💫 BAB 13 - PAST EVENTS

44 30 0
                                    

FOLLOW DULU, YUK. BIAR CERITANYA BISA DI BUKA + DAPAT NOTIF UPDATE.
Eka_Mayri

.
.

IG : @hai.ekaaaa
Tiktok : @hai.ekaaaa

.
.

Kalau ada kata yang salah, tolong komen yang baik, ya 😊

Langkah kaki Viola begitu kencang menelusuri setiap lorong rumah sakit jiwa bersamaan dengan Venus yang selalu  setia menemaninya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Langkah kaki Viola begitu kencang menelusuri setiap lorong rumah sakit jiwa bersamaan dengan Venus yang selalu  setia menemaninya. Viola tidak sabar untuk segera menemui mamanya, menghentikan sang mama yang terus berusaha melukai tubuhnya.

Tepat di depan ruang rawat mamanya, tampak seorang perawat yang baru saja keluar dari ruangan itu seraya mendorong troli medisnya.

Dengan napas yang masih terengah-engah Viola menghampiri sang perawat.

“Sus, mama saya, gimana?” tanya Viola seraya melirik ruang rawat mamanya.

“Bu Shara sudah kami beri obat penenang. Luka sayatan dan goresan di tangannya juga sudah kami obati,” jelas perawat itu.

Viola mengangguk paham. “Apa saya udah boleh masuk, sus?”

“Iya, silahkan nona. Saya permisi dulu.”

Viola membuka pelan pintu ruang rawat mamanya. Ia masuk perlahan di ikuti Venus di belakangnya. Viola menatap sendu wajah pucat dan tubuh ringkih sang ibu yang kini tengah terlelap. Gadis itu duduk seraya menggenggam jemari mamanya.

“Ma ... maafin Viola. Viola nggak bisa jagain mama. Viola nggak bisa jaga rumah kita juga,” ucap Viola lirih dengan air mata yang sudah membendung di pelupuk matanya.

“Mama nggak boleh nyakitin diri mama lagi, ya. Mama kuat, mama hebat. Viola janji, Viola bakal sering-sering temenin mama di sini.”

Venus menatap sendu pemandangan di hadapannya. Selama ini, yang ia  tahu bahwa Viola anak yang kuat, berani dan selalu ceria. Tapi, sekarang sisi terlemah Violah berhasil Venus lihat. Di balik sikapnya yang selalu ceria, siapa sangka ada luka yang di sembunyikan gadis itu. Venus bergerak mendekati Viola. Ia mengusap lembut punggung gadis itu.

“Mama lo kuat, kok. Dia bakal sembuh. Lo harus yakin itu!"

Viola menatap lirih Venus. “Apa mama benci sama gue, ya? Apa mama bakal ninggalin gue? Ap—“ ucapan Viola terpotong tatkala Venus langsung mendekap tubuh Viola. Venus bisa merasakan tubuh gadis itu sedikit gemetar.

“Mama lo nggak pernah benci sama lo. Dan lo nggak akan ngerasa sendiri. Tenang ya, ada gue di sini,” Venus mengelus pelan puncak kepala gadis itu.

“Tapi, kenapa tiap kali mama natap gue, dia sering bilang benci sama gue? Kalau gue datang ke sini jenguk mama,  mama selalu menghindar dari tatapan mata gue. Apa gue harus congkel mata gue dulu, biar mama bisa natap gue? Gue nggak mau mama benci sama gue, Venus. Gue nggak mau.”

Sekuat tenaga Viola menahan isakannya agar tidak menggangu sang mama yang tengah terlelap.

Venus mengendurkan pelukannya. Ia meraih pipi Viola dengan kedua tangannya. Venus menatap lamat wajah gadis itu seraya menghapus air mata yang sudah menetes dari sudut matanya.

“Hei ... lo nggak boleh lemah, Vio. Lo nggak boleh kalah sama pikiran lo. Lo itu cewek terkuat yang pernah gue kenal.”

Viola menggeleng cepat. “Nggak ada manusia yang benar-benar kuat, Venus. Gue hanya berusaha untuk terbiasa dengan semua ini. Dan gue harap, suatu hari nanti, mama bakal bisa peluk gue lagi dan natap gue sebagai anak kesayangannya.”

Venus menganggukan kepalanya seraya tersenyum memandangi wajah sendu Viola. “Iya, gue yakin. Suatu hari nanti, apa yang lo harapin itu, bisa lo dapatin.”

“Gue harap, gue nggak bakal kecewa dengan ekspektasi yang udah gue harapkan itu, Venus.”

📸

Sejak Viola meninggalkan ruang rawat mamanya. Tatapan gadis itu masih saja kosong. Venus sudah berulang kali mengajaknya berbicara untuk mengalihkan pikiran yang memukul perasaan Viola.

Ting ...

Suara notifikasi dari ponsel Venus berhasil mengalihkan pandangan kosong Viola. Baru saja Viola ingin melihat notifikasi di layar ponsel itu, Venus buru-buru meriah ponselnya.

Venus membulatkan matanya menatap pesan yang baru saja ia dapatkan. Pesan itu menampilkan berita masa lalunya yang di kirimkan oleh Bianna. Kenapa berita ini bisa keluar lagi? batin Venus
Venus segera menekan tombol panggilan pada nomor Bianna. Sebelumnya ia melangkah sedikit menjauh dari Viola.

“Gimana? Udah lihat yang gue kirim?” ucap Bianna di seberang sana.

“Lo— kenapa bisa?” tanya Venus tak percaya.

Bianna terkekeh pelan. “Venus ... Venus. Udah gue bilang, kan? Lo itu nggak bisa jauh-jauh dari gue, Venus. Lo di takdirkan cuma buat gue,” ucap Bianna penuh kemenangan.

Venus terkekeh geli. “Mimpi, lo.”

“Liat aja apa yang akan gue lakuin, kalo lo nggak ikut apa yang gue mau.”

Panggilan telepon itu langsung terputus. Venus mencengkram erat ponsel di tangannya. Wajahnya memerah dengan rahang yang ikut mengeras.

“Shittt ....”

“Siapa yang telepon?” tanya Viola yang tiba-tiba sudah berada di belakang Venus.

Venus memutar badannya menghadap Viola. “I-ini Madam Lucy yang telepon,” Venus menghela napas pelan, beruntungnya Lucy memang baru saja mengirimkan sebuah pesan agar ia dan Viola segera ke kantor agency.

Kening Viola berkerut. “Ngapain? Mau nampar gue lagi?” tanya Viola heran.

Tangan Venus terangkat memegang pundak Viola. “Madam Lucy udah tau semuanya. Dia mau minta maaf sama lo,” jelas Venus.

Viola menganggukkan kepalanya. “Oh ... kenapa tante nggak langsung telepon gue aja?”

Venus menghela napas pelan. “Ponsel lo mati, kalo lupa. Ya udah, ayo, buruan!” Venus merangkul bahu Viola, mengajaknya masuk ke mobil.

📸

Gimana bab 13 nya?
Jangan lupa vote & komen ya guys 😉

The Difference Between UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang