14. Pengantin Pingsan

225 16 4
                                    

Prosesi akad nikah berlangsung sangat lancar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Prosesi akad nikah berlangsung sangat lancar. Setelah Naib mengatakan kata SAH, semua tamu yang hadir mengucapkan Alhamdulillah bersama-sama. Huma tiba-tiba terisak terharu. Begitu juga Amara dan Nabila. Kedua wanita itu saling berpelukan bahagia.

Setelah pengucapan janji-janji pernikahan, Fatah diperkenankan untuk mencium puncak kepala Humaira dan wanita itupun mencium tangan suaminya. Jantung Humaira berdebar-debar mendapat sorakan gembira dari para tamu undangan yang hadir.
Nabila mengulurkan selembar tisu bersih pada Fatah sambil mengedipkan matanya. Fatah yang paham dengan kode dari Ummanya pun menerima benda itu lalu membersihkan pipi istrinya yang basah.
"Sayang, udah nangisnya ya, nanti bedaknya luntur. Nanti muka kamu kayak badut lho?"bisik Fatah.
"Kakak! Ih sebel deh!"gerutu Huma sambil melayangkan pukulan di paha suaminya. Kelakuan kedua pengantin itu tak luput dari perhatian orang-orang di sekitarnya hingga membuat mereka terkekeh.

Setelah prosesi akad nikah selesai, kedua mempelai pun di iring menuju ke panggung pelaminan yang cukup megah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah prosesi akad nikah selesai, kedua mempelai pun di iring menuju ke panggung pelaminan yang cukup megah itu. Biaya pernikahan yang mencapai milyaran itu nyatanya memakai uang jeri payah Fatah sendiri. Pria itu menolak ketika Abuyanya dan Ayah Mertuanya ingin membantu.
Fatah tak membutuhkannya.
Keduanya duduk di kursi pelaminan untuk sesi foto dan menyambut tamu yang datang ke atas panggung untuk memberi ucapan selamat. Ribuan tamu undangan memadati acara membuat Humaira tidak tenang. Jantungnya terus berdebar-debar, tapi syukurlah sebelum acara dimulai Huma menyempatkan meminum obatnya.

"Sayang, nanti kalau udah capek bilang Kakak ya?" Bisik Fatah
"Iya.." Huma menatap sayu pada manik mata suaminya. Fatah tersenyum. Telapak tangannya tak pernah lepas menggenggam jemari Humaira diatas pahanya.

Pemandangan itu tak luput dari pengamatan seseorang yang tengah duduk di sudut pilar yang di hiasi bunga-bunga tulip putih. Sesekali wanita itu menunduk mengusap air matanya yang membasahi pipi. Disamping kursinya terdapat kruk sebagai alat bantu berjalannya untuk sementara.

Syafira berusaha menahan sesak di dadanya. Melihat lelaki yang di dambakannya selama ini telah duduk bersanding di pelaminan bersama wanita lain. Hal yang selalu menjadi impiannya kini dimiliki oleh orang lain.
Dengan sedikit tertatih, Syafira bangkit dari tempat duduknya. Perempuan itu hendak meninggalkan keramaian untuk menuju ke kamarnya. Tidak sanggup melihat pemandangan diatas pelaminan itu lebih lama. Hatinya benar-benar hancur. Syafira beranjak meraih kruk disampingnya namun tiba-tiba terdengar kegaduhan dari arah panggung pelaminan.

Merried With UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang