17 - Mochi

64 17 8
                                    

Selasa, 06-08-24

Happy reading!

________________

Danuar ini adalah manusia yang Tuhan ciptakan dengan kondisi yang nyaris sempurna. Pria yang memiliki tinggi tubuh 181m itu adalah bentuk nyata dari salah satu perwujudan ciptaan indah Tuhan.

Ya, indah. Danuar terlihat begitu indah dengan lengan kemeja yang ia gulung sampai sikut. Kepalang seksi jika di lihat secara saksama.

Pria itu, tengah mencoba menjadi seorang Ayah yang siaga. Terhitung sudah waktu tiga puluh menit yang pria itu habiskan di dapur hanya untuk sepiring pasta untuk sang terkasih. Sang buah hati di dalam perut.

"Sebentar lagi, ya ... Tunggu Papa, Jagoan." Danuar bergumam seraya memberikan hiasan kecil di atas piring pasta menggunakan irisan tomat segar membuat Raya tersenyum senang.

"Jagoan Papa sudah sangat lapar, bisakah Papa bergegas?" Raya mengikuti nada bicara Danuar. Hal yang akhirnya membuat pria itu bergegas membawa satu piring pasta setelah mematikan siaran Youtube ke hadapan sang istri yang terlihat berbinar.

Ya, pria itu baru saja melakukan eksekusi yang ia lihat dari acara tersebut. Resep pasta terenak, katanya.

"Nah, Jagoan dan Mama sudah bisa makan. Makan pelan-pelan, ya?" katanya dengan sebuah usapan yang Danuar bubuhkan di atas perut Raya yang sudah terlihat menonjol kecil.

Si jabang bayi di dalam sana menginginkannya, tentu saja Danuar tak ingin melewatkan kesempatan ini.

Mengidamnya Raya adalah sebuah keharusan yang selalu Danuar usahakan keinginan.

Usia kandungannya sudah memasuki usia empat bulan. Selama itu pula Danuar selalu menjadi pasangan yang selalu bisa di andalkan.

"Pelan-pelan, nanti tersedak." Danuar mengusap saus pasta pada bibir tipis istrinya. Raya tersenyum sekaligus merona. Apalagi, Danuar mengecup ibu jarinya yang terkena saus tadi.

"Enak, sayang. Nanti buatkan lagi ya?" Raya meminta dengan kelopak mata yang menyipit. Wanita itu tersenyum sehingga menenggelamkan bola matanya.

Danuar tersenyum. "jangan terlalu sering tetapi."

"Iya, tidak janji, tetapi jika Jagoan inginnya sering bagaimana?"

"Yah, itu memang senjatamu semenjak mengandung. Aku mana sanggup menolaknya." Danuar mencubit kecil pucuk hidung Raya sembari tersenyum.

Raya sendiri memang sangat memanfaatkan kehamilannya. Danuar tidak akan berkutik jika menyangkut si jabang Bayi.

"Oh iya, mas ... Mengenai si Jagoan ini, kita 'kan belum melihat jenis kelaminnya. Bagaimana jika dia seorang putri sedang selama ini kita memanggilnya Jagoan?" Raya tiba-tiba terpikirkan. Keinginannya untuk memiliki seorang putra membuat mereka memanggil si jabang Bayi dengan sebutan demikian.

"Tidak apa-apa. Bukankah hari ini kita akan tahu jenis kelaminnya?" hari ini memang akan USG. Selain untuk memeriksa perkembangan janin, mereka juga akan melihat jenis kelamin bayi mereka.

"Dan jika dia bukan laki-laki, apa kamu akan tetap menyayanginya?" Raya bertanya. Sekelebat takut hinggap di dasar hati.

Entahlah. Raya hanya takut mengecewakan suaminya.

Danuar terdiam beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum sebelum mengelus pucuk kepala sang jelita, Danuar lebih dulu mengecup ujung bibir istrinya. Benar-benar hanya sebuah kecupan.

"Apa pun jenis kelaminnya, tidak akan memutus kemungkinan bahwa dia adalah anakku, sayang. Mau laki-laki atau perempuan, keduanya akan sama-sama mendapatkan kasih sayang dariku. Jika kamu berpikir aku tidak akan menyayanginya karena merasa kecewa, kamu salah besar. Aku tidak akan mungkin membiarkan anakku tidak mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya."

BLACK ROSE || NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang