6. Adzan Magrib

230 9 3
                                    

"Baiklah. Sekian materi kita hari ini. Silahkan mencari perbedaan hukum dagang islam dengan hukum dagang internasional. Kalian bisa mencari literasi di buku-buku peradaban pada masa itu. Sampai ketemu pekan depan.
Wassalamulaikum warrah matullahi wabarakatuh."

Fatah menutup perkuliahannya siang ini. Dosen muda yang merangkap sebagai pemilik kampus Universitas Islam Al Furqon itu meninggalkan ruangan setelah serempak mahasiswanya menjawab salamnya.

Fatah melirik jam tangannya. Jam tangan merk Richard Mild pemberian dari sahabatnya Ahmed Al Burdah dari Abu Dabi itu menunjukkan pukul 14.15 wib. Pria itu mampir sebentar ke ruangannya di lantai paling atas Gedung Rektorat Kampus. Memeriksa sebentar laporan-laporan keuangan juga laporan-laporan kegiatan perkuliahan di beberapa jurusan. Membubuhkan beberapa tanda tangan yang diperlukan. Memang seharusnya dia tidak usah repot-repot mengambil jadwal mengisi kuliah karena kesibukannya sebagai Pengusaha dan pemilik kampus sudah sangat menyita waktunya. Tapi Fatah tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menjariahkan ilmu yang sudah diperolehnya selama ini.

Pria itu tidak pernah mengambil gajinya walau sebagai pemilik dia tetap mendapatkan gaji khusus sebagai team pengajar kuliah umum dengan Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam. Bahkan Fatah juga mengambil satu waktu untuk mengajar Ilmu Qur'an dan Tahfidz disalah satu pesantrennya. Fatah memilih salah satu cabang pesantren yang dekat dengan rumahnya. Hal itu untuk memudahkan dan menghemat waktunya. Bagi Fatah mengajar adalah bagian healingnya untuk merilexkan otaknya dari segala urusan bisnis.

Tapi sekarang sepertinya Fatah punya metode healing terbarunya yang sangat menyenangkan. Hiburan dan penambah energy baru untuk menjalani hari-harinya.
Ah mengingat bahwa sekarang dia sudah menjadi suami bagi gadis kecil pujaan hatinya sejak dulu membuat seharian mood Fatah sangat bagus. Entah sudah berapa kali pria itu tersenyum-senyum sendiri. Semoga saja tidak ada orang yang melihatnya. Bisa-bisa Fatah dikatakan orang gila.

Mengingat istri kecilnya Fatah jadi tidak sabar ingin segera sampai rumahnya. Pesan balasan terakhir dari istrinya sungguh menggemaskan. Sayang Fatah tidak ada waktu lagi berbalas pesan dengan Huma untuk menggodanya. Istrinya itu sungguh menjengkelkan karena sama sekali tidak mau menerima panggilan telponnya.
"Awas kamu sayang!" Batin Fatah dengan senyum smirknya.

Usai merapikan semua berkasnya Fatah segera beranjak dari tempat duduknya. Pria itu menyeret kakinya keluar ruangan lalu menghampiri sekretarisnya Syafira yang duduk dimeja depan ruangannya.
"Saya pulang Fir, em.. besok sepertinya saya tidak datang ke kampus. Jika ada apa-apa atau ada meeting mendadak kamu bisa minta bantuan Wahyu untuk mewakili saya."
"Iya Gus. Pekerjaanku juga sudah selesai. Emm... apa boleh saya nebeng Gus Fatah pulang?"tanya Syafira tanpa malu-malu.
Wanita cantik yang memiliki paras anggun dengan tampilan hijab syar'i yang sangat pas dengan tubuh tinggi semampainya itu beranjak mengambil tas kulitnya di meja kerjanya.

"Emm.. maaf Fir, saya buru-buru. Mungkin lain kali ya?" Jawab Fatah tidak enak hati. Pria itu biasanya tidak masalah setiap pulang kerja Syafira menumpang dirinya. Toh jalan rumah mereka searah. Tapi itu kemarin. Sekarang Fatah tinggal di mansion keluarga Bachtiar alias keluarga istrinya dan arahnya berlawanan dari rumah Syafira. Tapi Fatah juga tidak mungkin mengatakan apa adanya, karena pernikahannya dengan Humaira juga masih dirahasiakan dari publik. Sesuai permintaan Bachtiar sampai nanti acara pernikahan resmi.

Fatah sedikit tidak enak hati melihat perubahan wajah teman masa kecilnya di pesantren Al Furqon milik Sang Abuya. Biasanya dia tidak pernah menolak permintaan Syafira, tapi sekarang status Fatah sudah berubah. Agar terhindar dari fitnah tentu saja Fatah harus menjaga jarak dengan semua wanita.
"Baiklah.." jawab Syafira lirih. Wanita itu nampak kecewa, namun dia menutupinya dengan senyuman manisnya walau serasa hambar terlihat Fatah.

Merried With UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang