“Nggateli!”
Sesaat panggilan video tersambung, makian Gendhis lah yang pertama menggelegar.
Minggu pagi ini Kana menceritakan detail kejadian semalam di group chat. Soal ia yang tak sengaja memergoki pacarnya, Dewa (sekarang sudah jadi mantan) berselingkuh, beserta cowok itu yang menelponnya cuma untuk menyatakan ingin mengakhiri hubungan.
Itu terjadi sekaligus di waktu hati Kana belum ingin mencerna kenyataan yang baru dilihatnya.
Ada dua tipe sahabatnya, Yeyen, lebih berkepala dingin, dewasa menyikapi situasi dengan memberikan kata-kata penenang semacam, “He don't deserve you. Kana lo berhak dapetin yang terbaik, paling terbaik.” Serta, petuah-petuah sederhana seperti, “Patut dibuang, jangan ditangisin. Ngga perlu. Terimakasih sama Tuhan, Na, karena udah ngelihatin sisi jelek cowok sengklek itu lebih cepat.”
Dengan begitu, sekali lagi Kana tersenyum.
Sementara Gendhis, yang mulutnya setara knalpot racing ambil bagian khusus caci memaki. Selaku yang menyarankan video call saja, biar lebih leluasa, karena kurang afdol juga cuma mengirim ber buble-buble voice note isinya ia teriak-teriak diselingi bunyi gedebak-gedebuk.
Diyakini Gendhis menghakimi boneka cacingnya, kasihan. Kana hampir mengira Gendhis kerasukan.
“Ra umun nek nyong dadi kowe, Na, tak antemi sisan kae lanangan ngantek babak bundhas. Men rupane dadi munyuk, rupane wes koyo munyuk deng, pantesan kelakuane bajingan tenan!”
Saking terbawa emosi, bahasa Jawa Gendhis keluar. Memang mengumpat menggunakan bahasa daerah lebih greget.
Lewat layar handphone, Kana memandangi keduanya. Yeyen yang wajahnya terkesan jutek kini melembut penuh simpati. Karena jarak berjauhan, ia mengusap kameranya sendiri, seolah itu kepala Kana untuk menghiburnya tetap semangat. Lalu Gendhis yang sebentar lagi tanduknya keluar (belum berhenti nyerocos).
Kana akan selalu bersyukur mereka ada, kedua sahabatnya. Mungkin terkadang mereka cerewet, berkomentar begini begitu. Tetapi, itu bukti bahwa mereka peduli, mereka mau kebaikan senantiasa untuk Kana. Maka tak ada alasan apapun bagi Kana terus merana.
Dewa memang cinta pertama Kana, dua tahun lamanya mereka berpijak berdampingan. Bagaimana laki-laki itu menempatkan Kana sebagai salah satu prioritas, dia yang punya cara tersendiri memperlakukan Kana, selama ini yang ikut menjaga Kana, selalu membuat Kana tersenyum. Kemudian, setiap bicaranya, macam-macam cerita yang dialami sepanjang harinya, bersama Kana ia bagikan. Pun suaranya tiap kali memanggil nama Kana. Lembut, membuat nyaman.
Kana pernah berpikir laki-laki itu perwujudan rumah tempat singgah yang hangat.
Kini semua itu akan Kana letakan dalam satu kotak terkunci. Kenangan manis, namun akhirnya menyakitkan, yang akan ditinggalkannya di belakang dan tak akan pernah ditengoknya lagi.
“Di dunia cowok nggak cuma dia doang,” Gendhis berkata, kondisinya sudah baikan tak sebrutal tadi setelah menegak segelas jus jeruk. Tampak dia berada di dapur, kameranya dibawa sekalian, “Gue ramal, Na lo bakal dipertemukan sama seseorang yang selalu ngasih kepercayaan ‘gue di sini buat lo, jagain lo, gue maunya lo, cukup lo, cuma lo nggak yang lain’, yakin sama gue.”
Yeyen ikut angkat bicara, “Yang terpenting biarin Kana nata perasaannya dulu, walaupun pasti nggak mudah kembali buka hati. Gue pun berharap, Kana di masa depan dapetin satu laki-laki yang setidaknya mampu nyembuhin bekas sakit itu, bener-bener tulus selalu di sisi lo ngasih kenyamanan dan jagain lo baik-baik dengan perasaan aman. Nunjukin bahwa dialah tempat teraman lo, Kana.” Dia menutup kata-katanya dengan satu tarikan ingus panjang, cukup renyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
keepyousafe
Fiksi PenggemarDipatahkan oleh cinta tahi kambing membuat Kana berpikir tidak akan kembali membuka hati. Lukanya hampir mendekati permanen dan mungkin sulit untuk disembuhkan. Tidak ada rasa percaya lagi untuk laki-laki bermulut manis. Akan tetapi, satu cowok yang...