Hanya Tetangga

25 2 11
                                    

Langsung baca kencan orang yang tidak ada ikatan ini.

Firaz merenggangkan ototnya yang pegal karena seharian ini menghadap laptop, kini ia melakukan perengganan di teras depan kamar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Firaz merenggangkan ototnya yang pegal karena seharian ini menghadap laptop, kini ia melakukan perengganan di teras depan kamar. Kacamata sudah diletakkan di kasur samping laptop. Sepertinya dia juga harus seperti Kanaya yang mempunyai meja di dalam kamar kos. Jika harus mengerjakan pekerjaan di kamar, dia tidak perlu nyeri punggung karena kebanyakan membungkuk.

Pikirannya sekarang merasa lebih jernih karena melihat langit yang mempunyai jarak pandang jauh serta warna biru yang menenangkannya. Pikirannya yang sempat jenuh, kini dia merasa baik dan siap untuk melanjutkan pekerjaannya yang setengah jalan.

Hanya saja pemandangan di bawah begitu memikat netranya. Kanaya yang baru memasuki area halaman kos-kos memakai kaos dan traning olahraga. Peluh yang membuat wajahnya terlihat semakin mengkilap tidak mengurangi wajah manis menggemas milik Kanaya.

Mata Firaz tidak lepas memandangi perempuan yang baru pulang lari sore hingga menghilang pada undakan kos. Lelaki itu bersandar pada dinding pembatas serta pandangannya melihat ke tangga di lantai tersebut menunggu wanita penghuni kamar sebelahnya menampakkan batang hidung.

"Loh, Mas? Enggak pulang? Nay kira lagi balik tapi nggak bawa mobil," ucap Kanaya

"Enggak. Habis semedi di dalam kamar. Kerjaan banyak, Nay. Dan harus selesai sekarang." Tetangga sebelah indekos Firaz menggangguk saja. "Oh ya, Nay. Habis olahraga mau ngapain?"

"Bebersihlah, Mas. Keringat semua ini."

Firaz hanya menggaruk tengkuk merasa pertanyaannya yang tidak spesifik dan terdengar seperti pertanyaan bodoh. Iyalah, habis olahraga ya mandi. "Iya juga. Tapi kalau malamnya?"

"Enggak kemana-mana, Mas. Nay juga ada tenggat kerjaan. Biar besok Minggu bisa libur nggak nyentuh kerjaan. Hari ini aja udah penuh ngedit di kamar, break buat olahraga aja biar nggak spaneng."

"Kamu nggak butuh suasana beda, Nay?" Kanaya menyipitkan satu mata, "Ke kedai kopi depan, yuk. Kita sama-sama menyelesaikan pekerjaan di sana."

"Hmm ... bagaimana ya?"

"Mas yang traktir. Demi punya teman nge-deadline."

"Oke."

Kanaya sudah menetralisir dan menjaga hatinya untuk tidak tidak jatuh suka pada Firaz. Menganggap lelaki itu sebatas kakak, tetangga atau teman walaupun beberapa kali akhirnya dia juga tidak kuasa menolak pesona Firaz. Dia ingin lebih, tetapi takut bertepuk sebelah tangan. Dia ingin melangkah maju, tapi ingat bagaimana konsep pernikahan Firaz yang tidak menjunjung kesetaraan membuat dia tidak yakin dengan tetangganya itu. Jadi, biarlah seperti dinovel-novel FWB, setidaknya itu dipikiran Kanaya. Mari bersenang-senang tanpa perlu sakit hati.

Di kedai kopi yang tidak jauh dari tempat kos, tempat dimana Kanaya dan Firaz pertama kali berbicara panjang dan lama sejak mereka kenal. Karena malam minggu keduanya nampak seperti dua sejoli yang sedang berkencan. Sayangnya pandangan tersebut harus terpatahkan ketika dua manusia itu sibuk dengan laptop dan perangkat digital masing-masing.

Pilah Pilih PasanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang