Cek Poin : Cara Didik Keluarga

15 4 11
                                    

Jam segini, di hari minggu kalian ngapain?

Jam segini, di hari minggu kalian ngapain?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari Sabtu Kanaya tidak bekerja. Demi bisa mempunyai waktu yang lebih untuk bertemu Kanaya Firaz pun berangkat kerja lebih siang. Semala keduanya sudah membuat janji untuk lari pagi bersama

Melihat pintu kamar sebelahnya yang masih belum terbuka, Firaz pun melihat pada jajaran rak sepatu di depan kamar tersebut. Sepatu sport milik Kanaya masih ada, artinya gadis tersebut masih di dalam unit indekosnya.

Firaz melakukan perenggangan sekalian menghirup udara pagi yang masih sejuk. Dilirik arlojinya masih pukul lima lebih sepuluh pagi. Firaz pun sempat melakukan lari di tempat untuk menunggu tetangganya memenuhi janji.

"Sudah dari tadi, Mas?"

Firaz menoleh pada perempuan yang kini berdiri di ambang pintu. Ia pun melepas satu earphone yang terpasang agar lebih jelas mendengar suara Kanaya. "Enggak kok. Ayo sekarang, sebelum matahari menjadi terik."

"Nanti kalau Mas Firaz mau balik dulu gak papa. Habis lari Nay mau berjemur dulu sampai jam delapan terus mau makan nasi pecel madiun yang ada di lapangan."

"Sepertinya itu terdengar menyenangkan," timpal Firaz.

Kanaya tentu saja tertawa mendengar ucapan Firaz. Bagaimana kegiatan sesedarhana olahraga, berjemur dan makan di pinggir jalan adalah sesuatu yang menyenangkan? Tapi benar juga sih, kegiatan tersebut meningkatkan mood booster bagi Kanaya.

Olahraga artinya membuat tubuhnya bergerak, Kanaya yang bekerja bisa duduk lebih dari delapan jam tentu saja membutuhkan olahraga agar tidak mudah sakit pinggang. Matahari pagi pun sangat menghangatkan tubuh yang kesehariannya diterpa dinginnya AC. Dan sebagai orang perantauan dari wilayah Jawa Timur makan pecel sedikit mengobati rindunya. Meskipun Sidoarjo bukan wilayah asal makanan bumbu kacang itu setidaknya makanan itu mudah ia dapatkan jika berada di kota asalnya itu.

Jika Kanaya bisa merasakan sisi bungah dengan respon sederhana Firaz akan aktivitasnya, bisa jadikan yang tetangganya ucapkan memang tulus bukan pemanis mulut karena merasakan tidak enak pulang duluan.

"Hallo ... Kanaya! Ini Jakarta, orangnya terbuka. Sungkan sungguh bukan karakter metropolitan!" teriak Kanaya dalam hatinya.

"Ayo, Nay! Malah bengong."

Kanaya menyengir. "Hehehe ... sebentar, Nay pakai sepatu dulu."

Dengan gerakan cepat Kanaya memakai sepatunya, tidak lupa mengunci unit indekosnya. Kunci dan ponsel yang Kanaya bawa ia selipkan ke dalam kantong jaket parasutnya.

Tidak ada obrolan di antara keduanya saat jogging sepanjang trotoar bahkan saat keliling lapangan. Hanya musik yang mampu didengar sendiri-sendiri melalui ipod yang menyumbat telinga.

Firaz selalu menatap takjub pada Kanaya saat olahraga lari. Sepuluh putaran dengan keliling lintasan 3 kilometer tanpa berhenti.

"Ini, Mas." Kanaya menyerahkan selembar lima ribuan. Saat keduanya selesai menyelesaikan transaksi membeli air mineral pada pedagang kaki lima.

Pilah Pilih PasanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang