[Part 25]🐼

107 7 0
                                    

Happy reading
Selamat membaca
Jangan lupa vote and komen🌟

Jika tahu seperti ini seharusnya Xavier tidak usah membuat janji saja, dia sungguh sangat merutuki kebodohannya sendiri.

Pagi hari dia dihadapkan dengan putranya yang jatuh sakit, karna apa? Yah karna semalam pemuda itu menghabiskan semua eskrim tanpa sepengetahuan Xavier. Astaga rasanya Xavier ingin memarahi putranya tapi melihat Gevan terbaring lemah Xavier mengurungkan niatnya.

"Hiks sakit~ pusing~" rengek Gevan memeluk erat pergelangan tangan Xavier, sedangkan pria paruh baya itu dengan telaten memijat kening putranya.

"Papah ambilin kompres dulu yah" Gevan menggeleng lemah mempererat pelukannya membuat Xavier menghela nafas pasrah.

"Sebentar gak lama kok" bujuk Xavier.

"Ga mau~"

"Sebentar aja gak lama nanti papah balik lagi" ujar Xavier yang akhirnya di balas anggukan lemah Gevan. Xavier lalu beranjak keluar kamar untuk mengambil kompres sekalian membuat bubur.

Cukup lama akhirnya Xavier datang dengan sebaskom kecil air hangat dan nampan berisi bubur dan air minum walaupun agak kesusahan akibat luka di tangan kirinya.

Dengan telaten Xavier mengompres Gevan sesekali pria paruh baya itu menenangkan Gevan yang terus mengadu bahwa kepalanya terasa pusing.

"Pesawat segera datang!" Xavier melayangkan kesana kemari sesendok bubur dihadapan putranya dan Gevan membuka mulut dengan senang hati meski masih pusing.

Bubur sudah habis, Xavier terus membujuk Gevan agar meminum obat tapi pemuda itu bersikeras tidak ingin meminumnya.

"Minum obat yah? Papah gak mau Avin sakit, papah takut Avin kenapa-napa" ucap Xavier menatap sendu Gevan.

Untuk kedua kalinya Xavier merasa gagal menjadi seorang ayah, melihat Gevan terbaring lemah mengingatkan dia akan luka yang dirinya berikan pada Gevan di masa lalu.

Bahkan luka masa lalu itu masih membekas di hati putranya dan lebih besar dibandingkan rasa sakit hari ini. Tuhan memberikan kesempatan kedua untuknya Xavier sangat bersyukur akan hal itu tapi bagaimana? Bagaimana dia membuat cerita yang bahagia untuk Gevan? Bagaimana? Xavier takut malah membuat Gevan jatuh kedalam luka yang sama.

Aku yakin kamu bisa~

Deg

Xavier tertegun, menoleh kesamping tidak ada siapapun selain dirinya dan Gevan tapi dia yakin barusan bisikan sangat jelas tapi siapa? Suaranya sangat familiar bagi Xavier.

"Terima kasih" batin Xavier tanpa sadar airmata perlahan menetes. Sudah yakin dan pasti kesempatan kedua ini akan menjadi kesempatan terakhir dengan melukis kisah baru yang bahagia untuk putranya.

Gevan menarik pelan tangan Xavier berhasil membuat paruh baya itu menoleh kearahnya. Gevan membuka mulut mengkode bahwa dia ingin meminum obat itu.

Xavier mengubah ekspresi wajahnya menjadi tersenyum hangat membuat Gevan tersipu, setelah selesai memberikan obat pada Gevan, Xavier berbaring di samping pemuda itu.

Tidak ada kegiatan apapun yang akan dilakukan. Lagipula Gevan tengah sakit dan Xavier sama sekali tidak bisa kemana pun karna sedikit saja dia bergerak pasti Gevan akan terbangun lagi dan lagi.

"Bahkan semua luka yang papah berikan pada kamu sama sekali tidak membuatmu membenci papah, maaf papah bodoh karna membenci putra papah sendiri" Xavier mengusap surai Gevan lalu ikut terlelap memeluk Gevan.

[🀄]

Di kantin Rey mendumel kesal, sudah dua hari Gevan tidak sekolah entah kemana perginya bocah itu, padahal dia ingin mengajak pemuda itu untuk jalan-jalan sepulang sekolah tapi ah sudah lah.

"Kenapa gak dari dulu gue kasih dia ponsel biar bisa ngasih kabar, astaga Rey lo tolol banget sumpah!" Pekik Rey memukul pelan kepalanya sendiri.

Tidak sadar jika kelakuannya dilihat banyak pasang mata yang menatap aneh dirinya. Tapi Rey tidak peduli sama sekali, kadang berdecak kesal kadang berbicara sendiri bahkan Hanz dkk menatap aneh Rey.

"Setres" cibir Hanz.

"Diem lu babi gue lagi badmood" ketus Rey membuat seisi kantin melongo dengan ucapan pedasnya.

Berani satu kata untuk Rey. Patut di acungi jempol dengan keberanian Rey karna berkata kasar pada ketua osis yang bisa di katakan dinginnya melebihi kutub utara.

"Buset lo berani banget" celetuk Adrian.

"Ngapain gue takut sama nih orang" ucap Rey menunjuk Hanz.

Adrian memutar bola mata malas, setelah tahu jika Rey sepupu Hanz mereka akhirnya malah mengajak Rey berteman dan Rey tidak masalah selagi Gevan tidak mereka ambil.

"Ngomong-ngomong kamu tau dimana Avin sekarang?" Tanya naya menyela.

"Nah itu gue juga gak tau, dimana tuh bocah" ucap Rey dengan wajah lesu.

"Tau rumahnya?" Kali ini Zahra membuka suara.

"Kagak, gue cuman tau dimana tempat kerjanya doang" jawab Rey. Setiap mengantar Gevan pulang pemuda manis itu malah menyuruh Rey untuk mengantar ke tempat kerja saja. Padahal Rey ingin tahu dimana Gevan tinggal tapi sepertinya Gevan tidak ingin hal itu.

"Bukannya selasa lalu kalian nganter Gevan pulang?" Tanya balik Rey.

"Kita cuman nganter dia ketempat kerja" jawab Rika ikut membuka suara.

"Ah iya! Gue punya orang yang bisa ngasih tau dimana rumah si Evan" ucap Rey menatap lekat Hanz sembari tersenyum miring.




TBC









Gavin Or Gevan [Ft Transmigration]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang