14. Dion Mahendra

4.4K 225 4
                                    

Flashback waktu SMA

Berawal dari kecelakaan itu kini membuat Anna dan Arkana sangat dekat. Bahkan perempuan itu sering ke rumah sakit merawatnya setelah pulang sekolah. Mereka menjadi kenal lebih dekat.

Sudah cukup lama Arkana sakit dan kini hari pertama dia sekolah, walaupun ia berjalan dengan bantuan penyangga tubuh. Namun, hal itu tak membuatnya bersedih karena Anna selalu bersama dengannya dan bahkan perempuan itu pindah kelas hanya untuk membantunya.

Seperti sekarang ia baru saja sampai di sekolah dan gadis itu sudah menyambutnya yang baru saja turun dari mobil "Bagaimana keadaanmu? Seharusnya kamu tidak memaksakannya Arkana"ucap gadis itu sambil mengikuti langkah pelan Arkana.

Arkana tersenyum menanggapi ucapan Anna "Aku bosan di rumah "ucap pria itu.

Mereka berdua pun berjalan bersama menuju kelas, dalam perjalan kelas Arkana tidak bisa menyembunyikan kebahagiannya pria itu terus tersenyum disepanjang jalan mengingat bahwa ada wanita yang ia sukai sekarang tepat berada di sampingnya.

"Anna" Panggil seorang pria membuat Anna memberhentikan langkahnya dan berbalik menghadap badan. Arkana tentu saja ia ikut melihat, pria yang memanggil Anna.

Dia adalah Dion Mahendra salah satu pria yang sangat dekat dengan Anna dan itu membuat Arkana benci dengan pria di depannya karena sudah mengambil perhatian Anna lebih banyak.

Dion mendekat ke arah mereka tanpa memperhatikan pria di sebelah Anna pria itu memberantakan rambut Anna.

Jangan di tanya bagaimana ekspresi Arkana sekarang. Pria itu sekarang sedang memesan amarahnya.

"Mengenalkannya, ada apa?"tanya Anna kepada pria itu.

"Nanti pulang sekolah, temui aku ya"ucap pria itu langsung pergi dari mereka.

Anna tak menjawab ajakan Dion tapi Dion sangat yakin bahwa diamnya Anna berarti perempuan itu mengiyakan ajakannya.

Tatapan Anna menatap Arkana yang saat ini sedang menatap kepergian Dion dengan tatapan tak suka. Ia tak mengerti maksud tatapan pria itu.

Ia pun menyenggol sedikit tangan Arkana dan pria itu pun tersenyum menatap Anna, pria itu sadar bahwa di sebelahnnya masih ada Anna.

"Dia kapten basket, kau tau bukan? Pasti tau kan ikut basket juga, ayo ke kelas"ucap Anna memang Arkana tau yang ia tidak tau adalah Arti Dion di hidup Anna. Mereka pun pergi ke kelas mereka.

Kini sudah menunjukan jam pulang sekolah, Anna pun membatu Arkana berdiri dari duduknya. Pria itu sekarang menjadi tanggung jawabnya sampai dia sembuh. Anna berhutang nyawa kepada Arkana, jika bukan karena Arkana mungkin saja ia yang akan berada di posisi Arkana sekarang.

"Kaki mu cukup membaik"ucap Anna di tengah-tengah perjalanan menuju gerbang sekolah. Anna akan mengantarkan Arkana di mobil pria itu. Mungkin ini akan menjadi runitasnnya sampai Arkana sudah sembuh total.

"Hmm" jawaban pria itu tak membuat Anna sakit hati karena Arkana memang begitu. Pria itu jarang mengobrol dan bahkan Anna yang selalu mendahului topik di antara mereka.

Sesampainya tepat di depan mobil Arkana, Anna pun membuka pintu untuk pria itu masuk "Ayo aku antar pulang"ajak Arkana.

Arkana sangat berharap Anna menerima ajakannya dan pastinya Anna melupakan ajakan Dion tadi pagi.

Namun perempuan itu menggelengkan kepalannya, itu berarti Anna akan menemui Dion di halaman belakang sekolah.

"Lain kali saja"jawab Anna sambil membatu Arkana untuk duduk di mobilnya dan mau tidak mau Arkana pun hanya diam saja karena memang ia bukan siapa-siapa Anna yang melarang perempuan itu. Arkana sadar ia tak mempunyai hak atas Anna saat ini.

Arkana pun duduk di dalam mobil, ia sempat melihat kaca melihat Anna yang melambaikan tangan ke arahnya.

Mobil itu pun berjalan keluar dari sekolahan. Namun, tepat tak jauh dari sekolah mereka.

" Berhenti" printah Arkana kepada supirnya, Arkana lalu mengambil handsetnya. Ia sudah menyuruh seseorang kesana dan meletakkan alat penangkap suara di dekat mereka.

"Aku cinta kamu" suara pria itu muncul di gendang telinga Arkana membuat Arkana meremas tangannya, ternyata pria itu berniat memiliki Annanya.

Ini tak bisa di biarkan,Arkana tak mendengarkan ucapan mereka selanjutnya dan membuka ponselnya untuk menelpon seseorang. Ia tak bisa tinggal diam melihat perempuannya akan dimiliki oleh orang lain.

"Hancurkan pria itu selepas pulang sekolah" ucap Arkana dalam telpon lalu ia memerintahkan supirnya untuk menjalankan mobilnya.

Ia akan menghancurkan semua orang yang dekat dengan Anna, dan apalagi pria itu sampai ingin memiliki Anna-nya kini ia tidak bisa tinggal diam saja. Sebentar lagi pria itu akan hancur lebur di tanah, dan tak akan ada yang mengganggu antara dia dan Anna.

Selepas sekolah tak lama berita kematian itu sudah muncul, Arkana tersenyum mendengarnya karena ia sudah berhasil membuat Dion Mahendra meninggal dunia. Kini tinggal ada dia dan Anna saja tak akan ada orang ketiga lagi di antara kami.

"Arkana Wiharja apa yang telah kau lakukan"triak kemarahan dari Bagas sang ayah yang terlihat marah, sepertinya pria itu sudah mendengar apa yang sudah ia lakukan.

Keluarga Wiharja tak mungkin membiarkan nama mereka buruk. Masalah yang dilakukan Arkan adalah masalah kecil yang akan di selesaikan dengan baik.

"Apa? Aku tidak melakukannya dengan tanganku" ucap Arkana enteng sepertinya pria itu sudah sering mengalami masalah seperti ini. Terlihat sekali pria itu menghela nafasnya karena melihat sikap pembunuh itu muncul di diri anaknya. Ia pikir Arkana tak akan mewarisi itu tapi sepertinya anaknya itu sangat mirip dengannya.

"Kau membunuh pria itu tanpa alasan" tanya Bagas kepada anaknya.

"Tentu saja ada, pria itu sudah mengusik milikku, apa yang harus kulakukan selain melenyapkannya"dengan entengnya Arkan menjawab pertanyaan Bagas. Memang pembunuhan ini tidak seperti pembunuhan namun digunakan dengan kecelakaan tapi tetap saja keluarga pria itu kaya dan pasti akan mencari sumber kematian anak sulungnya.

"Kau hampir saja merusak nama keluarga"ucap Bagas karena tak ingin anaknya seenaknya melakukan hal kejahatan seperti ini. Sudah cukup merubah sikap dan menekan anaknya itu. Ia tak ingin anaknya menjadi seorang pembunuh.

" Bukankah muda bagi keluarga Wiharja menyelesaikan ini"jawaban Entang Arkana membuat darah Bagas mendidih. Sepertinya anaknya memang menurun darinya.

Ia terkejut mendengar apa yang sudah di lakukan anaknya hari ini karena itu pertama kali kenakalan yang dilakukan seorang Arkana Wiharja.

"Kurung iblis kecil ini"ucap Bagas lalu pergi meninggalkan kamar Arkana.

Untuk saat ini Bagas akan mengurung pria itu, karena sepertinya keluarga Mahendra masih melacak tentang kecelakaan itu.

Arkana Menyesal? Tentu saja tidak bahkan sekarang ia terkurung di kamarnya sendiri pun tak membuat Arkana menyesal sama sekali. Justru ia puas bisa melenyapkan seseorang yang selama ini mengganggunya.

Flashback off

Bersambung....

TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang