💫 BAB 8 - SAFE DISTANCE

81 52 7
                                    

FOLLOW DULU, YUK. BIAR CERITANYA BISA DI BUKA + DAPAT NOTIF UPDATE.
Eka_Mayri

.
.

IG : @hai.ekaaaa
Tiktok : @hai.ekaaaa

.
.

Kalau ada kata yang salah, tolong komen yang baik, ya 😊

Viola masih terdiam dengan air mata yang terus mengalir di sudut matanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Viola masih terdiam dengan air mata yang terus mengalir di sudut matanya. Tatapan dan pikirannya kosong, napasnya naik turun tak beraturan, dadanya terasa begitu sesak. Bagaimana tidak, rumah yang ia tinggali selama delapan belas tahun lamanya, sekarang hanya tinggal kenangan. Bahkan kenangan pun tidak bisa ia selamatkan dari rumah itu. Semuanya lenyap, rumah itu hampir rata dengan tanah.

Apa yang harus Viola lakukan sekarang? Di mana ia harus tinggal? Apakah ia harus mengungsi ke rumah tantenya? Ah, tapi tidak mungkin. Sang tante sekarang sedang berada di Vietnam untuk sebuah pekerjaan. Rasanya tidak enak jika ia harus menginap di sana, sedangkan di rumah itu hanya ada suami tantenya. Viola khawatir dan takut, karena ia tidak terlalu dekat dengan suami tantenya itu.

Viola merogoh ponsel yang ada di dalam tas ranselnya. Ia ingin menghubungi Louis untuk meminta bantuan. Namun, sayangnya, baru saja Viola ingin menekan tombol panggilan pada nomor itu, tiba-tiba ponselnya kehabisan baterai dan langsung menampilkan layar hitam saja. Viola semakin sedih di buatnya.

Dengan tangis yang sekarang ia tahan, tiba-tiba seseorang menyodorkan tisu dari arah belakangnya. Viola mendongakkan kepalanya tatkala seseorang itu kini berdiri di hadapannya.

“Nih, hapus dulu hingus lo! Jorok banget,” ucap Venus menarik tangan Viola memberikan tisu.

Viola menghapus air mata dan menghembuskan hingusnya. Ia ingin memberikan kembali tisu kotor itu ke Venus, tapi buru-buru Venus menepis tangan Viola hingga tisu bekas hingus gadis itu terlempar dari tangannya.

“Jorok banget, lo!” ucap Venus kesal. Namun, Viola tidak meresponnya, ia kembali menatap kosong ke arah rumahnya yang terbakar. Sampai dehaman Venus menarik atensinya untuk menatap laki-laki itu.

“Madam Lucy--” ucapan Venus terpotong. Viola tahu apa yang akan di katakan laki-laki itu padanya.

“Tante lagi di Vietnam. Dia udah nyuruh gue buat tinggal di rumahnya. Tapi, gue nggak mau. Di sana cuma ada suaminya doang, gue nggak terlalu dekat dan gue takut,” cerocosnya dengan mata yang masih berkaca-kaca.

Venus menghela napas pelan, padahal bukan itu yang ingin ia bicarakan. Tapi, gadis itu langsung memotong ucapannya.

Venus merasa iba pada Viola yang kini terlihat sangat kacau di hadapannya. Tangan Venus terulur menghapus air mata yang tak sengaja ia lihat menetes pada sudut mata Viola. Gadis itu masih berusaha menahan agar tangisnya tidak pecah di hadapan Venus. Namun, perlakuan Venus membuatnya tidak berdaya. Viola langsung memeluk tubuh laki-laki itu, mengeluarkan semua tangisan yang tadi sempat tertahan. Venus tersentak kaget mendapati tubuhnya di peluk oleh Viola. Namun setelahnya, ia membalas dengan lembut pelukan gadis itu.

The Difference Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang