Part 14 [Revisi]✓

151 6 0
                                    

Happy reading
Selamat membaca
Jangan lupa vote and komen📖

Pola pikir manusia itu sangat beragam mereka semua tercipta dengan otak sesuai porsi masing-masing. Bodoh, pintar, licik, naif dan sebagai nya menjadi sesuatu yang identik dari setiap manusia.

Di sini Henki. Di kamar milik Xavier dengan si pemilik terbaring lemah di kasur dengan pakaian lusuh serta wajah sembam dan jangan lupa tangan kiri yang terbalut perban.

Apa yang harus dia lakukan melihat sahabat nya tidak berdaya seperti ini? Dan lihat sahabat nya mengiggau memanggil nama putra nya.

Apa dia harus terus menunggu? Tapi sampai kapan? Seakan takdir hanya memperlama segala nya. Henki ingin membuat semua lebih mudah tapi dia juga tidak ingin itu terjadi oleh nya.

"Bodoh sekali, anda menggunakan senjata seperti ini untuk manusia" ucap seorang pria berdiri di samping Henki dengan setelan jas dokter terbalut di tubuh nya.

"Anjir kaget gue!" Kejut Henki pada orang yang berdiri di samping nya. Alis nya berkerut bingung, sejak kapan pria itu ada di sini? Bahkan langkah kaki pria itu tidak terdengar oleh Henki.

Elza Angkara Rodquez seorang dokter sekaligus teman baru Henki dalam membantu menyembuhkan kesehatan Xavier, namun selama seminggu ini tuan besar Hedrick belum di nyatakan sembuh dan masih sama seperti enam hari sebelum nya malah lebih parah dari itu.

Elza sudah berusaha dengan semaksimal mungkin untuk menyembuhkan kesehatan mental tuan Hedrick tapi sampai saat ini belum membuahkan hasil sama sekali.

"Yah mau gimana lagi, orang tolol kek dia mana bisa di tenangin pake cara lembut" ujar Henki menggaruk tekuk yang tidak gatal dengan satu tangan masih memegang senapan berbentuk crosbow itu.

Elza memutar bola mata malas, baru pertama kali dalam hidup nya ada seseorang nekat membius orang lain dengan cara menggunakan senapan yang biasa nya di gunakan untuk hewan.

"Lain kali gunakan sesuatu yang lain, senapan seperti itu bisa saja membahayakan keselamatan Tuan Xavier!" Tegas Elza di angguki mantap oleh Henki.

"Tunggu apa itu?" Tanya Henki tanpa sengaja melihat sebuah kertas tergeletak di lantai,  sejak tadi dia tidak sadar ada benda itu di sana. Henki berdiri lalu mendekat ke arah surat itu dan langsung mengambil nya.

"Sepucuk surat?" Tanya lagi Henki lalu membaca isi surat itu dan Elza menunduk mengambil sebuah cincin yang tadi tergeletak di samping surat itu.

"Apa isi surat nya?" Tanya Elza melihat perubahan mendadak pada raut wajah Henki membuat dia cukup penasaran.

Tanpa menjawab Henki menunjukan surat itu pada Elza membuat si dokter itu terpaku di tempat, pantas saja Xavier menggila ternyata surat ini menyebab utama nya. Jika seperti ini apa yang harus mereka lakukan sekarang.

"Saya sarankan jangan biarkan tuan Xavier sendirian, itu sangat berbahaya dan kita tidak tahu hal konyol apa yang akan di lakukan tuan Xavier ke depan nya" saran Elza di angguki setuju Henki. Seperti nya dia benar-benar harus menghandle semua pekerjaan sampai Xavier sedikit membaik.

"Avin!" Teriak Xavier terbangun, Henki dan Elza terkejut mendengar teriakan Xavier dengan cepat kedua nya berjalan ke arah pria paruh baya itu.

"Vier lo kenapa? Lo mimpi buruk?" Tanya Henki mengusap keringat di wajah Xavier.

"A-Avin ki Avin ayo cari Avin" ucap Xavier terbata-bata hendak turun dari ranjang namun Henki menahan pergerakan pria paruh baya itu.

"Sadar Vier! Avin udah gak ada lo mau cari dia kemana hah!?" Bentak Henki yang sudah jengah melihat kegilaan sahabat nya.

"Enggak! Avin masih ada hiks... Avin masih ada, gue harus cari dia ki gue harus cari dia, gue harus minta maaf ki~" lirih Xavier menarik kedua tangan Henki.

"Gue mohon ki hiks gue mohon cari Avin, gue kangen Avin ki tolong cariin Avin buat gue ki gue mohon~" Xavier menatap harap Henki membuat sang empu tidak mampu untuk tidak menitikan air mata.

Sahabat yang dulu nya berwajah datar kini hanya menampilkan wajah dan tatapan penuh harap. Henki menetralkan emosi nya pria itu lalu mengelus pucuk kepala Xavier.

"Oke, lo tenang dulu nanti gue cari Avin semampu yang gue bisa" ujar Henki menenangkan sahabat nya. Pertama kali dan tidak ingin kedua kali nya melihat Xavier memohon pada nya.

Elza sedari tadi hanya menyimak tidak ingin ikut campur dengan urusan tuan dan teman barunya, biarlah mereka menyelesaikan masalahnya sendiri, dalam benak Elza terpikir apa Gavin itu benar-benar sangat berharga bagi Xavier sampai membuat nya seperti ini.

"Mungkin kah ini awal?"




TBC

Gavin Or Gevan [Ft Transmigration]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang