10

241 53 3
                                    

"Kenapa?" tanyaku dengan penasaran. Dia bertingkah tidak biasa.

"Aku melakukan vasektomi."

"Apa? Kau melakukan sesuatu yang membuatmu tidak bisa memiliki anak? Kenapa kau melakukanny?"

"Beberapa waktu yang lalu aku hampir masuk ke jebakan seorang perempuan yang mengaku sebagai salah satu karyawan hotel. Dia membiusku dan membuat aku hampir menyentuhku. Glen datang tepat waktu menyelamatkan aku. Itu memberikan pelajaran berharga bahwa di luar sana terlalu banyak orang yang mau memanjat dengan cara tidak benar. Aku tidak mau masuk jebakan dengan menyentuh wanita lalu dia hamil. Dan belum tentu dia mengandung anakku. Lebih baik tidak memiliki sekalian dari pada kesalahan yang tidak menyenangkan itu terjadi."

"Itu benar. Setelah memikirkannya aku juga setuju denganmu. Jadi itu membuat kau memiliki benih di rumah sakit? Mencari wanita yang unggul yang bisa mengandung anakmu?"

"Salah, Dea. Aku sama sekali tidak ingin memiliki anak. Itu masih berlaku sampai aku mendengar kau hamil. Tentu saja setelah ada aku tidak bisa melepaskannya."

Jadi dia memang benar-benar tidak ingin memiliki anak. "Kau tidak takut aku akan sama seperti ibumu? Meninggalkan anak ini demi pria lain."

"Tenang saja, jika kau melakukannya, aku akan mematahkan kedua kakimu dan mengurungmu di kamar. Biarkan anak kita yang mengurusmu sementara aku mencarikan kalian uang. Bagus, kan?"

Aku mendorong dia kesal. "Menyebalkan." Aku bersedekap dan menatap keluar. Tapi tak ayal, aku memiliki senyuman juga di wajahku. Entah kenapa akhir-akhir ini dia memang selalu bisa memberikan warna baru di hatiku.

Mobil berhenti, kami keluar lewat pintu belakang langsung masuk ke lift khusus yang akan membawa ke ruangan VIP. Sheri sendiri yang menjemput kami dan mengantar kami ke ruangan itu. Aku diminta mengganti pakaian dengan pakaian pasien. Beberapa saat dalam segala perintah Sheri, dia berhasil mengambil apa yang akan bisa dijadikan sebagai pengetes DNA. Aku mendesah dengan lega dan sudah berganti pakaian dalam waktu yang terlibat cukup cepat.

Aku duduk di samping Lucas kemudian dan mendengar penjelasan Sheri yang mengatakan kalau kami harus menunggu sampai sekitar empat belas hari baru hasilnya keluar. Aku hanya mengangguk tanpa banyak pertanyaan. Aku hanya ingin tahu apakah Lucas benar ayah dari calon bayi yang aku kandung.

Lucas sudah membawa aku kembali kemudian. "Apa sudah merasa lega sekarang? Tinggal menunggu hasilnya."

"Belum lega kalau belum ada hasilnya." Aku masuk ke mobil.

"Kau sungguh tidak percaya padaku."

"Bukan tidak percaya, aku takut kalau kau juga salah."

Lucas memandang cukup lama ke arahku saat aku sendiri tidak membalas pandangan itu. Tapi aku tahu kalau dia menatapku sepenuhnya. "Tunggu, kau khawatir aku tidak akan senang kalau itu memang bukan anakku? Dan mungkin membuangmu setelahnya?"

Dia sungguh bisa membacaku dengan begitu baik. "Mungkin," timpalku dengan jawaban yang sudah aku tahu pasti. Tapi aku hanya tidak mau terang-terangan mengatakan padanya. Kenyamanan yang dia tawarkan membuat aku betah dan masa depan bersamanya tampaknya tidak terlalu buruk.

Tapi yang membuat dia bersamaku adalah anak dalam kandunganku. Bukan aku. Jadi aku benar-benar harus membuat diriku sendiri dan tentu saja dia yakin kalau anak ini memang miliknya. Penyesalan di akhir tidak pernah terlalu menyenangkan.

"Ada beberapa hal yang aku temukan dan cukup mengejutkan."

Mendengarnya membuat aku menatap padanya. Aku mengerut. Apa yang dia temukan sampai dia sangat serius seperti itu? "Apa yang kau temukan cukup mengejutkan?"

Lucas menyerahkan ponselnya. Ada foto di sana sebuah berkas yang awalnya membuat aku memicingkan mata melihat apakah aku mengenali tulisan itu. Tapi kemudian aku yakin mengenalnya dan aku sadar memang mengenalnya. Itu adalah berkas cerai yang aku ajukan pada Tony. Aku melongo, barang ini harusnya ada di brankas Tony karena memang dia menunggu saat yang tepat bagi kami untuk berpisah. Aku sudah memintanya memperosesnya dengan cepat agar aku bisa segera angkat kaki dari sana. Dan aku tidak meminta banyak pada Tony. Hanya rumah tinggal yang sederhana. Selebihnya aku bisa melakukannya sendiri.

Siapa sangka sebelum surat cerai itu diserahkan ke pengadilan, Tony malah kecelakaan lebih dulu. Takdir memang tidak ada yang tahu.

"Kalian akan bercerai?"

Aku menatap Lucas dengan bingung. "Bagaimana kau mendapatkan berkas ini? Harusnya tersembunyi di brankas Tony."

"Sepertinya ibunya mencari orang ahli untuk membongkarnya. Mungkin berpikir di dalamnya ada uang yang bisa menutup beberapa hutang Tony. Kau tahu mantan suamimu itu memiliki banyak hutang?"

Aku menggeleng. "Aku melihat dia memang pusing belakangan. Tapi saat aku bertanya, dia akan marah bahkan membentakku. Jadi aku tidak pernah mau tahu lagi."

"Hubungan romantis yang kalian perlihatkan, tampaknya tidak semurni yang terlihat."

"Kau sedang mengejekku?"

Dia mengangkat tangan tanda tidak mau membuat masalah. "Aku hanya mengatakan fakta di depan mata.

"Dia ketahuan berselingkuh. Dan sepertinya sudah beberapa tahun lamanya. Aku mengatakan padanya untuk melepaskannya dan membiarkan dia bersama wanita itu, dia mengatakan padaku untuk tidak berlagak seolah aku akan bisa hidup tanpanya. Perkataannya itu membuat perceraian tidak bisa dilakukan dengan normal. Kami melakukan pertengkaran yang cukup besar di vila keluarganya. Aku marah dan dia lebih marah. Kami beradu suara dan satu bulan lamanya kami tidak saling bicara. Aku juga tidak pernah mau bicara dengannya, karena terlalu marah dengan perkataannya. Bahwa selama ini aku salah menilainya, itu membuat aku lebih membencinya dan membenci diriku sendiri. Sampai kecelakaan merenggutnya."

"Kalian harusnya sudah resmi bercerai. Wanita itu sudah menyerahkan surat cerai kalian ke pengadilan dan ketuk palu dilakukan tanpa kau mendapatkan apa pun karena dugaan kau mencelakai suamimu sendiri merebak."

"Biarkan saja. AKu tidak membutuhkan uang mereka. Aku lebih tenang tanpa adanya uang tersebut. Apalagi karena mungkin selama ini Tony menganggapku bebannya."

"Tapi wanita itu sepertinya akan menuntutmu."

"Aku akan di penjara?"

"Jika terbukti kau membunuh mantan suamimu?"

Aku memikirkannya sejenak. "Mungkin mereka akan merekayasa buktinya. Mereka pandai melakukan hal itu." Aku menatapnya kemudian, Lucas tampak santai mengetuk-ngetuk jarinya ke dagu. Dia seolah memiliki sesuatu yang menarik di depannya. "Tunggu, kau tidak mungkin membiarkan ibu dari anakmu masuk penjara. Maksudku, kau tidak mungkin membiarkan aku melahirkannya di penjara." Aku menyentuh perutku.

"Kau sangat yakin?"

"Baiklah, aku akan masuk penjara kalau begitu. Biarkan saja kami berada di penjara agar kau tidak perlu melihatnya. Oh, menyedihkan sekali anak ini. Ayahnya ... Lucas!" seruku saat pria itu menepuk kepalaku dan mengacaukan rambutku.

"Pintar, aku tentu saja akan melindungi kalian."

Aku hanya mencibir ke arahnya.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Benih Sang Presiden (MIN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang