Mendengar Joe berteriak balik, Graph tersenyum dan tertawa di dapur sambil mengisi botol air. Lalu dia berjalan keluar dan menemukan Joe yang sedang tersenyum lebar.
"Kau pria yang tidak tahu malu," kata Graph sinis. Joe mengangkat bahunya sedikit.
"Apa yang memalukan? Aku mengatakan yang sebenarnya," jawab Joe.
"Jadi kamu ngaku kalau kamu horny?" Graph kembali menggoda kekasihnya sebelum duduk di sofa.
"Yah, aku hanya bernafsu padamu," aku Joe lugas membuat Graph menggelengkan kepalanya geli.
"Seperti sekarang..." kata Joe dan berhenti menyebabkan Graph memandangnya dengan curiga untuk memastikan dia mendengarnya dengan benar. Namun Graph kaget saat Joe melompat ke atas sofa lalu mendorong Graph hingga terjatuh di atas sofa juga. Pemuda itu segera menjepit kekasihnya dan mulai melakukannya mengangkangi dia.
"Joe, turunlah, berat sekali kamu," Graph menggeliat sambil berteriak pada kekasihnya.
Ciuman...
Graph membeku ketika bibir Joe membungkuk untuk menyentuh lembut bibirnya, lalu menariknya menjauh. Joe menatap mata Graph sambil tersenyum. Graph juga melihat ke arah Joe.
"Apa sih yang kamu lakukan?" Graph berkata dengan suara rendah.
"Menciummu," kata Joe dengan nada serius. Keduanya saling menatap mata. Sebelum Joe perlahan mencondongkan tubuh ke arah bibir kekasihnya lagi. Panasnya bibir menempel ringan di bibir lembut Graph. Joe berulang kali mencium sudut bibirnya beberapa kali sebelum menggunakan lidahnya yang panas untuk menjilatnya dengan lembut hingga Graph membuka mulutnya sedikit. Pemuda itu segera memasukkan lidahnya ke dalam mulut panas Graph. Lidahnya yang panas terjalin lembut dengan lidah kecil Graph. Itu bukan kekerasan. Ciuman yang lembut namun penuh gairah membuat Graph membalas ciuman kekasihnya juga. Keduanya berciuman perlahan sambil memainkan lidahnya maju mundur. Hal itu membuat keduanya merasakan sedikit kegembiraan di dada mereka.
"Mmmm...um... Joe...," erang Graph dan mencoba memanggil nama kekasihnya. Tapi Joe terus menciumnya tanpa merasa bosan.
"Oh, sedikit lagi," gumam Joe di tenggorokannya. Tubuh mereka meringkuk di atas sofa. Sebelumnya Graph mendorong bahu Joe tidak terlalu keras saat dia merasakan ada sesuatu yang mendorong tubuhnya.
"Joe... hentikan... hmm... kalau tidak, kamu tidak akan melakukannya bisa mengendalikan diri," Graph buru-buru memperingatkan kekasihnya. Joe berhenti sejenak sebelum menarik napas dalam-dalam dan menyelipkan wajahnya ke lekukan leher Graph sambil terengah-engah. Graph mengangkat lengannya dan memeluk kekasihnya sambil menepuk-nepuk lembut punggungnya.
"Graph...tolong aku. Sudah sampai," gumam Joe di lekukan leher putih Graph memberikan kecupan lembut di lehernya menyebabkan Graph sedikit mengecilkan lehernya. dengan kesemutan dan merinding.
"Kenapa kamu begitu mudah bergairah?" Graph menggerutu, tidak serius. Dia juga merasakan hal yang sama. Namun Graph bisa mengendalikan dirinya dengan baik agar tidak menjadi liar. Tapi Joe sepertinya tidak melakukannya ingin menahan suasana hatinya sama sekali.
"Setelah sekian lama berpelukan dan berciuman dengan pacarmu, adakah yang tidak mood? Lagipula kita berdua masih remaja," ucap Joe dengan nada normal namun tubuhnya tidak normal sama sekali. Karena Joe merasa agak tidak nyaman di bagian tengah tubuhnya.
"Lalu kenapa kamu tidak tahu bagaimana cara bersabar?" Graph membalas sambil mengelus punggung kekasihnya tanpa batas waktu.
"Jadi kapan kamu akan membiarkan aku melakukannya?" Joe bertanya dengan suara teredam. Graph terdiam beberapa saat sebelum menghela nafas lega. Ya! Graph tidak pernah memikirkan hal itu. Dia selalu melakukannya. berpikir bahwa dia berada di pihak yang menyerang. Karena saat dia menyukai Beam dia berharap bisa menyerang Beam juga. Adapun Joe, dia tentu tidak ingin ikut serta sisi defensif. Dan Joe sering berkata. bahwa dia ingin mengangkangi Graph, jadi Graph pasti menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan dan memutuskan masalah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LS : Joe & Graph END
RomanceSetelah bersama sejak SMA, "Joe" dan "Graph" datang untuk belajar di universitas di Bangkok dan hidup bersama Banyak cerita yang menghampiri mereka berdua. Masih banyak lagi hikmah yang harus dihadapi dan diatasi oleh keduanya.