13 - Ramen

83 35 5
                                    

Tak salah jika kebanyakan orang mengatakan bahwa Swiss itu adalah sebuah surga. Surga dunia dengan segala keindahannya.

Raya setuju tentang hal itu.

Swiss dengan segala keindahannya, adalah bentuk nyata dari salah satu ciptaan tuhan.

Raya memandang kagum pada bantaran gunung-gunung yang menjulang indah. Gunung-gunung yang di lapisi salju dapat memanjakan matanya.

Raya tengah berada di balkon kamar hotelnya, meski begitu, hawa dingin tak mampu membuat Raya beranjak barang selangkah saja dan menyia-nyiakan kehidupan tersebut.

Sebetulnya masih terlalu dini untuk ia bangun, akan tetapi, ketika kedua netranya terbuka, Raya tak dapat menahan diri untuk membuka pintu kaca yang terhubung pada balkon ini.

Wanita itu bahkan meninggalkan suaminya yang masih terlelap di atas kasur. Pagi ini, pemandangan pagi di kota Swiss sangat mencuri perhatiannya.

“Ahh ... tidak sia-sia aku menghabiskan waktu berjam-jam jika di suguhkan dengan pemandangan seperti ini.” Senyum bahagia terlukis di wajahnya. Sungguh, Raya sebetulnya memang hanya melihat keindahan Swiss dari sosial media saja. Tak menyangka jika kini kedua kakinya berpijak di negara ini.

Raya bahkan merentangkan kedua tangannya untuk mempersilahkan udara pagi itu menjamah tubuhnya. Seolah mempersiapkan siap di apakah saja oleh udara pagi di Swiss.

“Dingin, setidaknya pakai mantelmu, sayang.” Suara serak itu milik Danuar.

Suaminya kini sudah tepat berada di balik tubuhnya, alih-alih memberikan mantel sesuai apa yang pria itu katakan, Danuar malah memberikan kehangatan lewatkan dekapannya. Membungkus tubuh Raya yang kecil dengan tubuh besarnya.

Mata Danuar terpejam, sisa-sisa kantuk memang masih tersisa.

Raya tersenyum membiarkan Danuar berbuat sesuaka hati. “jika masih mengantuk, tidurlah ... Aku akan tetap di sini, menikmati ini.”

“Dan membiarkan tubuh istriku membeku kedinginan? Jangan bercanda pretty, aku bukan suami yang jahat.”

Raya terkekeh, kedua tangan suami yang melingkari perutnya ia elusi dengan sayang. “memang, siapa yang mengatakan kamu jahat? Kamu itu baik sekali, laki-laki baik yang pernah aku temui.”

Danuar sempat termenung setelah membuka mata, menatap lurus pada jalanan yang di tutupi salju. Seingatnya, semalam itu salju tidak turun dengan lebat.

Namun ini bukan tentang salju. Danuar tengah mencari pembenaran dalam hati jika ia memang laki-laki baik yang pernah Raya temui.

Danuar harap demikian. Ia dapat menjadi laki-laki terbaiknya Raya.

“Kamu menyukainya?” satu kecupan mendarat di pucuk kepala Raya yang harum setelah Danuar bertanya demikian.

“Aku sangat menyukainya, sayang ... Aku tidak pernah berandai-andai akan pergi ke negara ini, kamu tahu, aku tidak memiliki uang sebanyak itu untuk berfoya-foya dan lihatlah sekarang, Tuhan berbaik hati sekali karena mengirimkan kamu. Berkat kamu, aku jadi tahu negara seindah ini memang benar-benar nyata adanya.”

Raya membalikkan badan setelah mengeluarkan isi hatinya. Wanita itu kini sedikit mendongkak dan tersenyum dengan begitu manis ke arah suaminya. “aku sadar, ternyata, aku benar-benar menikahi pria kaya.”

Tawa Danuar meledak. Tangan besarnya ia bawa untuk mengelus rambut istrinya. Memandangi wajah Raya yang indah, ya, meskipun pegunungan di hadapannya saat ini terlampau begitu indah, di mata Danuar, hanya Raya satu-satunya yang terlihat indah dan cantik!

BLACK ROSE || NamjoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang