1. Mas Ustadz Ganteng

806 13 1
                                    

"Assalamualaikum... " sapa Fatah saat seseorang membukakan pintu rumah yang cukup megah di depannya.

"Waalaikumus salam... " jawab wanita yang berpakaian gamis hitam sederhana dan berhijab abu-abu.

"Maaf ibu, kenalkan, saya Fatah, guru yang diminta ngajar ngaji putrinya Pak Bachtiar." Jawab Fatah dengan santun. Wanita setengah baya tersebut sempat terdiam dan memandang takjub pada pria muda dengan setelan koko putih dan sangat tampan di hadapannya.

"Oalah Mas Ustadz Fatah ya, mari Mas... silahkan masuk... kenalkan saya Rahma. Yang momong mb Huma... silahkan..." Rahma meminta Fatah untuk masuk. Kemudian wanita itu mempersilahkannya duduk.

"Mas Ustadz mau minum apa? Sekalian saya panggilkan non Humanya." Tanya Bi Rahma.

"Apa aja Bi, terima kasih." Jawab Fatah dengan seulas senyum membuat BiBi Rahma tak berkedip melihatnya.

"Ya Allah.. gantengnya Mas Ustdaz ini... Ma Shaa Allah..." batin BiBi Rahma yang kemudian berlalu menuju kearah tangga untuk memanggil nonanya.
Fatah duduk dengan tenang sambil membuka-buka ponselnya.

Dibalik kamar Huma sudah tersenyum smirk membayangkan apa yang akan dia lakukan pada Sang Ustadz.

"Liat aja kamu Pak Ustadz, habis ini pasti nyerah nggak mau ngajar ngaji aku lagi " kekeh Humaira sambil menatap pantulan wajahnya didepan cermin.
Huma mengenakan kemeja putih lengan panjang yang cukup tipis hingga warna branya tercetak jelas. Bahkan gadis itu membiarkan dua kancing atasnya terbuka. Bawahan panjang yang ia kenakan pun memiliki belahan melewati lututnya. Jika dia duduk belahan itu jelas akan naik hingga hampir sampai pada pangkal pahanya. Huma juga mengenakan hijab pasmina yang hanya disampirkan ke lehernya saja.
Mendengar suara Bibi Rahma memanggilnya, Huma tahu bahwa Ustadz yang disuruh Ayahnya sudah datang. Huma melangkah membuka pintu kamarnya. Seketika Bibi Rahma melotot melihat pakaian yang di kenakan Nonanya.

"Astagfirullah.. Non?"
"Sssst! Sudah BiBi turun aja sana. Buatin minum Pak Ustadz!" Perintah Huma. Rahma tidak memprotes lagi. Wanita itu menggelengkan kepalanya lalu segera berbalik arah dengan mengelus dadanya menahan sabar.

Mendengar langkah kaki turun dari tangga, Fatah penasaran hendak mengalihkan pandangannya kearah suara itu, namun Pria itu mencoba menahannya karena entah kenapa perasaannya tidak enak. Sebelum menyanggupi permintaan Om Bachtiar lewat Abuyanya, Fatah sudah banyak diberikan informasi tentang gadis yang akan menjadi murid privatenya hari ini. Sekaligus istrinya yang sudah ia nikahi secara siri tanpa sepengetahuan gadis itu. Fatah menahan geli dengan  membayangkan reaksi humaira jika tahu nanti bahwa yang mengajarkannya ngaji saat ini adalah suaminya. Pasti gadis itu akan protes keras dan tidak terima.

"Assalamualaikum Pak Ustadz..." sapa Huma saat gadis itu sudah sampai di samping Fatah. Fatah duduk kearah pintu masuk sehingga membelakangi arah datang Humaira.
"Waalaikumus salam..." jawab Fatah yang kemudian mengalihkan perhatiannya dari ponselnya. Fatah segera menyimpan ponselnya ke dalam saku. Humaira seketika mematung menatap paras pria yang akan menjadi guru ngajinya ini. Begitu pula Fatah. Tidak membayangkan Huma kecilnya dulu sudah sebesar ini. Gadis kecil yang dulu biasa diajak main Ayahnya ke pesantren Abuyanya ternyata sudah menjadi gadis dewasa dengan tubuh tinggi langsing dan sangat menggoda. Parasnya luar biasa cantik. Sepertinya Humaira benar-benar mempersiapkan diri berlebihan dalam menyambut kehadirannya.
"Apa maksud terselubung gadis ini? Padahal dia belum tahu bahwa dia sudah di nikahkan Ayahnya dengannya." Fatah terdiam mencoba mencari petunjuk niat Humaira. Jika dia sengaja melakukan ini untuk membuatnya mundur jadi gurunya, sudah pasti gadis ingusan ini salah strategi.
Fatah pria matang dengan otak cerdas. Seumur hidupnya sudah ia habiskan untuk menuntut ilmu di berbagai daerah bahkan luar negeri.
Pria itu sudah cukup lama menahan hasratnya padahal begitu banyak wanita cantik dan sholihah yang rasanya tidak akan menolaknya jika ia peristri. Namun Fatah adalah pria dengan komitmen yang sangat konsisten dalam mencapai tujuan hidupnya.
Dari kecil Fatah sudah sangat menyukai Humaira. Saat itu Huma masih berumur dua tahun kala Bachtiar sering mengunjungi pesantren Abuyanya. Sedang Fatah sudah berumur 10 tahun. Huma pasti tidak ingat jika dia sering bermain dengan Fatah di pesantren ketika Abuya dan Ummanya asyik mengobrol bersama Ayah Bundanya.

Merried With UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang