11. Satu Hari Tersisa

85 9 2
                                    

Dekorasi megah ala-ala Timur Tengah sudah terpasang di aula pesantren

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dekorasi megah ala-ala Timur Tengah sudah terpasang di aula pesantren. Hiasan bunga-bunga cantik sudah memenuhi setiap sudut-sudut pesantren yang nampak estetik dan indah. Semua dikerjakan jasa WO. Santri-santri hanya membantu merapi-rapikan saja. Huma berjalan-jalan ditemani Bundanya. Yah, dua hari lalu Ayah Bundanya pun sudah datang ke pesantren dan menginap juga. Untuk menghemat waktu pihak Bachtiar menyetujui menjadikan acaranya gabungan di pesantren.

Huma dan bundanya sedang berjalan-jalan mengamati dekorasi akad nikah di depannya.

"Bunda tidak melihat Fatah dari kemarin, Suamimu itu kemana? Tadi malam pulang kan?"selidik Amara.
"Tentu saja pulang Bunda, dia mana mau rugi sekali aja nggak nyentuh Huma dimalam hari.."gerutu Huma dalam hati.
"Pulang Bunda, tapi dua hari ini Kak Fatah sibuk jadi dosen penguji. Katanya kasihan kalau sampai sidang skripsi mahasiswanya tertunda hanya karena pesta pernikahan kita" jawab Huma datar.

"Tapi kemarin kenapa mama lihat dia berangkat bareng wanita cantik, itu siapa?"tanya Amara lagi.
"Kata Umma Nabila sih dia sekretaris Kak Fatah. Bekas santri sini juga."jawab Huma dengan senyum kecutnya.
"Wah, kok bunda jadi curiga ya... jangan-jangan..."Amara menautkan kedua alisnya melihat wajah putrinya yang cemberut.

"Apa sih bunda, kata Umma dia sudah seperti keluarga disini, dia yang dipercaya Umma bantu-bantu pondok. Makanya dijadikan sekretaris Kak Fatah di kampus" cetus Huma.
"Ya udah.. penting kamu tetap awasi dia. Bagaimanapun dia cantik lho sayang, Bunda khawatir suamimu di goda."seloroh Amara.

"Ckk! Bunda apaan sih! Itu nggak mungkin Bun, liat aja penampilannya sealim itu."bantah Huma.
"Eh jangan salah sayang, pelakor sekarang banyak juga yg pake hijab lho."tambah Amara membuat bibir putrinya semakin mengerucut lucu. Dalam hati wanita itu gemas dengan reaksi putrinya. Di awal-awal saja menolak pernikahannya, eh sekarang terlihat cemburu saat bundanya bahas pelakor. Amara sadar putrinya pasti punya kecurigaan yang sama.

"Bodo ah! Biarin aja diambil pelakor. Huma malah seneng!"cetus Humaira.
"Puk!"
"Auww! Bunda.... sakit tauk!"protes Huma.
"Makanya ucapannya dijaga! Nanti kalau beneran baru nangis kapok kamu! Ayo istighfar yang banyak!" Perintah Amara.
Huma memutar kedua bola matanya jengah.
"Huma mau masuk kamar Bunda, capek.."keluh Huma. Amara tersenyum geli. Melihat bibir putrinya yang sedikit lebih sexy dari biasanya, Amara yakin putrinya memang sedang lelah.

"Iya udah sana... istirahat yang cukup. Besok hari H kamu, jangan sampai kelelahan sayang. Jangan lupa minta libur semalam sama suami kamu.."ledek Amara dengan smirk gelinya.
"Bundaaaaa.. ih sebel deh!" Jerit Huma lalu berlari menjauhi bundanya. Amara hanya bisa terkekeh dan menggeleng dengan wajah tersenyum geli karena tingkah putrinya yang menggemaskan.
Amara melangkah menuju pendopo dimana suaminya dan Abuya Mukhlis sedang mengobrol bersama Fauzan adiknya Fatah.

Sedang di Kampus, tampak Fatah keluar dari ruang sidang skripsi mahasiswanya. Ada 4 Mahasiswa yang hari ini menyelesaikan study S1nya. Fatah membawa langkahnya menuju gedung rektorat dimana ruangannya berada. Meskipun nampak lelah, Fatah masih nampak bugar. Beberapa mahasiswi yang berpapasan dengannya tak jarang langsung mencari perhatian pada dosen tampan dan sekaligus pemilik kampus Al Furqon itu. Fatah hanya membalas sapaan-sapaan mahasiswi ala kadarnya. Pria itu sampai di gedung dimana ruangannya berada.
Fatah keluar dari lift khusus menuju ruangannya.

Merried With UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang