Aku terbangun karena bi asih membangunkan ku. Awalnya aku meminta 5 menit lagi untuk tidur kembali, tapi saat bi asih memberitahu Pukul 6 lewat aku segera terbangun dan pergi untuk mandi.
"Aduhh bii bisa bisanyaa ini mah kesiangan, bibi buatkan bekal untuk sarapan Muthe aja, biar Muthe makan di sekolah". Ku lihat bi asih menyiapkan segera ketika aku sedang memakai sepatu ku.
"Non, hari ini non Muthe di antar sama pak Abin, oh ini non tas nya udah bibi masukin juga sarapan non Muthe" aku menerima tas itu saat selesai memakai sepatu. "Kenapa di antar bi? Kan di rumah ada mobil sama motor." Kata ku.
"Nyonya udah bilang sama bibi kalo non Muthe tidak di perbolehkan membawa kendaraan karena itu sangat berbahaya." Katanya lagi membuatku kesal tapi mau gimana lagi aku tidak bisa menolaknya.
Setelah itu aku segera menemui pak Abin di depan yang sudah siap dengan mobilnya untuk mengantarkan ku ke sekolah.
"Pak Abin maaf ya Muthe lama" aku segera masuk kedalam mobil.
"Gpp non Muthe, tapi kemungkinan ini akan terlambat sedikit, apa tidak apa-apa?" Tanya nya membuatku tersenyum. Itu kesalahan ku Karena bangunku terlalu siang. " Tidak apa-apa pak. Ini juga salah Muthe, tapi agar tidak semakin terlambat sebaiknya pak Abin segera menyalakan mesin mobil lalu berangkat. Kemungkinan besar ini akan terlambat lalu aku akan menyalahkan pak Abin setelah ini." Kata ku dan aku melihat pak Abin segera menyalakan mesin mobilnya membuatnya sedikit tertawa melihat wajah paniknya.
Diperjalanan aku hanya melihat ke arah luar agar aku tidak melupakan arahnya untuk pergi ke sekolah. Bagaimana pun aku ingin pergi sendiri, sepertinya sekolahku tidak terlalu jauh dari rumah.
Aku melihat jam di tanganku itu hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk pergi ke sekolah. "Makasih pak Abin. Muthe tidak kesiangan, Muthe Sangat bersyukur hari ini." Ucapku sambil memperlihatkan senyuman manis agar pak Abin tidak terlalu canggung.
"Iya non Muthe. Nyonya menyuruh non Muthe untuk pergi ke ruang kepala sekolah terlebih dahulu untuk menemukan kelas non Muthe." Kata pak Abin aku mengangguk. "Siap pak, kalo begitu Muthe masuk dulu."
°°°°
Aku segera berjalan mengikuti lorong sekolah dan mencari Keberadaan ruang kepsek. Beberapa menit aku mencari tapi itu tidak berhasil dan membuatku pasrah untuk duduk terlebih dahulu karena banyak siswa siswi yang membuatku pusing.
Saat aku memejamkan mataku sebentar aku mendengar langkah kaki yang mendekati ku. Aku segera membuka mataku dan mendongak ke atas untuk melihat siapa itu.
"Ekhem.. dek kenapa tidak gabung sama siswa lain? Bukan kah kamu anak baru disini?" Tanya nya dengan tegas. Aku segera menunjuk jariku ke arahku lalu mengarahkannya kepada siswa-siswi yang sedang berada di lapangan dan orang itupun menganggukkan kepalanya.
"Ehh - eum anu itu aku memang murid baru tapi bukan yang harus kelapangan." Kataku dengan gugup. "Mksdnya? Ouh kamu menolak untuk kelapangan? Bagaimana bisa kamu seenaknya diam disini sementara teman teman kamu di lapangan?" Tanya membuatku semakin bingung. Orang macam apa dia, tidak bisa mengerti maksudku sama sekali.
Pada saat aku ingin mengatakan sesuatu aku melihat seseorang yang datang menemui kami berdua. "Ehh ada apa nih, Lo lagi ngapain disini Chik?." Tanya orang baru saja datang. "Nih bocah satu itu gak mau kelapangan." Katanya membuatku kesal, aku berdiri karena tidak menerima perkataan orang itu.
Aku melihat wajah temannya terlihat kaget, tapi juga melihat orang itu juga kaget namun sepertinya berhasil menutupinya. "Chik yang bener aja lo. Gue lihat tadi di lapangan tidak ada yang setinggi ini" Katanya membuatku ingin sekali tertawa disini juga.
"Biasa aja kali lagian Masih tinggian gue kmnaa mana." Kata orang itu. "Eughh kak gini ya. Aku emang murid baru disini tapi aku ini udah kelas 12 gimna sih kalian ini. Aku lagi nyari ruang kepsek buat nyari kelas aku dimana." Kataku sambil menekan sedikit agar mereka paham dengan apa yang aku katakan tadi.
"Wouhh Daebak gue di bikin kaget 2 x ini mah. Lo gimana sih Chik seharusnya Lo tanyain dulu." Katanya dengan kesal tapi aku ketawa pelan karena wajah kesalnya itu. "Ya gue gak tau gue gak pernah liat nih anak. Yang di tanya tanya juga tadi malah bertele-tele." Kata orang itu.
"Mending kalian kasih tau aku sekarang dimna ruang kepala sekolah itu." Kataku dengan lebih sopan. "Chika mending Lo yang anterin ya, gue harus balik ke lapangan lagi." Kata temannya. Ohh Chika namanya...
"Kenapa harus gue?. Kenapa gak Lo aja, gue juga kan harus balik kelapangan." Kata Chika itu dengan sedikit kesal.
Chika tampak kesal ketika temannya mendorongnya untuk mengantarku. Aku bisa merasakan ketidak senangannya, tapi aku tetap berusaha untuk bersikap tenang.
"Ayo cepetan, jangan sampai bikin masalah di hari pertama," kata temannya dengan nada setengah memaksa.
Chika mendengus kesal, lalu menatapku dengan ekspresi tak sabar. "Ya udah, ayo. Tapi cepat ya, gue gak mau lama-lama."
Aku hanya mengangguk, meskipun di dalam hati ada sedikit rasa jengkel. Chika kemudian mulai berjalan dengan langkah cepat, dan aku pun mengikutinya menuju ruang kepala sekolah. Sambil berjalan, aku berpikir bahwa aku akan mengingat nama dan sikap Chika ini, karena di hari pertama sekolah, dia sudah berhasil membuatku kesal.
Muthe.🌷
Thank you for reading