Chika berhenti di depan sebuah pintu yang tampaknya adalah ruangan kepala sekolah. Aku mengikuti langkahnya dan berhenti tepat di belakangnya. Dia berbalik badan dengan cepat, wajahnya masih terlihat kesal.
"Nih, di sini ya. Udah, gue mau balik lagi ke lapangan," katanya dengan nada yang terdengar penuh ketidaksabaran.
Aku tersenyum ke arahnya, berusaha tetap ramah meskipun jelas dia tidak dalam mood yang baik. "Makasih, Chika," kataku.
Namun, saat kata-kata terima kasih keluar dari mulutku, aku bisa melihat perubahan di wajahnya. Ekspresinya semakin mengeras, seolah-olah ucapanku hanya membuatnya semakin tidak suka. Dia berbalik dan berjalan pergi tanpa sepatah kata pun lagi, meninggalkanku sendirian di depan pintu ruang kepala sekolah. Aku hanya menghela napas, mengingatkan diriku untuk tetap tenang meskipun pertemuan ini tidak berjalan dengan baik.
"Eughh kesel banget hari ini. Padahal dia yang salah malah aku yang seperti orang bermasalah." Gumam ku lalu mengetuk pintu ruang tersebut.
Aku segera membuka pintu dan masuk ke dalam ketika mendengar seseorang dari dalam menyuruhku masuk. Di dalam ruangan, aku melihat seorang perempuan dewasa yang duduk dengan tenang di belakang meja kerjanya. Dia terlihat anggun dan berwibawa, membuatku sedikit gugup.
"Selamat pagi, Bu. Saya Mutiara, siswa baru kelas 12," ucapku dengan sangat sopan, mencoba menyembunyikan kegugupanku.
Kepala sekolah yang tadinya fokus pada pekerjaannya langsung mengangkat pandangannya ke arahku. Dia tersenyum ramah, membuat suasana menjadi sedikit lebih nyaman. "Selamat pagi, Mutiara. Silakan duduk," katanya sambil mengisyaratkan kursi di depannya. Aku pun duduk dengan hati-hati, merasa sedikit lebih tenang setelah disambut dengan senyuman hangatnya.
Setelah aku duduk, kepala sekolah itu menatapku dengan lembut, masih dengan senyum ramah di wajahnya. "Selamat datang di sekolah ini, Mutiara," katanya. "Saya sudah menerima informasi mengenai penempatan mu. Kamu akan ditempatkan di kelas 12A."
Dia menggeser sebuah kertas di mejanya dan melanjutkan, "Kelas 12A adalah salah satu kelas yang bagus, dan saya yakin kamu akan cepat beradaptasi. Guru wali kelasmu, Ibu Sisca, adalah orang yang sangat mendukung para siswanya, jadi jangan ragu untuk bertanya atau meminta bantuan jika kamu membutuhkan sesuatu."
Aku mengangguk dengan penuh rasa syukur. "Terima kasih, Bu," kataku.
Dia kemudian menambahkan, "Pastikan untuk segera bergabung dengan kelasmu setelah ini. Selalu jaga sikap baik dan fokus pada pelajaran. Kami sangat berharap kamu bisa memberikan yang terbaik di sini."
"Baik, Bu. Saya akan berusaha," jawabku dengan mantap.
Kepala sekolah mengangguk puas. "Bagus. Kalau begitu, kamu sudah bisa menuju kelasmu. Semoga harimu menyenangkan, Mutiara."
Aku berdiri, mengucapkan terima kasih sekali lagi, lalu keluar dari ruangan itu dengan perasaan lebih tenang dan percaya diri.
---
"Huh, kembali gugup mau masuk kelas juga," gumamku sambil menarik napas dalam-dalam. Ini pertama kalinya aku bersekolah di sini, dan meskipun aku sudah menjadi murid kelas 12, perasaan gugup tetap saja tidak bisa hilang.
Aku melihat sekeliling, mencoba mencari petunjuk di mana kelas baruku berada. Gedung sekolah ini cukup besar, dengan banyak koridor yang membingungkan. Setiap belokan terasa seperti labirin, dan aku semakin bingung.
"Kelas 12... kelas 12 di mana sih?" aku bertanya-tanya dalam hati sambil melirik papan penunjuk arah yang dipasang di dinding.
Saat berjalan menyusuri koridor, aku merasa sedikit canggung. Beberapa siswa yang aku lewati tampak asyik dengan teman-teman mereka, sementara aku hanya sendirian, tanpa tahu harus ke mana. Akhirnya, aku memutuskan untuk bertanya pada seorang siswi yang lewat.
"Maaf, kelas 12 di mana ya?" tanyaku dengan sopan.
Siswi itu menghentikan langkahnya dan menatapku cukup lama, membuatku sedikit bingung. Tatapannya seolah-olah sedang menilai sesuatu dariku, atau mungkin dia merasa aku aneh karena bertanya hal yang tampak sederhana.
Aku mulai merasa canggung karena dia masih terus menatapku tanpa menjawab. "Ehm... kalau nggak tahu juga nggak apa-apa, kok," tambahku, mencoba memecahkan keheningan yang tiba-tiba terasa panjang.
Akhirnya, setelah beberapa detik yang terasa seperti selamanya, dia tersenyum tipis dan mengangguk. "Oh, maaf. Kelas 12 di ujung koridor ini, belok kanan. Nanti ada papan yang menunjukkan kelasnya," jawabnya sambil menunjuk ke arah yang dimaksud.
"Terima kasih," balasku dengan canggung, sedikit lega akhirnya mendapatkan jawaban.
Dia hanya tersenyum lagi dan melanjutkan langkahnya, meninggalkanku yang masih sedikit bingung dengan tatapan anehnya tadi. Aku mengikuti arah yang diberikan, berharap ini adalah petunjuk yang benar.
Setelah beberapa menit berjalan, aku menemukan papan penunjuk yang dimaksud. "Kelas 12A" tertulis jelas di sana. Aku menghela napas lega, meski rasa gugup masih tersisa.
Dengan perlahan, aku melangkah mendekati pintu kelas. "Ini dia, kelas baruku," kataku dalam hati, berusaha menguatkan diri. Aku merapikan seragam, menarik napas sekali lagi, dan dengan sedikit ragu, aku membuka pintu kelas.
"Ehh, tidak ada guru pun," pikirku sambil memandangi ruang kelas yang kosong dari sosok seorang guru. "Apa mungkin mereka sibuk karena penyambutan siswa-siswi baru?"
Tanpa kusadari, aku sudah berada di dalam kelas. Suasana yang tadinya tenang, dengan siswa-siswi yang sibuk dengan kegiatan masing-masing, tiba-tiba berubah. Semua mata mereka kini tertuju padaku, mungkin merasa asing karena melihat wajah baru di antara mereka. Aku bisa merasakan tatapan-tatapan itu membuatku semakin gugup.
Perasaanku makin tidak karuan. Aku tidak tahu harus duduk di mana, sementara rasa bingung semakin membesar karena tidak ada seorang pun guru di sini untuk membantuku. Sepertinya aku hanya bisa berdiri diam di dekat pintu, tidak yakin apa yang harus dilakukan.
Namun, di tengah kebingunganku, aku melihat seseorang mulai mendekat ke arahku. Langkahnya perlahan namun pasti, dan aku bisa merasakan detak jantungku semakin cepat. "Apa dia akan membantuku atau malah menambah kebingungan ini?" pikirku, masih mencoba mengendalikan rasa gugup yang semakin menguasai.
🌷🌷🌷🌷🌷