12

229 53 2
                                    

"Jalang! Apa yang kau lakukan di makam putraku!" seru Leola menunjuk tajam ke arahku seolah bisa merobek wajahku dengan telunjuknya yang memiliki kuku tajam itu.

Aku diam tidak memberikan jawaban, membiarkan mereka meluapkan seluruh kemarahan mereka.

"Apa kau sedang coba bersikap baik karena tahu kakakku mendapatkan asuransi yang sangat banyak?" wanita yang adalah kakak Tony memberikan ucapan yang masuk akal.

"Asuransi?" Aku tidak tahu ada asuransi.

"Kau jangan berpura-pura bodoh, Dea. Kau pikir kami tidak tahu apa yang kau rencanakan? Segalanya sudah ketahuan, jadi kau bisa berhenti menjadi gadis lemah tidak berdaya, karena itu tidak mempan bagi kami." Leola meludah dengan sembarangan. Tidak senang sama sekali padaku. Dia memang tidak senang sejak awal. "Jika kau begitu haus dengan uang, kenapa kau tidak memintanya padaku, kenapa kau harus membunuh anakku? Hah?"

"Aku bahkan tidak tahu asuransi itu ada."

"Masih berpura-pura bodoh. Kau wanita jalang, aku harap nasibnya akan lebih naas dari anakku. Aku akan membunuhmu dengan tanganku, aku akan membunumu." Leola sudah maju hendak meraihku. Aku mundur beberapa langkah.

Kali ini dia memiliki alasan untuk menyakitiku. Dulu Tony selalu melarangnya. Tapi sekarang pria itu sudah tidak ada. Tidak akan ada yang menghentikannya. Apalagi anak perempuannya itu, jelas tidak akan menahan ibunya melakukannya kekerasan. Malah dia menjadi penyokong utama. Jika bisa, dia juga akan ikut terlibat. Tapi saat ini dia hanya menjadi penonton saat aku terus mundur menghindar sampai aku dengan tidak sengaja terjerat kakiku sendiri dan aku hampir terjatuh mengerikan ke belakang di mana ada bagian yang keras di sana.

Seseorang sudah meraih tubuhku, membawa aku dalam dekapannya. Melindungi aku dengan punggungnya saat pukulan demi pukulan terlayang ke arahnya. Aku mendorong Lucas agar berhenti melindungiku. Tapi pria itu tidak bergeming. Dia tetap menjadi tameng bagiku yang membuat aku hampir menangis.

Airmata yang kupikir kering malah dengan mudah bisa keluar karena Lucas. Pria itu kenapa harus bertindak sejauh ini.

"Hei, Wanita Tua!" seru seseorang. Pukulan terasa berhenti karena suara Leola tidak lagi terdengar dan gerakan Lucas juga tidak serampangan lagi. "Apa yang kau pikir sedang kau lakukan?" tanya suara Glen yang sepertinya menghentikan serangan itu.

"Oh, siapa lagi kau? Kau pria keduanya? Kau terlambat, lihatlah ada seseorang yang sudah melindunginya dengan sepenuh hati. Kau kalah. Sebaiknya kau mencari wanita jalang lain untuk disentuh. Karena sepertinya dia menduakanmu."

"Wanita busuk, apa yang kau katakan?"

Aku tidak tahu suara Glen akan seburuk itu pada orang lain. Seolah Glen bisa meludahimu dengan kata-katanya.

"Mamaku memberikan nasihat padamu. Jika kau tidak mendengarnya, maka kau sendiri yang akan merugi. Wanita yang coba dilindungi pria itu, yang coba kau lindungi, sudah membuat kakakku meninggal hanya demi uang asuransi. Jangan sampai kalian juga menikahinya dan dia mendaftarkan nama kalian pada asuransi kemudian mengakhiri hidup kalian. Dia wanita mengerikan," si wanita berdecih setelah mengakhiri kalimat fitnahnya.

Aku mendongak menatap Lucas. Memberikan gelengan. "Aku tidak ...." Aku hampir menelan airmataku sendiri.

Lucas mengusap pipiku dengan ibu jarinya. Lembut gerakannya membuat aku yang terguncang dan merasa terombang-ambing karena kupikir Lucas mungkin sedikit saja percaya, menjadi lebih baik dengan tatapan dan sentuhannya yang meluruhkan perasaanku.

"Satu wanita busuk sudah melelahkan sekarang ditambah satu lagi. Kalian mirip. Kalian ibu dan anak? Ah, pantas, sama-sama tidak punya otak dan hanya bisa berkicau dengan paruh tajam itu."

"Kau—"

"Apa kau? Lihat dulu siapa yang sudah kau sakiti, Wanita Tua. Tangan dan otakmu sepertinya memang berjalan di kotoran babi."

"Apa yang perlu dilihat, dia memang selingkuhan wanita itu. Mereka jelas akan membagi uang asuransi putraku. Mereka harus mendapatkan balasannya. Mereka harus mati seperti putraku mati."

"Oh, ya? Lalu bagaimana kau akan membunuh kami?" Lucas sudah melepaskan rengkuhannya. Dia berbalik dan menatap dua wanita itu.

Kedua wanita melotot tidak percaya melihat siapa yang sekarang berdiri di hadapan mereka.

Siapa pun yang memiliki televisi di rumah pasti akan tahu siapa Lucas. Presiden Bank yang sangat kaya dan memiliki pandangan masa depan yang bagus. Apa pun yang dikerjakannya pasti berhasil dan apa pun rancangan masa depannya, orang-orang akan berbondong ikut serta ke dalamnya. Tidak ada yang dapat meragukannya dalam mengambil keputusan. Kelas bisnis selalu mengundang dia sebagai pembicara. Dan pembisnis muda selalu meneladaninya.

Pria yang lahir dari keluarga biasa tiba-tiba menguasai satu kota dan menjadikan dirinya sebagai pria paling berpengaruh di kota ini. Jadi, tidak akan ada yang berani mengusik Lucas. Entah itu orang pintar atau tidak, mereka selalu tahu kalau Lucas bukan lawan mereka.

Leola membuka mulutnya tapi tidak ada satu kalimat pun yang keluar. Anak perempuannya datang mendekatinya dan memeluk lengannya. Memandangnya menyatakan apa yang harus mereka lakukan, keduanya saling menatap dalam kegelisahan yang panjang dan mengerikan.

Lucas mendongak dan menunjuk ke salah satu pohon. "Ada beberapa CCTV di sini. Kau lihat dan ambil rekamannya, cari sudut yang tepat untuk membuat polisi melihat mereka memukulku. Aku akan menuntut mereka. Oh, sampai bertemu di pengadilan."

Leola segera berlutut. Bibirnya bergetar dengan mata berkaca mendongak menatap pada Lucas dan memohon ampun. Leola bahkan menyatukan kedua tangannya dengan getaran pada suaranya yang terdengar kentara. "Tuan Sanford, saya mohon. Ini adalah kesalahan. Saya tidak bermaksud menyakiti anda. Saya bersalah, Tuan Sanford. Saya sungguh bersalah."

Putri sang ibu juga ikut angkat suara, tapi dia jelas terlalu tinggi hati sampai mau berlutut seperti ibunya. Toh, menurutnya dia tidak ikut menyakiti. Jadi dia tidak akan mendapatkan hukuman juga. Berbeda cerita dengan ibunya. "Mamaku bersalah telah memukulmu, Tuan Sanford. Dia tahu kalau dia salah, mama hanya orang tua yang kehilangan anaknya. Jadi saya mohon, jangan membawa ini ke polisi."

Leola mengangguk setuju. Bersemangat karena merasa anaknya yang pandai bicara pasti akan meluluhkan hati Lucas.

Aku sangat tahu betapa besar kepercayaan diri mantan kakak iparku ini. Dia merasa semua pria akan menyukainya dan mengencaninya. Karena dia memang sibuk merawat tubuh dan wajahnya. Sampai otaknya sendiri tidak dia pedulikan. Dia mengencani banyak mengencani pria dalam satu waktu. Jika pria itu sudah tidak berguna. Dengan mudah dia akan membuangnya. Dan dengan bangga dia selalu menceritakan kehebatannya dalam mencampakkan pria di meja makan saat keluarga sedang makan malam.

Ibunya? Tentu saja dengan bangga memberikan jempol pada putrinya yang hebat. Yang bisa hidup dari tangan satu pria ke pria lain. Seolah itu menjadi kebanggaan yang pantas dikoarkan sang ibu. Aku dulu yang melihat hanya bisa mendesah.

Bahkan meski Tony hanya diam, aku tahu kalau Tony sama saja dengan mereka.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Benih Sang Presiden (MIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang