Saat orang itu semakin mendekat, aku bisa melihat wajahnya yang ramah dengan senyum bersahabat.
"Hei, apa kamu murid baru itu?" tanyanya dengan nada yang hangat. "Aku Fiony, wakil ketua kelas di sini."
Aku merasa sedikit lega mendengar nada suaranya yang ramah. Aku mengangguk sambil mencoba tersenyum, meskipun gugup masih terasa. "Iya, aku murid baru. Tapi... aku bingung tempat dudukku di mana," jawabku dengan suara pelan.
Fiony tersenyum lebih lebar dan mengangguk. "Jangan khawatir, aku akan menunjukkan tempat dudukmu." Dia kemudian menunjuk ke arah deretan meja di dekat jendela kelas yang paling belakang. "Di sana, kamu bisa duduk di bagian dekat jendela. Kursi di situ masih kosong, tapi kelihatannya teman sebangkumu sudah meletakkan tasnya."
Aku mengikuti arah yang ditunjukkannya dan melihat meja di dekat jendela yang sudah ada tas di atasnya, namun satu kursinya masih kosong. "Mungkin pemilik tas itu akan menjadi teman sebangkuku sekarang," pikirku. Rasa gugup sedikit mereda, digantikan oleh rasa penasaran tentang siapa yang akan duduk di sampingku.
"Terima kasih, Fiony," kataku sambil menghela napas lega. Aku mulai melangkah menuju tempat duduk yang ditunjukkannya, bersiap untuk memulai hari pertama di kelas ini.
°°°°
Saat aku melangkah menuju tempat duduk yang ditunjukkan oleh Fiony, pikiranku masih dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. "Kalau Fiony adalah wakil ketua kelas, lalu siapa ketua kelasnya?" pikirku, mencoba membayangkan sosok yang mungkin lebih tegas atau mungkin lebih santai dari Fiony.
Aku sempat melirik ke sekitar kelas, memperhatikan wajah-wajah teman sekelas yang masih sesekali melihat ke arahku. Apakah ketua kelas itu salah satu dari mereka? Rasa penasaran terus membayangi pikiranku. "Apakah dia orang yang ramah seperti Fiony, atau mungkin lebih serius?" Aku mencoba menebak-nebak, tetapi belum ada petunjuk yang jelas.
Saat aku tiba di meja dekat jendela, aku mengatur tas dan duduk perlahan. Pikiran tentang siapa ketua kelasnya masih menggelayut di benakku. Tapi aku tidak bisa fokus sama sekali untuk saat ini.
Aku duduk di tempat yang sudah ditunjukkan Fiony, memandangi pemandangan dari jendela sambil melamun. Pikiranku terus berputar tentang banyak hal—tentang hari pertama di sekolah baru ini, tentang siapa ketua kelasnya, dan bagaimana aku bisa beradaptasi dengan cepat di sini. Suasana kelas sedikit ramai, tapi aku terlalu tenggelam dalam pikiranku sendiri untuk benar-benar memperhatikan.
Saat masih asyik melamun, tiba-tiba ponselku bergetar di dalam saku. Notifikasi pesan masuk membuatku sedikit tersentak dari lamunan. Aku segera mengambil ponsel dan melihat layar.
Ternyata pesan itu berasal dari seseorang yang membuatku sedikit heran dan kesal malas sekali untuk membukanya namun membuatku sedikit penasaran. "Pagi pagi gini?" pikirku sambil membuka pesan tersebut.
Aku memutuskan untuk tidak lagi membalas pesannya, memilih untuk menyimpan ponselku dan kembali fokus ke kelas. Tidak lama kemudian, pintu kelas terbuka, dan seorang guru masuk. Kali ini, aku tidak merasa gugup atau kaget seperti sebelumnya. Aku sudah mulai terbiasa dengan suasana di sini.
Namun, perhatianku segera tertuju pada seseorang yang masuk bersama guru itu. Ternyata, itu adalah siswi yang tadi memberitahuku lokasi kelas 12. Aku sedikit terkejut melihatnya lagi, apalagi karena dia sekarang berada di sini, mengikuti langkah sang guru.
"Kenapa dia ada di sini? Apakah dia siswi di kelas ini juga?" pikirku, sambil berusaha untuk tidak terlalu memperlihatkan rasa penasaranku.
Siswi itu juga sepertinya memperhatikanku, dan ada sedikit senyum di sudut bibirnya yang membuatku semakin bertanya-tanya. Aku tidak yakin apakah dia akan menghampiriku lagi, tapi rasa penasaran terus mengganggu pikiranku. Aku menatapnya sejenak sebelum akhirnya mencoba fokus pada guru yang mulai memperkenalkan diri di depan kelas.
Namun, rasa terkejut ku semakin bertambah ketika aku melihat siswi itu tidak hanya masuk ke dalam kelas, tetapi juga berjalan langsung menuju mejaku. Aku mencoba untuk tidak menatapnya terlalu lama, tapi sulit untuk menyembunyikan keterkejutan ku saat dia berhenti tepat di sebelahku.
"Wouww, jadi dia teman sebangku?" pikirku dalam hati, perasaanku campur aduk antara kaget dan sedikit canggung. Tanpa berkata apa-apa, dia duduk di kursi yang ada tas nya di sebelahku. Wajahnya terlihat begitu cuek, seolah-olah tidak ada yang perlu diperhatikan atau dikomentari.
Aku hanya bisa terdiam sambil berusaha menenangkan diri. Sementara itu, dia sibuk dengan ponselnya, tidak sedikit pun menghiraukan ku. Aku merasa sedikit bingung dan penasaran pada saat yang sama. "Kenapa dia begitu cuek? Padahal tadi dia terlihat seorang terus menatapku," batinku sambil mencoba mencuri pandang ke arahnya.
Setelah semua siswa dan siswi di kelasku duduk di tempat masing-masing, guru tersebut mulai berbicara. "Ketua kelas, tolong pimpin doa," perintahnya dengan suara yang cukup tegas.
Aku menoleh ke arah siswi yang duduk di sebelahku, masih dengan perasaan heran dan penasaran. Ternyata, dia berdiri dan memimpin doa dengan tenang. "Jadi dia ketua kelasnya," gumamku dalam hati, semakin merasa terkejut.
Setelah doa selesai, dia kembali duduk, namun sebelum benar-benar duduk, guru tersebut memberikan instruksi lain. "Sekarang, tolong panggil murid baru kita untuk memperkenalkan diri di depan kelas," katanya.
Hatiku langsung berdebar lebih kencang. Aku tahu giliran itu adalah untukku. Rasa gugup mulai merayap di tubuhku saat ketua kelas menoleh ke arahku dengan pandangan tenang namun sedikit dingin. "Kamu murid baru, kan? Silakan maju," katanya dengan nada datar.
Aku mengangguk pelan, mencoba mengumpulkan keberanian. Semua mata di kelas kini tertuju padaku, membuat perasaan gugup semakin kuat. Dengan langkah pelan, aku berjalan menuju depan kelas, merasakan setiap detik seperti berjalan lambat.
Setibanya di depan kelas, aku menatap wajah-wajah teman sekelasku yang menunggu dengan antusias. Rasa gugup masih ada, tapi aku tahu bahwa ini adalah saat yang tepat untuk membuat kesan pertama yang berkesan—dan sedikit lucu, mungkin.
Aku menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya memperkenalkan diri dengan nada suara yang sedikit ceria dan manja.
"Hai, semuanya! Nama aku Mutiara Abiyya Azahra, tapi kalian bisa panggil aku Muthe, sesuka kalian aja deh!" kataku sambil memberikan senyum manis.
Aku menambahkan, "Aku murid baru di sini, dan aku berharap kita bisa jadi teman yang baik! Oh ya, aku suka banget makan es krim dan nonton film, jadi kalau ada yang suka juga, ayo kita nongkrong bareng!" ucapku sambil mengedipkan mata dengan gaya lucu.
Beberapa siswa di kelas tersenyum dan bahkan ada yang tertawa kecil, sepertinya terhibur dengan caraku memperkenalkan diri. Bahkan ketua kelas yang tadi terlihat cuek pun mengangkat alisnya sedikit, mungkin terkejut dengan cara perkenalanku yang tidak biasa.
Setelah selesai, aku sedikit membungkuk sebagai tanda salam dan kembali ke tempat dudukku dengan perasaan lega. "Huh, itu tidak terlalu buruk," pikirku sambil menyandarkan diri di kursi.
Mumuchang🌷🌷🌷🌷