Tangan Gale menggapai naik ke tempat tidur, hati-hati agar tidak merusak tata letak sprei yang baru dirapikannya sepenuh hati. Dia menjangkau ponselnya yang menyala-nyala. Jarinya menggeser ikon hijau menerima panggilan masuk. Tanpa perlu melihat kontak yang tertera pun Gale sudah tahu oknum siapa yang sepagi ini menelepon.
Tidak ada pembukaan Halo selamat pagi selamat sejahtera dulu, Iyaaan main menyerobot menuntut jawaban, "LO UDAH PINDAHAN?!" Suara nge-bass nya entah kemana, ini cempreng dan melengking cocok menyaingi video berang-berang teriak.
Gale sempat menyelamatkan kupingnya dari kerusakan fatal, sambil diselipkan umpatan, "Ayam kejengkang ... udah, semalem kabur bareng Heci," ujarnya, merubah posisi ponsel, dijepit antara pundak dan telinga supaya ia leluasa mendengarkan Iyaaan mengoceh selagi menata barang bawaannya yang tak seberapa.
Dua ransel berisikan benda-benda yang sekiranya sangat Gale butuhkan saja. Berjajar di karpet seperti dompet, charger handphone, beberapa pasang baju, setelan seragam sekolah, beserta buku-buku pelajaran. Yang satu agak berbeda, mainan Lego sets yang dibelinya dari hasil menabung sendiri, masih tersimpan rapi di kotak pembungkus. Kemudian terakhir, benda paling berharga yang pertama kali terpikirkan untuk Gale bawa pergi bersama, kini terpajang manis di meja kecil bersisihan dengan lampu tidur.
Potret dirinya semasa kecil bersama sang Ibunda di taman bermain. Gale yang beranjak tiga tahun sudah bisa duduk di ayunan sendiri. Sementara di ayunan satunya diisi Bundanya berpose sama. Mereka tersenyum lepas diselubungi kebahagian. Saat-saat itu banyak sekali tersimpan kenangan manis.
Lama Gale memandang dalam senyap, sampai ia menyadari panggilan masih berlangsung. Di sambungan sana ternyata Iyaaan tak mencerca apa-apa. Helaan napasnya yang justru terdengar, "... jadi gimana di sana?" Cara bicaranya menjadi serius.
Gale masih menjawab sesantai sebelumnya, "Sedaerah kan, Yan. Rumah Oma juga lebih deket dari sekolah, jadi nggak ribet." Dia sibuk kembali memasukan pakaian-pakaiannya ke lemari serapi mungkin. Semalam tidak sempat karena Oma langsung menyuruh bersih-bersih dan berangkat tidur. Tawaran disiapkan makanan pun Gale tolak dengan gelengan lembut. Mulai hari ini dia akan tinggal bersama Oma, kamar ini miliknya sekarang, dan Gale tak ingin sang Oma kerepotan atas kehadirannya. Dalam bentuk apa pun Gale tidak akan membuat Oma terbebani.
Kali ini Iyaaan mendecak, kedengarannya belum puas. Ini serupa saat Iyaaan yang sedang mules-mulesnya fokus panggilan alam direcoki Gale menggedor-gedor pintu toilet memakai kekuatan dalam. Dengan tidak berdosa cuma ingin pamit mau beli cilok dan bertanya mau titip sekalian atau tidak. Pada situasi ini, Iyaaan cemas untuk bermacam-macam hal, sementara orang yang dipikirkannya, Gale malah cenderung terlalu santai.
"Enggak, bukan itu." Iyaaan lebih memperjelas kata-katanya tadi, "Maksud gue hubungan lo sama Oma ... gimana?"
Di situ ada jeda Gale diam, hingga akhirnya berujar pelan sekali, "Canggung ..." Tetapi, diralat dengan tambahan kata lain yang rasanya lebih tepat mewakili keadaan saat itu, "..., Nggak deng, canggung banget. Tapi, tenang lama kelamaan gue sama Oma pasti bakal deket. Cuma butuh waktu aja." Gale hanya ingin mengarahkan permasalahannya sederhana mungkin tidak dengan berjibun kerumitan.
Untuk itu Iyaaan tak bisa mendebat lebih panjang, ia memahami Gale, "Terus ayah lo?" Masih banyak hal ingin Iyaaan pastikan.
Gale mengeluh capek, "Iyaaan cita-cita jadi wartawan bareng Jarjit, banyak nanya." Dia merebahkan diri ke lantai, ponselnya tergeletak di sisi dalam keadaan loud speaker aktif. "Udah pamit kok ..., di WA barusan," Memandangi plafon kamar, Gale ingat-ingat pesan apa yang diketiknya, "Yah, Gale izin minggat, ya. Bye," Perkataannya kedengaran sekali asal ngomong. Iyaaan ketawa, Hahaha, lalu disambung dengan memaki, "Anak biadab."
![](https://img.wattpad.com/cover/372750690-288-k130558.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
keepyousafe
FanficDipatahkan oleh cinta tahi kambing membuat Kana berpikir tidak akan kembali membuka hati. Lukanya hampir mendekati permanen dan mungkin sulit untuk disembuhkan. Tidak ada rasa percaya lagi untuk laki-laki bermulut manis. Akan tetapi, satu cowok yang...