9. "milik saya"

19 6 1
                                    

🌷🌷🌷
☰ ☱ ☲ ☳
🌷🌷🌷

***

Seorang gadis berambut lurus sepunggung itu dengan ramah menyambut kedatangan para murid di depan gerbang sekolah.

Di sampingnya berdiri sang ketua osis. Siapa lagi kalau bukan Ardion Dinantha?

Tak berselang lama. Sebuah mobil rubicon hitam masuk ke halaman sekolah. Seorang pria berumur kurang lebih empat puluh tahun itu keluar dari mobilnya.

Pintu samping juga terbuka. Seorang laki-laki remaja dengan wajah yang babak belur.

Dion dan Karina langsung menghampiri mobil itu dan dengan sopan menyalimi pria tua itu.

Pria itu adalah pemilik sekolah. Dan cowok remaja itu adalah Varel. Yah, Arghavarel Varendra.

Dion sedikit heran dengan wajah temannya yang dipenuhi oleh lebam.

Sepulang menghantar Karina kemarin, mereka berempat sempat nongkrong hingga jam dua subuh. Wajah Varel mulus, tak ada luka sedikitpun.

Dion menatap Varel. Ditatap seperti itu oleh temannya, Varel memberi kode kepada Dion.

Dion mengerti dan pamit untuk melanjutkan tugasnya sebagai ketua osis.

Varel menghela nafas lega.

"Ragasta sialan. " Gerutu Varel dalam hati.

"Pulang nanti bersama Papa. Papa tunggu di ruangan kepala sekolah. " Ucap Ayah Varel.

"Baik tuan Ragasta. " Tekan Varel dan melangkah menuju kelas.

Ragasta menatap putranya seperti menatap dirinya yang dulu. Keras.

Ia mendidik putra tunggalnya seperti ayahnya mendidiknya.

Belum sempat melangkahkan kakinya. Dua orang laki-laki menyapanya dengan senyum ramah.

"Pagi pak" Sapa mereka.

"Selamat pagi. Sudah jam tujuh, sebaiknya kalian cepat masuk ke dalam kelas" Ujar Ragasta seraya melihat jam di tangan kirinya.

"Baik, pak " Ucap mereka.

"Varel bareng sama bapak? " Tanya Aksa.

"Tadi bersama saya. Tetapi sudah masuk ke dalam kelas" Jawab Ragasta.

Aksa dan Reza agak kikuk dengan bahasa Ragasta yang menggunakan bahasa baku.

"Kalau gitu kami ke kelas dulu. Mari pak" Ucap Reza.

Mereka berdua melangkah masuk ke dalam gedung sekolah.

Ragasta pun segera melangkah ke ruang kepala sekolah.

***

Bel berbunyi menandakan jam pertama telah di mulai.

Pak David memasuki ruang kelas sebelas IPA 2.

"Selamat pagi bestie!! " Seru pak David.

"PAGII PAK DAVID!!!! " heboh semua murid.

David Dirgantara. Laki-laki berusia dua puluh dua tahun itu baru saja menjabat sebagai seorang guru matematika.

David meletakan jari telunjuk di bibirnya.

"Jangan ribut. Pemilik sekolah lagi ada kunjungan" Tegur David.

TOKANES || tongkrongan kapel ngenesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang