10.dekapan

19 7 0
                                    

🌷🌷🌷
☰ ☱ ☲ ☳
🌷🌷🌷

***

"Berani kalian sentuh milik saya, maka nyawa kalian melayang detik ini juga." Ucap Varel seraya menodongkan pistol.

Ketiga laki-laki itu langsung berlari menjauhi Ellena. Mereka berlari seraya terhuyung, sudah dipastikan bahwa mereka di pengaruhi oleh minuman keras.

"Makasi " Ujar Ellena.

Varel kembali memasukan pistolnya. Ia menatap Ellena yang masih ketakutan.

"Bangsat. Kalau trauma Ellena tambah parah karna ini, gue pastiin mereka mati besok pagi. "

Varel turun dari motor. Ia hendak memegang lengan Ellena, namun Ellena mundur dua langkah.

"Lo gapapa, kan? " Tanya Varel dengan raut wajah khawatir dan menahan amarah.

"Gue gapapa" Jawab Ellena dengan suara yang bergetar.

"Lo dari mana? Malem-malem sendirian" Ucap Varel.

"Gue habis beli jarum" Jawab Ellena.

"Gue anter pulang, ya? " Tawar Varel, ia tetap nekat menawarkan diri walaupun ia sudah tau apa jawaban Ellena.

"Ga usah. Tinggal belok aja udah sampai" Tolak Ellena.

"Gue ikutin dari jauh, ya? " Ellena diam sejenak. Lalu menganggukkan kepala.

"Kaell di kosan lo? " Tanya Aksa.

"Engga, dia bilang ga enak badan dari tadi sore " Sahut Ellena.

"Karina? " Ellena menoleh ke arah Dion.

"Karina ada acara keluarga. " Jawabnya.

"Gue jemput Kaell biar ada yang nemenin lo" Aksa menghidupkan kembali motornya dan menancap gas ke kediaman Kaell.

Varel, Dion, dan Reza menatap temannya yang perlahan menjauh.

"Modus bener, bilang aja kangen ama Kaell" Celetuk Reza.

"Halah! Kek lo ga begitu aja, minggu lalu lo nangkring di atas pohon juga biar bisa deket ama tu bocah! " Dion mendorong Reza hingga hampir terjatuh.

"Gausah dorong-dorong bang! Motor baru nih! Kalau lecet gimana?! " Sewot Reza.

Dion memicingkan matanya.

"Motor baru elit, baikan ama orang tua sulit " Sindir Dion. Reza membelalak, reflek tangannya menampar pipi mulus Dion.

"Heh! Kenapa jadi berantem?! " Sentak Varel. Mereka berdua lantas bungkam.

"Gue jalan dulu " Ucap Ellena. Ia membalikkan badannya dan melangkah ke arah kosan.

Varel membuntuti Ellena seraya mendorong motornya. Lebih tepatnya, motor Aksa yang ia pinjam.

Lalu Aksa? Ia mengambil motor abangnya yang berada di garasi.

Cukup jauh jarak antara Ellena dan Varel. Sekitar 10meter.

Saat tiba di gerbang kos. Varel memberhentikan langkahnya.

"Makasih" Ucap Ellena dengan senyum tipis.

"Sama-sama. Gue tunggu Aksa disini, lo masuk aja. Angin malam ga bagus buat paru-paru" Kata Varel. Ellena mengangguk pelan.

"Gue ngambil jaket aja, sekalian gue nunggu Kaell" Ujar Ellena.

Varel menengok ke arah belakang. Kedua temannya berada cukup jauh, lima belas meter dari pintu gerbang.

TOKANES || tongkrongan kapel ngenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang