suka?

59 18 0
                                    

Lilian Florist. Dulu ada saat-saat terberat dan terburuk, tetapi tempat ini hadir memberi harapan seperti bentangan laut di ujung gersangnya gurun. Tiga tahun Intan kerahkan semua usahanya demi satu tujuan yang dipanjatkannya tidak putus-putus. Kehidupan yang lebih baik, terutama untuk Kana.

Cuma anak itu kebangetan ngototnya meski ratusan Intan bilang tidak usah. Baru beberapa hari Intan melayani sebagai pegawai tetap Oma Lilin, waktu itu Kana kelas tiga SMP sedang sibuk-sibuknya menyiapkan mental pikiran menghadapi ujian, sore-sore malah datang masih rapi pakai seragam biru putih lengkap sedasinya pula.

"Mau bantu Mama." Begitu katanya dengan wajah lempeng menolak dibantah.

Tas jinjing dibawa, isinya baju ganti. Bisa jadi sudah direncanakan anak itu dari pagi tadi. Terpaksa Intan menyuruh Kana yang ngeyel pulang, mengusir seperti mengusir anakan ayam. Menyisihkan sebentar dulu perasaannya yang menghangat. Kana hanya peduli.

Padahal Intan tidak meminta banyak. Cukup belajar yang tekun, jadi anak baik untuk orang tua, menaati norma-norma agama serta lingkungan masyarakat, menjunjung nasionalisme bagi negara, nusa dan bangsa.

Pertentangan Ibu anak keras kepala itu dilerai dengan Liliana sendiri yang tak keberatan bila Kana memang ingin meringankan sedikit pekerjaan.

Liliana tidak menetapkan jadwal khusus, cukup menyesuaikan waktu kapan Kana datang. Untuk tugas pun tak ada target tertentu, apapun asal Kana bersedia Liliana tidak masalah. Contohnya seperti mengantar pesanan bunga atau ikut turun tangan ketika toko ramai pengunjung.

Ketetapan itu berlaku hingga sekarang. Pada momen-momen yang berlalu di toko, Intan menyadari sesuatu di diri Kana. Anak itu menyukai setiap apa yang dilakukannya.

Hal sekecil menata pot-pot sambil asik bersenandung, merangkai beragam tangkai-tangkai bunga dalam satu buket, sampai mengecek teman beda spesiesnya (kucing bercorak sapi) suka nongki-nongki di belakang toko.

Bahkan Intan telah menyaksikan salah satu harapan terbesarnya terpenuhi. Melihat Kana lebih sering tersenyum.

Intan bersyukur dan dirinya tidak boleh kalah semangat. Bekerja keras sedikit lagi mengantarkan Kana ke perguruan tinggi mencapai impiannya sendiri. Saat itu adalah waktu senyum Intan terbit tanpa harus terselip kecemasan, senyum bangga dan lega.

Di Lilian Florist juga Intan tak menyangka akan menjadi saksi cerita asmara Kana bermula.

Menyimpan note kecil bertuliskan setumpuk antaran yang mesti dibuat kembali ke saku celemeknya, Intan pelan-pelan sekali menarik pintu toko yang didesain ketika dibuka-tutup akan dibarengi bunyi denting lonceng.

Usaha itu agaknya tidak diperlukan sebab muda-mudi yang diawasinya begitu saling menikmati momen berduaan mereka layaknya pasangan belum resmi jadian di drama cinta-cintaan.

Intan berjalan terlalu meneleng, Liliana kebetulan muncul dari arah berlawanan menghadangnya agar tak kebablasan nubruk meja.

"Oma tau trend di kalangan anak muda?" Tanya Intan, mulanya masih sangat fokus, lalu saat menoleh matanya sudah berbinar-binar seolah mengandung taburan Glitter, "Soal tipe-tipe cowo-cewe pacaran?"

Memikirkan umur Liliana seharusnya tidak perlu dipertanyakan. Liliana hanya memiliki satu akun Instagram Lilian Florist yang dipegangnya secara pribadi untuk menarik pelanggan baru. Kegunaan selainnya tidak ada apalagi buat memantau dunia trendi anak-anak muda zaman now.

"Contohnya kalau yang ini, nih ...." Intan mulai membaca bentuk interaksi antara Kana dan Gale. Kira-kira masuk kategori mana yang paling cocok.

Ekspresi serius Intan berubah, tersipu malu-malu, "Tukang marah-marah gf sama manut-manut bf. Hihihi ..., lucunya!"

keepyousafe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang