8

309 60 3
                                    

Setelah mengatakannya, tanpa menunggu aku mencerna kalimatnya. Dia sudah menutup pintu membuat aku tidak bisa bertanya kenapa dia bisa mengatakan kalimat yang tidak pernah kusangka akan dia katakan.

Aku coba memikirkan alasan dia mengatakannya, tahu tidak akan menemukan jawaban, aku membungkus diri dengan selimut dan mematikan lampu utama di mana sakelarnya memang ada di sisi ranjang. Aku memejamkan mata dan tidur dalam damai.

Sayangnya, aku lupa. Kalau aku sering lapar tengah malam. Sejak hamil, itu menjadi kebiasaan yang agak tidak menyenangkan. Karena dulu tinggal bersama mertuaku, dia selalu merasa terganggu dengan hal tersebut. Harus menemukan orang lain mengacak dapur dan menyangkakan aku pencuri membuat dia tidak senang.

Dia juga pernah hampir memukulku dengan tongkat karena berpikir aku orang lain yang masuk ke rumahnya. Tapi sepertinya dia memang sengaja. Tidak memiliki alasan untuk menghantamkan kemarahannya padaku, dia berpura-pura berpikir aku pencuri.

Untungnya Tony datang di waktu yang tepat. Dia menahan tangan ibunya dan menyalakan lampu kemudian. Tanpa meminta maaf, wanita itu malah sibuk menyalahkan aku dan berpikir aku seperti tikus pencuri yang membuat seisi rumah harus berhati-hati.

Saat aku menatap Tony, pria itu hanya mengangguk dan meminta aku maklum. Seperti yang selalu dia katakan, sabar suatu saat nanti ibunya pasti akan menyayangiku. Tapi tampaknya Tony salah. Sampai dia sendiri mati, ibunya masih saja tetap menjadi setengah iblis. Bahkan sekarang dia menyalahkan aku dan anakku untuk kematian anaknya. Dia juga mengataiku berselingkuh. Dia sendiri tahu bagaimana dia memperbudak aku di rumah itu. Menjadikan aku babu tanpa dia menggajiku.

Aku mendesah, tidak mau memikirkan masalalu. Aku menyibak selimut. Ingat di mana dapurnya tapi aku berharap tidak membangunkan Lucas. Karena aku tidak mau pria itu terganggu dan berpikir aku tikus pencuri.

Tadinya aku ingin menahannya, tapi ini bukan hanya tentangku, melainkan juga calon bayiku. Jika aku lapar, dia pasti juga membutuhkan makanan. Aku tidak boleh egois hanya karena harga diri.

Turun dari ranjang aku bergerak ke pintu, membukanya dengan perlahan dan segera mengendap-endap ke arah dapur. Berusaha meminimlisir suara sekecil mungkin agar tidak mengganggu penghuni lain di rumah ini. Aku masuk ke dapur dan segera mencari kulkas, membukanya dan hanya menemukan beberapa makanan mentah di sana yang mengharuskan aku memasak. Tapi saat ini memasak hanya akan membuat Lucas mendengarku.

Jika dia sampai marah, membayangkannya saja membuatku ngeri. Mengganggu macan tidur lebih mengerikan dari pada mengganggu yang bangun. Jadi aku memikirkan untuk memakan yang mentah saja. Ada beberapa makanan mentah yang bisa di makan. Hanya untuk bertahan sampai malam ini berakhir.

Aku sudah membawa satu sosis dan membuka bungkusnya. Aku sudah akan memasukkan ke mulut saat lampu menyala dengan terang. Aku memejamkan mata tahu kalau aku sudah ketahuan. Bahkan suara langkah yang datang mendekat itu membuat aku mempersiapkan diri.

Sentuhan dibahuku dengan tangan kuat yang coba membuat aku memutar tubuh telah membawaku pada ketiadaan pilihan. Tangan itu menekan kuat agar aku berbalik menatapnya. Dan aku melakukannya. Aku coba berwajah sesantai mungkin.

Dia meraih sosis yang aku pegang, merasakannya dingin. "Kau akan memakan sosis dingin?"

Aku cemberut. "Aku lapar."

"Kau bisa membangunkan aku."

Aku mengerjap menatapnya. "Kau tidak marah?"

"Kenapa aku marah hanya karena kau lapar. Aku harusnya minta maaf padamu, aku tidak memberikan makan padamu sebelum tidur. Kau pasti menahannya cukup lama, apalagi ini sudah hampir penghujung dini hari."

"Meski kau memberikan aku makanan, aku tetap akan merasa lapar."

Lucas menatap ke arah perutku yang hanya berbalut kemeja tipis. "Itu kebiasaannya?" tanyanya menunjuk dengan dgau ke arah perutku di mana calon bayiku ada di sana.

Aku reflek menyentuh perutku. "Ya. Sejak hamil memang seperti itu. Tapi ibu mertuaku tidak pernah senang aku mengendap ke dapurnya. Kupikir kau juga akan tidak senang."

"Jangan menyamakan aku dengan wanita busuk itu. Kami jauh berbeda. Kau bahkan bisa menghancurkan dapur ini dan aku tidak akan pernah menyalahkanmu."

Lucas menyibakku dan segera mengambil beberapa bahan mentah di kulkasnya. Dia membawanya ke meja marmer dan mulai mencuci dan memotongnya. Dia melakukannya tanpa mengatakan apa pun dan tanpa menatap padaku. Dia bekerja dengan tangannya sedang mulutnya terkunci. Dan matanya hanya menatap ke satu arah.

Aku duduk di depannya, kami terhalang meja. "Kau bisa memasak?"

"Terbiasa sendiri, jadi aku melakukan segalanya sendiri."

"Bukankah kau punya pelayan?"

"Dulu aku tidak sekaya itu sampai memiliki pelayan. Meski ada, ayahku mengajarkan aku kalau segalanya akan selalu lebih baik jika dilakukan sendiri."

Aku mengangguk mengerti. Aku setuju dengan ayahnya. "Lalu apa pekerjaan pelayanmu?"

"Mereka akan tetap memasak kalau memang aku sedang sibuk. Tapi sekarang aku lebih banyak makan di luar dari pada di rumah. Itu makanya setiap mereka akan memasak, mereka bertanya dulu pada Glen apakah aku akan makan di rumah."

"Aku sudah mendengar soal apa yang terjadi padamu dan ibumu."

"Tiba-tiba?"

Aku manyun. "Hanya memikirkannya sesaat tadi, dan sepertinya ini saat yang tepat untuk membahasnya. Tapi jika kau keberatan, tidak masalah bagiku."

"Bahas saja. Dia tidak penting juga.

Dia benar-benar tidak menyukai ibunya bahkan mengarah benci. Tapi jika aku juga menjadi dia, aku tidak akan benar-benar bisa bersikap ikhlas dan menerima. Apalagi aku juga memiliki latar keluarga yang tidak bisa dikatakan baik. Ayahku membunuh ibuku sendiri kemudian bunuh diri. Meninggalkan aku sendirian di mana aku harus ditaruh di panti asuhan yang di mana semua orang tahu soal keluargaku dan menyebabkan mereka tidak menyukaiku dengan terang-terangan. Orangtuaku yang salah pada satu sama lain tapi aku juga malah ikut kena sangsi hukum dari masyarakat.

Yang aku tahu kenapa ayahku bersikap begitu gila karena ayahku sangat mencintai ibuku. Tapi kemudian ibuku berselingkuh dengan rekan kerjanya. Membuat ayah murka dan mengakhiri hidup wanita yang dicintainya. Tidak mau ditinggal sendiri, dia menyusul dengan egoisnya meninggalkan aku sendirian setelah mereka melahirkan aku ke dunia. Aku membenci mereka dan tidak ada alasan bagiku memaafkan mereka.

Jadi dengan apa yang terjadi pada Lucas dan ibunya, aku tidak memiliki hak dan tidak memiliki keinginan untuk mengatakan pada Lucas agar memaafkan ibunya.

"Dia meninggalkan aku dan ayahku dengan selingkuhannya. Saat selingkuhannya mengkhianatinya, dia malah kembali pada kami dan memohon. Ayahku mengampuninya tapi aku tidak akan pernah. Karena aku selalu ingat matanya yang mengejek ayahku dan aku yang hidup miskin sedangkan dia dan selingkuhannya yang kaya pergi dengan pongah. Aku tidak akan bisa memaafkan dan lupa."

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa ya
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Benih Sang Presiden (MIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang