12.Gibah with Boya

25 5 1
                                    

🌷🌷🌷
☰ ☱ ☲ ☳
🌷🌷🌷

***

Abstrak yang menarik, jingga setelah terik, dan baskara yang tengah pamit.

Pertengahan antara malam dan sore. Lukisan alam yang indah memancarkan gradasi warna yang menarik.

Lantunan mantra Tri Sandya terdengar halus dan terasa tenang di telinga.

Mata Aksa terus mengikuti pergerakan Kaell yang tengah melakukan ibadah. Harum semerbak dupa sedikit membuat hidung Aksa perih.

Sepuluh menit, Kaell sudah selesai melakukan ibadah.

"Dari tadi gue liat lo merhatiin Kaell mulu" Ucap Varel yang duduk di samping Aksa.

Aksa menoleh. "Dia taat ibadah, baik, sopan. Walaupun rada ngeselin dikit, calon mantu idaman bunda " Ujar Aksa.

"Tapi sayangnya kita beda " Lanjut Aksa.

"Lo sesayang itu sama Kaell? " Varel menaikan satu alisnya.

"Banget malah " Varel menggelengkan kepalanya.

"Kalau sayang, lo perjuangin. Lagian lo sama Kaell ga mungkin sampai nikah, kan? "

"Kalau bisa sih gue perjuangin sampe nikah " Celetuk Aksa.

"Kalau kalian nikah, pasti salah satu dari kalian yang ngalah. Lo ga mungkin ngalah, kan? Pasti Kaell yang ngalah. Saingan lo agamanya. " Varel menatap Aksa dengan pandangan serius.

"Kalian berdua ngomongin apa? " Ucap Dion yang menghampiri mereka.

"Ngomongin ibu ketua " Jawab Aksa.

"Waketos mana? " Tanya Varel.

"Ngape lo nanya-nanya waketos gue? " Sewot Dion.

"Nanyain Ellena itu mah. Si Karina kan dari tadi sama Ellena " Kata Aksa.

"Buset, Rel?! Lo demen ama mulut cabe?!" Heboh Dion.

"Dari pada lo, demen sama waketos ngeselin tukang razia itu " Varel menunjuk Karina dengan dagunya.

"Emang paling bener gue ama Kaell "

"BEDA AGAMA! " sembur Dion dan Varel berbarengan.

***

Pukul tujuh malam. Sudah dari lima belas menit yang lalu Reza, Kaell, Karina, dan Ellena selesai mengerjakan tugas.

Rencananya malam ini mereka akan bakar-bakaran. Bukan bakar rumah, ya!

"Za! Za! " Panggil Senja.

"Ha? Apaan? " Sahut Reza dengan mata yang masih terfokus ke ponsel.

"Kiri-kiri! Itu ada senjata! " Heboh Senja.

"Mana, njing? " Tanya Reza.

"Buta mata lo! Itu anjeng! " Greget Senja.

"Nah iya! Sabar gue ambil dulu"

TOKANES || tongkrongan kapel ngenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang