Cek Poin: Strata Sosial

11 4 14
                                    

hiks... hampir seminggu aku enggak update. Sedih sih, tapi mau bagaimana lagi. Awal bulan kerjaan numpuk + ada hajatan di rumah.

Tenang, cerita ini tidak akan digantung kok, pasti ditulis sampai tamat! Janjiku untuk pembaca!

Seakan menjadi ritual untuk Kanaya, jika ia sedang penat maka memandang langit adalah cara ia menenangkan diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seakan menjadi ritual untuk Kanaya, jika ia sedang penat maka memandang langit adalah cara ia menenangkan diri. Tidak peduli apakah pagi, siang, atau malam. Bagi Kanaya memandang dengan jarak jauh dan luas merilekskan pikiran kemudian memberikan ketenangan batin yang goyah. Bila ada semilir angin yang menyapu kulit dia merasakan desir kedamaian. Bahkan di saat cuaca tidak bersahabat, Kanaya senang melihat langit yang menumpahkan air. Dia bisa merasakan segar dan dingin untuk jiwa yang kerontang.

Di tembok pembatas lantai tiga, Kanaya berdiri menggunakan berpakaian pastel yang menutupi dadanya tampak lembut, namun kontras dengan suasana hati yang suram. Lesung pipit yang biasanya muncul saat senyum tersungging kini tersembunyi di balik ekspresi yang muram. Persoalan yang bisa ia bawa mudah, kenapa dia buat pelik sendiri. Kanaya seakan menjadi plin-plan karena tidak ingin jika hubungan asmara sang adik kandas karena ia tak kunjung berpasangan.

Pikiran Kanaya membawanya untuk berimajinasi liar. Seperti sekarang, saat ia menatap pekat langit malam, bintang hanya beberapa titik yang terlihat, bolehkah dia melihat satu bintang jatuh untuknya bisa memanjat permohonan?

"Sebenarnya kasian Ibuk-Bapak kalau anak-anaknya enggak kunjung nikah," desah frustasi Kanaya.

Ia pun meletakkan siku ke tembok, kemudian tangannya menyanggah dagu, semakin membuat posisi nyaman untuk meratapi hatinya yang gundah.

Firaz dengan penampilan formal dan kacamata minusnya, baru saja selesai menyelesaikan audit laporan keuangan tidak balance dengan catatan. Setelah beberapa hari lembur untuk melakukan penelusaran, kini sudah tuntas ketika biang kerok adalah adanya terlewat kuitansi nominal besar yang tidak terbukukan. Hanya saja, ketika pulang ke kos dia melihat perempuan di sebelah kamarnya dengan wajah yang tidak enak dilihat. "Langitnya enggak ada mendung, kenapa kamu yang terlihat murung, Nay?"

Kanaya menoleh ke sumber suara yang ternyata orang yang ia kenal belum sebulan. Sempat Kanaya menjadikannya crush tetapi gagal dengan orang yang Kanaya kenal lebih lama tentunya membuat nyalinya ciut. Sudah jangan mencoba keberuntungan, buat jodoh kok coba-coba. Itu cemooh dari dalam diri editor tersebut.

Tidak ingin mengasihani diri sendiri atau dikasiani orang lain, Kanaya langsung menarik sudut bibir berlawanan cukup lama. "Mana ada Nay pemurung itu, Mas. Nay itu makhluk paling ceria di kos-kosan ini," ucap Kanaya dengan menggerakkan kedua alisnya ke atas untuk menggoda Firaz agar dirinya tidak dikatakan dalam nuansa melankolis. "Justru wajah Mas Firaz yang terlihat kusut banget. Capek atau ada masalah kerjaan, Mas?"

Hufft ... Helaan napas berat Firaz dengan kedua pundaknya yang diturunkan. "Beberapa hari ini aku turun lapangan, memeriksa laporan keuangan tidak balance yang tidak wajar. Cukup bikin penat sih, untungnya masalah hanya di kemampuan adminstrasi bukan pada penggelepan. Setelah di betulkan pencatatannya, hari ini selesai juga."

Pilah Pilih PasanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang