Kencan?

19 5 25
                                    

Setelah beberapa hari enggak update, semoga masih kerasa feel-nyaa

Setelah beberapa hari enggak update, semoga masih kerasa feel-nyaa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini, Kanaya lembur di kantor. Lebih tepatnya sedang malas pulang ke kos. Curiositas akan sosok yang ada di sebelah kamar sungguh menyita pikiran, mungkin hatinya juga. Padahal, interaksi mereka sebenarnya normal bertetangga saja. Tetapi, kenapa dirinya yang baper? Sialan, emang. Hidup Kanaya yang damai dengan keseharian seakan harus berburu pasangan demi sayangnya pada sang adik.

Mata Kanaya sudah lelah menatap monitor 16 inci itu. Kepalanya juga sudah jenuh karena pindai cepat-cermat untuk naskah-naskah peserta lomba nulis novel yang penerbitannya lakukan. Oleh karenanya, Kanaya menelungkupkan kepalanya ke meja untuk sejenak beristirahat.

“Kalau capek, kamu bisa pulang, Nay.” Mendengar suara yang menegurnya Kanaya mengangkat kepala. Tanpa wanita itu sadari ternyata dia sudah terlelap beberapa menit. Tangannya mengusap alus kelopak mata dan mengedipkan beberapa kali untuk menyesuaikan cahaya.

Tiba-tiba saja matanya terbelalak saat menyadari siapa orang yang berdiri di depan kubikelnya. Efek kejutnya membuat Kanaya langsung menegakkan tubuh. “Pak Kenzi,” ucap Kanaya saat sudah sadar dan melihat jelas lelaki yang berada di kubikelnya.

“Bapak Kok masih ada di sini? Saya kira sudah pulang.”

“Belum. Tumben kamu belum pulang?”

Tidak berniat menjawab, lelaki itu menyajikan senyum cukup lama. Merapikan perlengkapan kerja dan bersiap-siang untuk pulang.

“Pasti belum makan malam, kan? Ikut saya, yuk!” Kanaya menghentikan aksi absen kelangkapan barang yang akan dia bawa pulang kemudian menatap Kenzi dengan penuh tanya.

“Jangan menolak, ya!” ultimatum Kenzi dengan senyum yang tidak bisa Kanaya tolak.

Keinginan untuk mencoba melakukan penjajakan dengan atasannya membuat Kanaya akhirnya mengangguk.

“Mau pakai motor kamu atau mobil saya?” tanya Kenzi saat keduanya sudah memasuki evalator.

“Kalau bawa kendaraan masing-masing, bagaimana?”

“Tidak ada di dalam opsi, Nay.”

“Mobil Pak Kenzi saja.” Opsi yang paling tepat untuk kesehatan pikirannya yang liar bahwa lelaki yang berwibawa itu mengajaknya kencan.

Untuk menghemat perjalanan, Kenzi membawa Kanaya ke pusat belanja terdekat dengan gedung keduanya bekerja

“Mau langsung makan, atau keliling dulu, Nay?” saat keduanya sudah menyusuri selasar mol.

“Boleh ke situ dulu, Pak?” tanya Kanaya yang ingin membeli tumbler estetik di outlet toko serba pernak-pernik khusus perempuan.
Saat Kanaya memilih botol, gelas atau sekaian peralatan makan yang menurutnya lucu, Kenzi justru berada di depan rak boneka.

“Nay, lucu nih,” ucap Kenzi seraya menunjukkan boneka leher yang terbuat kain febola lembut. “Mau?”

Kanaya menyipitkan sebelah mata dengan jemari telunjuk dan jempol yang mengapit dagu seakan perempuan itu mempertimbangkan bantal leher yang yang dibawa Kenzi.

Pilah Pilih PasanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang