sebuah perubahan baru

55 19 1
                                    

Lorong masih sama sepinya seperti terakhir kali Iyaaan mengecek. Cukup lama dia berdiri sendirian di situ tanpa tahu melakukan apa lagi untuk menghilangkan bosan.

Pilihannya kembali menghitung jejemari tangannya. Semalam Iyaaan bermimpi buruk sekali.

Seekor babi bergincu pink terang benderang mencaplok lengannya.

Untung ia bisa menyelamatkan diri, namun yang memprihatinkan jarinya cuma tersisa delapan.

Dalam tidur Iyaaan menangis. Meraung-raung minta dua jarinya dikembalikan. Dia terbangun dengan dada naik-turun. Langsung menghitung jemarinya sambil kepanikan.

Ada sepuluh. Iyaaan lega.

Jadi sehari ini, mulai ia mandi pagi, berangkat ke sekolah, sampai pelajaran pertama Matematika nya Pak Dul, dan sekarang masuk jam istirahat, Iyaaan menghitung jemari tangannya terus.
Memastikan benar-benar lengkap, utuh, tak ada yang kurang. Takut-takut kalau secara tiba-tiba hilang.

Sangat traumatis.

Bibir Iyaaan komat-kamit dengan kedua tangan membentang terbuka ke depan wajah, untuk setiap hitungan jarinya menekuk.

"Satu, dua, tiga, empat, lima-" Dia berhenti di kelingking kanan.

Mendadak perasaannya jadi tidak enak. Tetapi, tetap dilanjutkan. "Enam, tujuh, delapan ...." Iyaaan menilik ke sebelah kirinya. Leher saja yang menengok, posisi badannya tetap.

Jauh di ujung sana jalan buntu. Diblokir dinding beton area tempat parkir. Gedung tempat ia berada lokasinya paling sudut, paling jarang dijamah murid. Suasananya lebih berbeda. Sunyi, dingin, gelap dan membuat tak nyaman.

Iyaan dipaksa mengingat cerita-cerita mistis tentang eksistensi bangunan sekolah di Indonesia.

Konon katanya sekolah ini dibangun di atas tanah bekas kuburan.

Pikiran Iyaaan menjadi-jadi anehnya, bahkan ia merasakan jelas hembusan hangat menyentuh sekitar tengkuk.

Cowok itu cuma bisa melirik, tubuhnya kaku, di ujung matanya ia melihat, wajah pucat tertutup rambut panjang.

Akan tetapi, yang menjadi fokus Iyaaan justru bibir pink terang itu.

Yang menyambung hitungannya, "sembilan, sepuluh."

Iyaaan menyentak mepet tembok, "Jangan caplok jari saya!"

Suaranya yang berat mencicit. "... ampuni jari saya."

Mendapat respons yang tak terduga, gadis itu ikut terkaget-kaget juga. "Setan!" Ia terpekik.

Mereka sama-sama jantungan. Tersadar dia bukan sesosok babi bergincu pink terang benderang, surut-surut sikap Iyaaan kembali normal.

Tampaknya si gadis pun merasa baikan, mengingat lagi maksud awalnya kemari.

"Bian kan? Temennya Gale."

Iyaaan tergagap, "I-iya, Kak."

Raut gadis itu kian berseri-seri, "Gale nya manaaa?? Gue mau ketemu, mau ngomong sama Gale." Dia bertanya tak sabaran, sembari pandangannya berpencar ke sana-sini.

Siapa tau sosok yang dicari sedang bermain petak umpet. Kalau terlihat nanti mau langsung digeret.

Kontan Iyaaan gelagapan, dia belum menyiapkan macam-macam alasan jika hari ini dihadapkan dengan beberapa cewek mendatanginya cuma menanyai pertanyaan sejenis.

"Kakak ada urusan apa?" Iyaaan mengalihkan pembicaraan, sekilas merasa bersalah.

Dari perkataan Iyaaan, wajah manis lembut penuh keceriaan itu seketika diselubungi mendung gelap. Inilah inti permasalahannya.

keepyousafe Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang