Hiruk pikuk kota dan terangnya langit saat ini tak membuat Raya kehilangan semangat untuk melakukan sebuah pameran yang sudah jauh-jauh hari ia siapkan. Kali ini, ia melakukannya di sebuah gedung yang terdapat di Jakarta Utara.
Raya bersama kedua sahabatnya, yaitu Mita dan Nolen, ketiganya bersama tengah menatap deretan-deretan lukisan indah yang Raya ciptakan.
Ketiga manusia itu tersenyum puas, semuanya terjejer rapih dan sesuai dengan ekspektasi Raya.
“Huh... Aku sudah tidak sabar untuk melihat semua tamu-tamu undangan yang akan hadir, karena melihat mereka yang akan menikmati semua jerih payahnya kita ibaratkan sebuah kapsul vitamin. Semua lelah akan terbayar ketika semua acara berjalan dengan begitu lancar.” Nolen berkacak pinggang sembari tersenyum puas. Deretan gigi-gigi putih pria itu terlihat dari kedua bibirnya yang terbentuk kotak.
Raya membenarkan itu, pengunjung yang hadir dalam pamerannya akan memuaskan Raya hari ini.
Mita menggandeng lengan Raya dengan senyuman lebarnya. Gadis itu menatap Raya dengan penuh kagum. “ini adalah ke tujuh kalinya kamu melakukan pameran seperti ini, Raya. Dan aku sangat-sangat bangga kepada kamu, terima kasih ya, berkat kamu, aku jadi memiliki banyak sekali alasan untuk bahagia. Semua lukisan-lukisan yang kamu pampangkan ini begitu menyentuh hati, mengandung arti yang begitu berarti.”
Nolen menyahut. “bagaimana dengan kehadiranku? Apakah dapat membuat kamu bahagia?” Nolen mengedipkan sebelah matanya setelah berkata demikian sembari memandang Mita. Membuat Raya tak bisa melunturkan senyumnya. Gadis itu luar biasa bahagia sekali hari ini.
Mita mencelikkan kedua bola matanya. “jangan terlalu percaya diri, Nolen... “
“Jujur saja, aku tahu, kehadiranku juga sangat-sangat berarti untukmu.”
“Aku akan lebih senang jika tak bekerja denganmu, pria aneh!”
Nolen terkekeh. “oh ayolah, gadis berisik ini sangat-sangat menjengkelkan.”
Perdebatan antara Nolen dan Mita masih saja berlanjut ketika Raya bahkan sudah menyusuri satu persatu dinding yang terdapat lukisannya. Kedua manusia itu memang seperti itu, namun meski begitu, mereka terlampau akrab.
Acara masih akan di buka selama tiga puluh menit lagi, yaitu tepat pada pukul 12:30 siang. Dan selama itu Raya masih memiliki waktu untuk sekedar mengisi perutnya. Gadis itu kurang memperhatikan dirinya sejak di sibukkan sedari kemarin.
Raya memesan makanan siap antar, ia hanya membeli sekotak nasi dengan lauk yang berada di salah satu rumah makan di daerah tersebut.
Sebetulnya, Raya mungkin saja akan melewatkan lagi makannya jika saja ia tak melihat ponselnya, ia melihat ada dua pesan yang Danuar kirimkan yang memerintahkannya untuk memperhatikan kesehatan Raya.
Mereka berdua sudah tak bertemu selama empat hari. Itu karena kesibukan keduanya. Dan entah mengapa, Raya mendadak merasa rindu kepada pria itu.
🥀
Kepulan asap rokok terlihat mengudara, bara api yang berada di ujung rokok masih terlihat menyala. Danuar sama sekali tak berniat untuk beranjak dari duduknya dan hanya memperhatikan lalu lalang dari ketinggian.
Danuar tengah berada di balkon kamarnya, malam-malam begini adalah waktu yang pas untuk ia menghirup udara menenangkan seperti ini setelah seharian bergelut dengan pekerjaannya.
Mungkin, ia sudah menghabiskan waktu kurang lebih dua puluh lima menit saat ini. Danuar sesekali melihat ponselnya yang meredup lalu menyala kembali, seperti itu hingga beberapa kali.
KAMU SEDANG MEMBACA
BLACK ROSE || Namjoon
Hayran KurguDanuar dan Raya bertemu dalam sebuah acara yang di adakan di Yogyakarta. Hingga pada akhirnya, mereka cukup dekat hanya sebagai teman. Sifat keduanya cukup berbanding terbalik. Hidup Danuar terlampau penuh kilau, sedangkan Raya tak menyukai sesuatu...