Random terakhir

21 4 13
                                    

Mari kita ikuti pencarian kanaya dalam Pilah-Pilih Pasangan

___Selamat membaca__

Kanaya duduk termenung di meja tempat biasanya ia mengerjakan swasunting ketika di kos. Kepalanya ia letakkan di atas meja. Seharian ini dia hanya menggeliat di kamar. Tidak ada semangat buat beraktivitas apalagi masuk kerja yang pastinya akan bertemu Kenzi.

"Bodoh, bodoh, bodoh!" geram Kanaya sambil menggetok kepala. Tidak lama hembusan napas kasar ia keluarkan dari mulutnya.

Harusnya editor fiksi itu memikirkan ulang untuk mencoba keberuntungan dengan pimpinan redaksi. Kapal belum berlayar sudah karam dulu. Ada kemungkinan akan mempengaruhi hubungan profesional yang selama ini terjalin.

"Besok kalau masuk kerja, bagaimana ya?!" gumam Kanaya. Tidak mungkin ia membolos lagi hanya untuk menghindari Kenzi. Jatah cutinya nanti habis, padahal ia berencana rehat sebentar dengan pulang ke Sidoarjo saat tenggat sudah ia tuntaskan.

Dalam kondisi gelisah tersebut, Kanaya dikejutkan dengan ponselnya yang bergetar menimbulkan efek bunyi rambatan. Nama Arlo muncul di layar. Dengan sedikit ragu, Kanaya menjawab panggilan itu.

"Assalamualaikum, Arlo."

"Hai, Kanaya! Lagi ngapain? Mau nggak ke pasar malam? Lapangan di dekat masjid itu ada bazar dengan banyak makanan enak. Ayo, kulineran!" suara Arlo terdengar ceria di seberang.

"Salam orang itu dijawab. Muslim, kan?" ucap Kanaya sedikit sarkas.

"He ... he ..., waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Arlo dengan lengkap sebagai balasan dari sindiran perempuan yang ia incar. "Gimana, mau, nggak?"

Kanaya berpikir sejenak. Mungkin pergi ke pasar malam bisa sedikit mengalihkan pikirannya. Apalagi setelah tertutup kemungkinan bersama Kenzi, ia butuh waktu untuk mengenal lelaki lain. Anak pemilik kos yang jelas-jelas suka padanya itu boleh untuk dilakukan penjajakan. "Oke, sounds good. Sekalian habis magriban, ya!"

Kanaya segera bersiap-siap berbersih sekaligus mengambil wudu. Saat selawat masih terdengar sambil menunggu azan, Kanaya memoles wajahnya dengan bedak dan pewarna bibir tipis. Setidaknya sentuhan dua produk kecantikan itu akan membuat tampilannya terlihat lebih fresh, meski tidak dengan perasaannya.

Baru saja Kanaya selesai menyelesaikan kewajiban tiga rakaatnya, pintu kamar sudah ada yang mengetuk. Dia sangat yakin itu Arlo. Kedatangan yang tidak ada jeda lama dengan azan berkumandang membuat Kanaya bimbang untuk pergi dan memberikan kesempatan penjajakan pada lelaki yang mengajaknya jalan.

"Nay, orang pasti bisa berubah. Kasih kesempatan dan ingatkan dia untuk salat," ucap Kanaya untuk menyakinkan diri sendiri.

Sebagaimana dugaan perempuan menjelang tiga puluh tahun, Arlo sudah berada di depan dengan pendar ekspresi senang yang tidak dapat di tampik. "Nay, aku enggak ekspect loh, kamu bakal mau."

Kanaya menampilkan senyum kaku sebagai respon ucapan Arlo. "Ya udah, berangkat sekarang."

Saat keduanya akan berangkat, di saat itu Firaz juga baru saja pulang selepas bekerja. Melihat anak pemilik kos dengan tetangga sebelah kamar yang akan keluar.

"Mas Firaz, baru pulang nih?" tanya Arlo dengan senyum yang menampakkan sedikit kerutan dan dahi. Ekspresi yang sangat kentara jika ia menunjukkan kemenangannya pada Firaz.

"Eh, iya, Arlo. Kalian mau pergi bareng?" Lelaki dengan wajah lelah itu memang menjawab pertanyaan Arlo, hanya saja lirikan mata pada Kanaya yang hanya memberikan senyum tipis, cepat dan tidak sampai ke mata.

"Iya, nih, kami mau pergi ke pasar malam," jawab Arlo lagi.

"Mau gabung kah, Mas Firaz?" tanya Kanaya yang basa-basi. Dia sebenarnya bingung berinteraksi dengan orang yang menjadi kandidatnya di saat pikirannya masih tidak nyaman efek kejadian di mol bersama Kenzi.

Pilah Pilih PasanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang