Setelah ucapan tegas dari Adiwilaga Tacenda itu muncul. Ketegangan belum juga menurun, Adimas masih kekeh membawa kembali Emily kedalam Tacenda yang jelas jelas sudah menolak. Tacenda mungkin jahat, tapi ini tetap menjadi konsekuensinya. Semua memiliki prinsip yang sama. Suatu kesalahan besar akan sulit dimaafkan apapun itu. Ini kesalahan besar hingga menghasilkan anak perempuan yang dimasa depan tak bisa dinikahkan oleh ayahnya.
"Papa masih kekeh kan bawa dia kesini? aku sama anak anak yang bakal pergi." ucap Elea sebelum menarik tangan Nola dan Hadden serampangan.
"Sayang, tenang dulu, kita ngobrol dulu biar clear hari ini." cegah Andrew. Dia sebenernya mau semua kembali baik baik saja. Ini sudah belasan tahun tapi dendam tidak pernah luntur sedikitpun dari Elea.
"Mas bilang aku suruh tenang?! Mas tuh buka mata deh. Papa sama mamaku itu nggak pernah berubah sejak belasan tahun lalu. Papa sama mama itu masih sama, egois! Mas jangan cuma suruh aku maafin mama sama papa dan kita baikan. Mas juga harus pikirin hati aku, aku tuh selalu sakit tau mas liat mama papa. Aku selalu inget mereka mau kasih aku ke napi. Bayangin kalau aku nggak sama kamu waktu itu, suamiku bakalan napi. Mereka baik sama Nola bahkan sama Hadden, itu bener. Tapi mereka juga yang baik sama orang yang bikin aku trauma buat punya anak lagi setelah Hadden. Aku selalu takut Hadden punya adik. Aku takut anak aku jadi anak tengah." seru Elea bercampur airmata.
Andrew tidak tau kalau Elea ini sempat takut KB dan memaksakan diri untuk itu karena takut hal tersebut. Bahkan Elea yang sudah KB sajaa masih memiliki ketakutan yang sama. Mereka selalu deeptalk semua hal, tak ada yang ditutupi. Elea selalu menjawab kalau dia dan papa mamanya baik baik saja kalau ditanya Andrew. Sebagai suami memang, Andrew hanya menasehati dan tentu merangkul semuanya.
"Papa sama mama juga. Papa sama mama selalu milih dia kan? silahkan. Cintai dan kasih kasih sayang luar biasa ke cucu kalian itu. Nola sama Hadden biar sama aku." Elea benar benar.
"Dan kau!" tunjuk Elea kemuka Velea.
"Seharusnya kau tau, orang kau panggil dia sebagai Mami itu yang akan bawa kamu ke lubang yang nggak pernah kau duga." Emily itu gila sekalian dengan papa mamanya.
"Elea. Mau tinggalkan kakek seperti ini?" saut Adiwilaga yang tangannya menggenggam erat lengan Andrew. Melihat Elea berdiri menggandeng 2 anaknya didepan pintu.
"Bapak mau diantar ke kamar?" tanya Andrew.
"Aku ikut. Kita kehotel." ucap Adiwilaga yang mendapat protes keras dari Adimas Tacenda.
"Pak?"
"Apalagi Adimas! Saya sudah berkali kali mengatakan tidak akan pernah menerimanya. Dulu permintaanmu sudah saya setujui kan? menikahkan Elea. Dan kesepakatan kita hanya sampai disana. Wali Elea tetap saya, yang menjadi keputusannya akan menjadi keputusan saya juga. Tacenda perempuan hanya Eleanor dan Nola. Selesai." ucap Adiwilaga dan berjalan dengan tertatih digandeng Andrew disusul Serena.
"Bang, bapak itu selalu teguh pendirian. Kalau abang mau memaksa bawa dia kembali, artinya abang ngelawan bapak. Ngelawan bapak sama dengan melawan kami juga. Saranku, sudah lah bang kita kembali keperjanjian awal saja. Kalau abang sama mbak begini, semua yang sakit. Elea, Andrew bahkan anak anak." Adrian Tacenda kalau serius semuanya bisa tercengang kaya sekarang.
Setelahnya benar benar keluarga Aditama pergi kekamar masing masing. Menyisakan Adrian dan Adimas sekeluarga. Marvin bahkan ikut disana, Emily adiknya bahkan Elea juga. Selama Emily pergi Marvin juga tidak pernah bisa berkontak.
Yaa entah Adimas bakal memaksa atau tidak. We dont know.
|•
Sesampainya disalah satu hotel terkenal di dekat Tacenda 1. Andrew langsung mengurus untuk check in kamar untuk Adiwilaga Tacenda ditemani 1 ajudannya. Dengan satu kamar tapi kasur berbeda diruangan berbeda. 1 kamar lagi dengan twin bed untuk Serena dan Hadden. 1 kamar lagi untuk mereka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sense Of Rythm ✔
Teen Fiction[COMPLETED] [IRAMA'S SERIES 2] Sense Of Rythm adalah sebuah rasa dari sebuah irama. Tak seperti sebelumnya, cinta yang baru saja timbul tanpa alasan. Saling mencari dan berusaha mendapatkan. Hingga menemukan sebuah 'rasa' dalam irama. Rumit, menyeba...