Happy reading
Selamat membaca
Jangan lupa vote and komen📖Ketika hanya tersisa penyesalan mungkin akan ada kesempatan kedua entah bagaimana kesempatan itu menjadi nyata tergantung takdir yang menentukan jalan nya.
Masih pada tempat yang sama, masih dalam keadaan yang sama, ayah dan anak masih enggan untuk melepaskan pelukan hangat satu sama lain, melepas rindu setelah seminggu berlalu, menghancurkan dinding kebencian yang membatasi.
Kegilaan Xavier seakan lenyap tak tersisa, netra hitam kelam dengan bulir airmata tidak pernah teralihkan menatap sosok pemuda dalam dekapan nya. Hati nya berkata itu Gavin putra nya.
Sedangkan di sisi lain Gevan sama hal nya tidak ingin melepaskan pelukan hangat yang selalu dia inginkan, rasa nya ingin berteriak kencang dan mengatakan bahwa pada akhir nya dapat merasakan pelukan hangat seseorang yang sangat berharga di hati nya.
"Pa-pah" suara yang sudah pergi selama seminggu, suara yang bahkan selalu Xavier abaikan, sekarang masih ada dan pria itu tidak mampu menahan airmata nya lagi.
Gevan mendongkak dengan langsung di sugguhkan wajah berantakan Xavier, tangan kecil pemuda manis itu terulur mengusap airmata yang terus berjatuhan dari pria paruh baya itu. Tidak ada lagi tatapan kebencian karna yang ada hanya tatapan rindu.
[📖]
Suasana terasa sepi mungkin karna sudah memasuki larut malam, Gevan berjalan dengan Xavier di samping nya dan tangan pemuda manis itu di pegang erat oleh Xavier.
Sebentar lagi akan sampai di rumah dan tentu nya Xavier juga akan ikut, lagipula sedari tadi pemuda manis itu tidak di biarkan berjauhan sedikit pun oleh pria paruh baya itu.
Tidak mungkin Gevan malah ikut pulang dengan Xavier karna pasti akan menimbulkan sebuah masalah jadi biarkan Xavier saja yang ikut diri nya. Di sepanjang jalan Gevan selalu mencuri pandang pada Xavier tentu nya hal itu di ketahui sang empu.
"eh tu-turunin" ucap Gevan saat Xavier dengan mudah menggendong diri nya.
"Tetap seperti ini" ujar Xavier mengusap sebentar surai putra nya lalu kembali melanjutkan perjalanan. Meski lumayan kesusahan tapi Xavier tetap pada pendirian nya dengan menggendong Gevan.
Rasa nya seperti mimpi saat apa yang selalu di nantikan dan di harapkan menjadi kenyataan. Pemuda manis yang ada pada gendongan pria paruh baya berstatus ayah sedari tadi tersenyum manis.
Menyandarkan kepala nya pada pundak Xavier, tatapan pemuda manis itu tertuju pada lengan kiri Xavier yang terangkat sebentar mengelus surai nya.
"Tangan papah kenapa?" Ucap Gevan bertanya tanpa ada kecanggungan seakan melupakan bahwa saat ini dia bukan lah Gavin. Di tanya seperti itu Xavier tersenyum kikuk.
"Bukan apa-apa hanya tersiram air panas" alibi Xavier berharap putra nya tidak bertanya lagi, dia takut nanti malah membuat putra nya menangis saat melihat keadaan tangan nya.
"A-avin boleh lihat?" Mampus Xavier terpaku mendengar pertanyaan polos putra nya. Padahal dia sudah berharap putra nya tidak bertanya tapi malah berakhir seperti ini.
Pria paruh baya itu menghela nafas lalu menurunkan Gevan, di satu sisi pemuda manis itu menatap nanar tangan Xavier yang terbalut perban.
Deg
Gevan terpaku dengan mata terbuka lebar saat perban itu benar-benar sudah di lepaskan. Tangan yang hanya menyisakan jari telunjuk dan jari manis serta punggung tangan seperti tertusuk oleh sesuatu.
"Hiks"
•
•
•
•
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Gavin Or Gevan [Ft Transmigration]
أدب الهواةSebuah kisah seorang bocah polos dan naif yang memilih untuk menyerah dengan takdir hidup yang selalu mempermainkan nya. Namun takdir lagi-lagi berkuasa, bocah itu harus ada kembali di dunia dengan wujud sama namun berbeda jalan takdir. Saat bertemu...