"Tidakkah menurutmu cinta kita sedikit lamban?" Joe tiba-tiba bertanya setelah kembali dari olahraga dan mandi serta berganti pakaian. Kini mereka sedang duduk bersama sambil memakan makanan yang mereka beli dari warung makan sebelum kembali ke kondominium mereka. Graph membeku sedikit sambil mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Joe.
"Bagaimana ini tidak aktif?" Graph bertanya balik sambil menatap wajah kekasihnya dengan penuh perhatian.
"Sepertinya, tidak ada yang seru. Kelihatannya sepi sekali, entahlah," kata Joe. Graph segera meletakkan sendoknya sambil bersandar di kursi, dan menatap wajah Joe.
"Mau kamu apa Joe? Cinta kita tenang dan lancar. Enak terus-terusan begini. Atau kamu mau aku manggung? Atau kamu punya orang baru? Hidup akan sama serunya denganmu menginginkannya. Tapi jika kamu masih belum cukup bersemangat kamu bisa mencari manusia serigala atau vampir sebagai kekasihmu. Aku jamin kamu pasti akan mendapatkan hal-hal seru seperti berada di novel fantasi setiap hari, "kata Graph suara kesal.
"Aku tidak bermaksud membiarkan kita pergi dengan orang lain, tapi itu terlalu polos. Sepertinya kita bukan sepasang kekasih. Lebih seperti teman. Kamu mengerti maksudku, Graph?" Joe mencoba menjelaskan ketika Graph menjadi kesal. Joe tidak ingin memiliki orang lain. Dia hanya ingin Graph menunjukkan cinta padanya seperti dia ingin menunjukkan cinta padanya. Dan meskipun mereka telah membicarakan hal ini berkali-kali, Joe tidak dapat menahan diri untuk berpikir ulang.
"Aku baik-baik saja seperti ini. Kalau kamu belum puas maka kamu bisa mencari kekasih baru, Joe," ucap Graph dengan marah sebelum bangkit dari meja makan dan segera masuk ke kamar tidur. Wajah Joe menegang. Dia sama sekali tidak berniat berdebat dengan Graph. Ia bertahan untuk tidak berdebat soal melepas bajunya di lapangan sepak bola.
Tapi dia tidak bisa menahan diri untuk tidak membicarakan perasaannya. Joe mengikuti Graph ke kamar tidur dan menemukan Graph bersandar di kepala tempat tidur sambil memeluk bantal besar. Graph melirik Joe sedikit. Wajahnya juga sama stresnya. Joe menghela nafas ringan sebelum duduk di tepi tempat tidur.
"Kenapa kamu begitu mudah bersikap kejam hingga membiarkan aku berkencan dengan orang lain?" Joe bertanya dengan suara lemah.
"Kamu ingin punya pacar yang bisa selalu menemukan kegembiraan untukmu, bukan?" Graph membalas dengan suara marah seperti biasa.
"Aku tidak ingin punya orang baru. Aku hanya punya kamu, Graph," kata Joe dengan nada serius. Sebelum perlahan bergerak ke arah kekasihnya sedikit demi sedikit sambil mengamati tingkah Graph juga. Saat melihat Graph tidak menjauh darinya, hal itu membuat Joe merasa sedikit lega. Namun Graph masih duduk dengan wajah cemberut. Joe duduk bersila di tempat tidur di samping kekasihnya.
"Aku tahu kita sudah membicarakan hal ini berkali-kali. Tapi mau tak mau aku memikirkannya. Aku ingin menunjukkan perasaanku padamu saat aku bepergian. Aku ingin memperlakukanmu seperti pacar dan bukan sekadar sebagai teman biasa. Tapi kamu tidak menyukainya karena kamu tidak ingin orang memandang kita dengan aneh," kata Joe dengan canggung. Graph sedikit mengerucutkan bibirnya.
"Jadi kadang mau tak mau aku berpikir kalau kamu juga tidak mau bersamaku seperti aku. Aku seperti memaksamu untuk berkencan denganku," kata Joe lagi. Graph segera menoleh ke arah Joe.
"Apa sih yang kamu pikirkan tentang aku? Apakah kamu pikir aku tidak bisa memikirkan sendiri dengan siapa aku ingin bersama? Apakah aku memerlukan seseorang untuk memaksaku? Ketika ayahku memaksaku untuk tidak bersamamu, aku tidak melakukannya." bahkan mendengarkan dia. Bukankah ini hanya membuatmu lebih percaya diri tentang betapa seriusnya aku padamu?" Graph berteriak pada Joe lagi. Joe buru-buru meraih tangan kekasihnya dan meremasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LS : Joe & Graph END
RomanceSetelah bersama sejak SMA, "Joe" dan "Graph" datang untuk belajar di universitas di Bangkok dan hidup bersama Banyak cerita yang menghampiri mereka berdua. Masih banyak lagi hikmah yang harus dihadapi dan diatasi oleh keduanya.