Part 7 [Revisi]✓

241 10 0
                                    

Happy reading
Selamat membaca
Jangan lupa vote and komen📖

Trang!

Hancur semua hancur dalam sekejap mata seakan takdir mengambil semua yang ada, harapan perlahan terkikis menyisakan sebuah penyesalah tiada akhir.

Badan Xavier meluruh tidak berdaya menerima kenyatan pahit barusan, nampan yang dia pegang jatuh berserakan. Pria itu menangis dalam diam.

Semua salah nya, semua karna nya, jika saja diri nya tidak egois mungkin semua akan baik-baik saja tapi mengapa, apa Xavier tidak pantas untuk menerima kesempatan kedua. Ia sanggup jika harus di hukum daripada kehilangan putra nya.

Rasa sesak perlahan menjalar membuat Xavier memegang erat dada nya. Sejak tujuh belas tahun berlalu diri nya tidak pernah lagi menangis sekali pun namun kejadian sama harus kembali terulang membuat Xavier tidak sanggup menerima nya.

Dengan berlinang airmata juga amarah yang memuncak, Hanz berjalan menghampiri Xavier, mengabaikan setiap peringatan yang di lontarkan Henki.

Bugh!

"Sekarang lo puas kan, mana wajah bahagia lo mana! Hiks... gara-gara lo Avin pergi, gara-gara lo Avin terluka. Kenapa hiks kenapa lo harus sakitin Avin, a-apa salah nya. Dia darah daging lo hiks dia putra lo!" Hanz memegang kuat kerah baju Xavier sedangkan pria itu terdiam.

"Ka-kalau lo gak mau Avin setidak nya berikan pada gue, gue sanggup hiks gue sanggup jika harus mengurus Avin. Tapi lo malah nyiksa Avin hiks lo buat dia milih pergi... lo ayah yang brengsek! Lo benar-benar kejam!"

Hanz kembali melayangkan pukulan namun Farzan dan adrian dengan sigap menahan pemuda itu, karna tidak ingin terjadi keributan mereka menyeret Hanz keluar rumah sakit.

Xavier memegang kuat dada nya, nafas nya semakin tidak beraturan membuat Henki panik seketika, pria berkaos hitam itu bergegas menenangkan sahabat nya.

"Tenang Vier tenang" ucap Henki mengelus punggung Xavier bertujuan membuat pria itu sedikit lebih tenang.

Tapi percuma respon Xavier malah sebalik nya. Pria paruh baya itu semakin erat memegang dada nya, Hanz benar dia brengsek dia bukan ayah yang baik!.

"G-gue... gue brengsek hiks gue ke-jam, gue ay-ah yang buruk hiks gu-gue gak pantas hidup" racau Xavier.

Menoleh kesana kemari, dengan terburu-buru Xavier mengambil sendok garpu yang ada di samping nya. Pria itu menusuk kan sendok garpu itu pada leher nya.

Jleb

Xavier tidak sadar kan diri. Terlihat Henki memegang sebuah suntikan untung saja gerakan cepat nya berhasil mencegah Xavier melakukan hal bodoh barusan.

"Hampir aja, untung gue bawa" gumam Henki menghela nafas lega lalu dengan hati-hati pria berkaos hitam itu membopong badan tegap sahabat nya.

Di lihat dari kejadian barusan Henki tidak menjamin nanti nya akan baik-baik saja, dia harus selalu ada di samping Xavier karna pasti ke depan nya akan ada hal bodoh yang di lakukan Xavier.

Dengan sabar Henki menunggu Xavier terbangun, tatapan nya sendu melihat kondisi sahabat nya. Mau bagaimana lagi apa yang terjadi tidak bisa di rubah kembali.

"Padahal tinggal tunggu waktu, tapi lo udah jauh banget buat kesalahan Vier, gue harap lo dapat nerima hukuman ini" ucap Henki.

Ceklek!

Henki menoleh ke arah pintu, tatapan nya menangkap sesosok pria paruh baya dengan pakaian dokter, Henki mengerenyit bingung namun sedetik kemudian tersadar.

"Ada apa dok?" Tanya Henki pada dokter yang menangani operasi keponakan nya.

"Seperti nya Tuan Xavier mengalami semacam trauma berat?" Tanya balik dokter itu menghampiri Henki, mendengar itu Henki mengangguk tanda membenarkan pertanyaan dokter itu.

"Akan saya bantu"




TBC


Gavin Or Gevan [Ft Transmigration]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang