PYAR!
Suara pecahan kaca jendela kembali terdengar, membuat Daniel dengan cepat menarik tubuh mungil Alucca ke belakang tubuhnya untuk melindungi Alucca dari bahaya yang sedang terjadi.
"Kau...." Daniel menatap penuh terkejut kearah seorang pria sangar, yang baru saja masuk ke dalam ruang pengobatan, melalui jendela yang kacanya sudah pecah, karena dilempar dengan batu.
"Ck, Om ngapain mundul, sih? Nanti kalo aku keinjek gimana!" seru Alucca dengan kesal, saat Daniel tiba-tiba melangkah mundur, membuat tubuhnya yang kecil hampir terjungkal ke belakang.
Namun, Daniel tidak merespon seruan Alucca. Justru, pria sangar itulah yang merespon seruan Alucca. "Ohh, apa dia anak dari Becca?" tanya pria sangar itu dengan senyuman miring andalannya.
Daniel yang melihat senyuman milik pria itu pun sontak menatap sebentar Alucca yang ada di balik tubuhnya, dan kembali menatap pria sangar itu dengan tatapan tajam penuh ketidaksukaan.
"Jangan pernah kau berani menyentuh Nona Alucca, badebah!" umpat Daniel tajam. Namun, bukannya takut, pria itu justru tertawa keras mendengar ucapan Daniel yang biasa saja baginya.
"Hahaha! Memangnya kau siapa, sampai berani mengumpatiku? Apa kau tak tau siapa aku?" tanya pria sangar itu dengan remeh, membuat Daniel merasa khawatir dengan keselamatan Alucca sekarang.
"Baiklah, sepertinya kau tak tau siapa aku. Kalau begitu, perkenalkan...namaku Gorden Hades, tangan kanan Gangster RedZone, Gangster paling kejam di kot-"
"Cukup, ndak ada sesi pelkenalan disini. Kalo wajah Om jelek, panggil aja Om jelek. Aku ndak butuh nama Om," potong Alucca dengan cepat, ia bahkan tidak sadar bahwa nyawanya sedang terancam.
Pria sangar yang mengaku bernama Gorden Hades itu pun menatap Alucca tak terima, saat Alucca memotong ucapannya yang bagus secara tiba-tiba, dan mengatakan bahwa wajahnya jelek.
"Apa? Wajah Om emang jelek, kok. Kalo Om ndak pelcaya, Om liat aja sendili di kaca fullbody sana!" lanjut Alucca sambil mengarahkan jari telunjuknya ke cermin fullbody yang ada di sudut ruangan.
Gorden yang mendengar ucapan Alucca itu pun sontak mengikuti arah tunjuk Alucca. Tanpa diduga, ia melihat wajah seorang pria yang terihat gelap dan kusam di pantulan cermin fullbody.
"Shit...apa itu wajahku?" gumam Gorden sambil meraba-raba wajahnya untuk memastikan jika wajah pria sangar yang sedang ia lihat saat ini benar-benar wajahnya, bukan wajah dari pria lain.
"Om, sekalang!" teriak Alucca dengan kencang saat melihat Gorden lengah karena sibuk memperhatikan wajahnya. Namun, Daniel yang tidak paham justru terlihat kebingungan mendengarnya.
"Sekarang apa?" tanya Daniel tanpa merasa bersalah karena menyia-nyiakan kesempatan yang Alucca berikan kepada dirinya. Bahkan, Gorden pun sampai melongo saat melihat kelakuan Daniel.
"Pukul kepalanya! Pukul kepalanya, ih! Buluan, Om!" jawab Alucca gemas. Andai saja Alucca bukan anak kecil, ia pasti sudah memukul kepala Gorden tanpa harus meminta tolong kepada Daniel.
"Pukul kepalanya siapa? Kamu-" Belum sempat Daniel menyelesaikan ucapannya, Gorden tiba-tiba memotongnya dengan cepat, membuat Alucca diam-diam berdecak kesal karena kelakuan Daniel.
"Ahh...sepertinya kau lebih bodoh dari anak kecil itu."
Jleb!
"Ck, emang bodoh dia, Om. Udah dikasih peluang bukannya maju mukul malah diem aja kayak Patung Pancolan."
Jleb!
"Hahaha! Aku suka anak ini. Tapi, aku tidak suka dengan Dokter bodoh ini," ujar Gorden yang kemudian berlari kearah Daniel, dan memukul leher bagian belakang Daniel dengan sangat kencang.
Bugh!
"Ughh...." Tubuh Daniel pun ambruk ke lantai dengan kasar, kesadarannya pun perlahan-lahan mulai menghilang karena serangan Gorden yang tiba-tiba dan mengenai area vitalnya yaitu tengkuk.
Alucca yang melihat Daniel terkapar di lantai pun berdecak. "Kan, emang bodoh dia, tuh. Di pukul aja ndak ngehindal, gimana bisa dia jadi Doktel?" ujar Alucca dengan geleng-geleng kepala.
"Hei, apa kau mau ikut denganku?" tanya Gorden dengan menatap Alucca penuh kagum, karena jarang-jarang ada anak kecil yang sepintar dan secerdas Alucca saat berhadapan dengan orang dewasa.
"Aku ndak mau ikut Om ke alam baka."
"A-apa? Kamu barusan bilang apa?" tanya Gorden ingin memastikan jika apa yang ia dengar barusan salah. Namun, ia lupa jika Alucca bukanlah anak kecil biasa yang ucapannya selalu berubah-ubah.
"Aku, ndak mau, ikut Om, ke alam, baka."
Deg!
"Kau...kau berani mengataiku?" tanya Gorden dengan penuh amarah saat Alucca terlihat seperti meledek dirinya. Padahal, seumur-umur menjadi Gangster, baru kali ini Gorden direndahkan.
"Ya belani 'lah! Kenapa endak? Lagian, Om manusia, aku juga manusia. Kita sama-sama manusia. Bedanya, aku punya otak, kalo Om ndak punya."
Jleb!
"Kau-"
BRAK!
"MENJAUH DARI PUTRIKU, BRENGSEK!"
***
Bersambung...
Nggak maksa buat disukai...
Cuma mau dihargai...Mau komen apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jadi Sepupu Antagonis
Fantasy"Ndak salah, sih. Kelualgamu emang tolol semua" Bercerita tentang Zoela Tevora yang masuk ke dalam sebuah novel bergenre teen dan menjadi sepupu dari tokoh antagonis favoritnya. Tidak hanya itu, Zoela juga akan dihadapkan dengan konflik-konflik ring...