding putih yang berada tepat dibelakang tubuh Gorden.
"Kau yang memulainya, Abecca," kata Gorden pelan. Ekspresi wajah Gorden yang awalnya santai, kini berubah menjadi serius. Membuat bulu kuduk Alucca sontak berdiri bak tiang listrik.
"Shitt! Apa meleka mau saling bunuh di depan mataku?" batin Alucca panik saat melihat ada tanda-tanda peperangan besar di sorot mata tajam milik Abecca, dan sorot mata manipulatif milik Gorden.
"Ck, bacot!"
Bugh!
Abecca menendang perut Gorden dengan keras, membuat tubuh Gorden mundur beberapa langkah. Gorden akui jika tenaga Abecca sangat berbeda dengan tenaga wanita biasa diluaran sana.
"Yaa...boleh juga," kata Gorden sambil memutar kepalanya sebagai pemanasan sebelum menerjang kearah Abecca dan melayangkan banyak sekali pukul yang di tangkis dan di tahan oleh Abecca.
Bugh!
Bagh!
Krak!
Alucca meringis pelan saat melihat duel antara Gorden dan Abecca yang sangat sengit. Tidak hanya Alucca, bawahan dari Gorden pun juga ikut merinding saat melihat kekuatan asli dari Abecca.
"Apa dia benar-benar seorang wanita? Bagaimana bisa seorang wanita bisa mengimbangi tenaga Bos?" bisik salah satu bawahan Gorden yang berdiri tepat di sebelah kanan Alucca, namanya Lisam.
"Sepertinya dia seorang laki-laki yang menyamar menjadi seorang wanita untuk sebuah misi," balas bawahan Gorden yang berdiri tepat di sebelah kiri Alucca, namanya Yunio, teman dari Lisam.
Alucca yang tidak sengaja mendengar bisikan para bawahan Gorden pun hanya bisa tertawa pelan. Jujur saja, Alucca juga syok saat melihat jika Abecca bisa mengimbangi tenaga dan teknik Gorden.
Karena Alucca merasa tertarik dengan pertarungan langsung antara Gorden dan Abecca. Alucca pun memilih untuk kembali duduk di sofa dan mengambil sebuah apel yang ada di atas nakas.
"Om mau?" tanya Alucca pada bawahan Gorden yang melihat kearahnya dengan tatapan aneh. Tanpa berpikir panjang, para bawahan Gorden itu pun langsung menganggukkan kepalanya kompak.
Mereka berlari mendekati Alucca, lalu duduk di sofa sebelah Alucca. Dengan posisi duduk dan makan buah, mereka semua ikut menonton pertarungan seru antara Gorden dan Abecca seperti Alucca.
"Menulut kalian, siapa yang bakal menang? Tante Becca atau Om Golden?" tanya Alucca pelan agar pertarungan antara Gorden dan Abecca tidak berhenti di tengah jalan seperti sebuah film.
"Entahlah, kita pun tidak tau...."
***
Capek banget jadi manusia...
Ada aja gebrakannya...Untung stok kewarasan masih banyak...
[ Seperti biasa, tandai typo dan revisi, ya! Nanti biar aku gampang revisinya ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sepupu Antagonis
Fantasy"Ndak salah, sih. Kelualgamu emang tolol semua" Bercerita tentang Zoela Tevora yang masuk ke dalam sebuah novel bergenre teen dan menjadi sepupu dari tokoh antagonis favoritnya. Tidak hanya itu, Zoela juga akan dihadapkan dengan konflik-konflik ring...