2. Cokelat

171 73 7
                                        

April 2024

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

April 2024

__________

Dalam ke bungkamannya, pikiran Danuar tidak benar-benar tengah melalang buana. Pria yang tengah di baluti kaus sewarna hijau busuk itu tengah memikirkan berbagai macam hal yang akan ia lakukan setelah kedua kakinya menapaki Yogyakarta.

Ia tidak sendirian, selalu dan setia bahwa seseorang yang berada di sampingnya itu menemani perjalanan dirinya kali ini.

Bukan perjalanan bisnis, tetapi dapat di sebut demikian karena Danuar memang selalu berjuang tetap pada ranah tersebut.

Mengumpulkan pundi-pundi uang adalah keahlian Danuar.

Maka jangan sebut dirinya Danuar jika langkah selanjutnya tak bisa ia lewati. Bahkan sekalipun terjal dan curam, kedua kaki Danuar tak akan melangkah mundur.

“Hal apa yang tengah kamu pikirkan sehingga kedua sudut bibir kamu terangkat, Danuar?” tanya seseorang yang masih duduk di samping Danuar. Seorang teman yang memiliki nama Tubagus itu bertanya setelah melihat bahwa memang, detik tadi Danuar diam-diam tengah tersenyum.

Bukan hal yang langka sebenarnya, tetapi, senyuman Danuar itu terbilang cukup mahal.
Lantas, hal apakah yang akan ia lakukan di Yogyakarta ini dapat membayar sebuah senyumannya itu?

Tubagus tak tahu. Ia bahkan hanya di beri tahu bahwa ia harus menemani Danuar ke Yogyakarta.

Danuar sempat melirik Tubagus. Lalu melihat pada google maps yang tengah menuntun perjalanan mereka. “Hanya Yogyakarta. Ternyata di kota ini sempat ada sebuah kenangan dimana akhirnya akan membawa aku pada suatu hal yang menguntungkan.”

“Kerja sama dengan keluarga keraton?” Tubagus memiringkan tubuhnya, memusatkan semua pandangannya pada Danuar.

Danuar menggeleng. “Untuk menemui seorang ayah yang memiliki anak gadis, hal apa yang harus aku lakukan dan membawa sesuatu seperti apa sebagai tanda buah tangan?”

Kening Tubagus mengerut bingung. Pria yang se umuran dengan Danuar itu menjawab dengan sedikit ragu. “aku tidak tahu kenapa pula kamu bertanya demikian, apakah ini ada kaitannya dengan semacam kamu yang akan meminta anak gadis itu untuk kamu jadikan sebuah keuntungan?”

Terlampau pintar. Tetapi Danuar tak ingin membuat Tubagus besar kepala. Maka, dengan suara terlampau tenangnya, dengan sebuah keyakinan yang ragu-ragu Danuar pampangkan di seluruh wajahnya, pria itu berkata. “keuntungan seperti apa yang harus aku jelaskan? Aku hanya tengah berusaha untuk membawa anak gadis itu untuk aku jadikan Ratu. Untuk aku jadikan seseorang yang akan merasakan bahagia hidup dengan menyandang sebuah marga Abimana.” 

“Tunggu...,” Tubagus mencerna setiap kalimat yang keluar dari bibir Danuar. Pria itu menatap Danuar dengan rasa tidak percaya dan ragu bertanya. “apakah ini seperti sebuah lamaran?”

BLACK ROSE || NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang