Jam istirahat lebih meriah dengan adanya pertandingan basket kecil-kecilan antar kelas.
Hal itu membentuk pemahaman baru Kana tentang siapa itu sebenarnya Gale Akhasa. Popularitas cowok itu ternyata bukan sekedar lumayan lagi, memang eksistensinya benar-benar terkenal secara mendominasi. Mungkin persentasenya sekitar 80% Kana memperkirakan gerombolan siswi di sana hatinya telah Gale kuasai cuma lewat gestur-gestur sederhana; menyisir rambut ala iklan sampo, kedipan mata centil, dan senyum manis melelehkan jiwa raga.Jadi alasan utama Gendhis menggeret paksa Kana keluar sampai menunda piket kelas untuk menunjukan bahayanya cowok itu selaku penyandang buaya ulung sekolah. Wanti-wanti memperteguh iman dari rayuan basi sekaligus peringatan agar jangan dekat-dekat dalam bentuk interaksi apa pun karena akibatnya akan merugikan diri.
"Tuh-tuh, genitnya nauzubillah," Gendhis menunjuk-nunjuk geregetan si Gale yang mengecil dilihat dari gedung lantai atas kelas mereka, bertingkah paling bersinar selayaknya tokoh utama di top manwha-manwha. "Sekian banyak orang nggak ada mau lempar gilingan semen," Misuh-misuhnya Gendhis semakin dipengaruhi emosi. Diperkuat sewaktu mengetahui kebenaran bahwa Kana dan Gale-Gale itu kini berstatus tetangga seberang rumah. Bagaimana pun caranya Gendhis harus mencegah lebih awal. Dia akan protektif terhadap Kana menjauhi sumber racun paling mematikan hati.
"Wahciimm! Di kelas kita ada yang naksir?" Yeyen bertanya setelah bersin kencang, rautnya sayu lesu, meskipun begitu ia sendiri yang kelihatannya begitu berselera mengikuti permainan perebutan skors yang makin seru.
Kurun sedetik Gendhis menyambar, "Jelas nggak ada!" Sorotnya berkilat-kilat yakin.
"GALE ALE-ALE! GALE ALE-ALE! GALE ALE-ALE! GALEEEEE YES YES YES! HUH HAH YES!"
Nyaris bersamaan kepala ketiganya menengok ke sebelah kanan mereka. Perempuan berkacamata yang kaprah disebut Bu Kethu setingkat garangnya dengan Kak Ros bersorak keras sekali bagai geledek. Selagi senjata peggelandang anak-anak begajulan berupa kemoceng jabrik warna-warni digoyang-goyangkannya seperti memegang pom-pom cheerleader. Semangatnya tak luntur kalaupun diterpa terjangan badai, tetapi ia mungkin tersadar ada yang janggal lantas me-silent suaranya sambil bergeser sedikit-sedikit hingga sejauh lima meter. Melanjutkan fanchant-nya kali ini sembunyi-sembunyi.
Rasanya Gendhis seperti dikhianati. "Gimana, Na?" Saat menumpahkan pertanyaan itu dia lebih serius.
"Apanya?" Kana berlagak tidak mengerti.
"Gimana Gale menurut lo?" Tahap pertama Gendhis memastikan gejala-gejala akut Kana masih waras atau sudah terpengaruh pesona sang buaya. Masalahnya jika terlanjur terjerumus susah mengembalikannya ke setelan pabrik. Apalagi posisi Kana baru kemarin patah hati, masih rawan-rawannya.
Seolah tak senang ditanyakan perihal remeh begitu Kana mengernyit. Separuh tak minat mencari-cari sosok dimaksud untuk lebih diperhatikan. Gale di sana si pemegang kunci utama. Yang sering menaklukan bola, merebut mulus, dan menyerang agresif. Pintar mengecoh dengan geraknya gesit tak terbaca. Dia begitu tenang. Melalui satu lompatan ia menembak bola masuk ring, dan mendarat ringan tanpa gangguan apapun.
Memakai setelan baju olahraga dilapis kemeja OSIS tak berkancing untuk memberikan efek berkibar-kibar saat dibawa berlari gaya ninja, Gale menemui seorang temannya yang juga menghampiri dengan gaya serupa. Partner serasi bila dilihat dari penampilannya; celana biru OSIS, atasan kaos olahraga, ditambah topi upacara dikenakan terbalik. Mereka bertemu di tengah lapangan melakukan selebrasi kemenangan. Tos, berpelukan, lalu berpose sok kecakepan semirip model gadungan. Yang anehnya mendapat gemuruh sorakan sepenjuru sekolah.
Kana berujar apa adanya, "Dia jago main basketnya." Tampak tak memusingkan bersama Yeyen yang manggut-manggut, sepertinya sepemikiran. Meski menyetujui diam-diam, Gendhis menggerundel kalau terlalu jujur juga tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
keepyousafe
FanfictionDipatahkan oleh cinta tahi kambing membuat Kana berpikir tidak akan kembali membuka hati. Lukanya hampir mendekati permanen dan mungkin sulit untuk disembuhkan. Tidak ada rasa percaya lagi untuk laki-laki bermulut manis. Akan tetapi, satu cowok yang...