Tinggalkan cerita ini jika membuatmu lalai dalam beribadah. Jadikan Al-Qur'an Sebagai Bacaan Utama💗
Jangan lupa vote dan follow akun aku untuk mengetahui notifikasi update. Share juga ke teman-teman kalian ya! Terima kasih💗
Happy Reading
⛴️⛴️⛴️
Tiga minggu berlalu dengan sangat cepat. Kini aku sudah tidak lagi bertugas di poli akan tetapi di bangsal. Sudah mulai terasa capeknya, padahal baru minggu pertama. Satu hal yang membuat aku lebih capek adalah ketika mengetahui sebuah fakta bahwa dokter Faris merupakan residen anak. Kami baru bertemu ketika aku bertugas di bangsal. Jika kalian belum mengetahui istilah bangsal. Bangsal merupakan ruang rawat inap, sama seperti ruangan rawat inap ayah 3 minggu yang lalu.
Aku merutuki dunia yang sesempit ini, mengapa kebetulan ini bagiku sangat tidak menyenangkan? Jantungku selalu berdetak lebih cepat ketika harus berhadapan dengan Dokter Faris, tapi debarannya berbeda dari biasanya. Entah aku juga bingung.
Ayah juga mulai diantar dan dijemput oleh ajudannya ketika berangkat dan pulang kerja. Beliau tidak lagi mendebat saran dari Mas Rafi ketika aku meyakinkan bahwa aku sudah tidak apa-apa. Mungkin ada kalanya rasa takut itu kembali muncul, akan tetapi tidak separah dulu. Aku sudah mulai bisa berdamai.
Hari ini hari minggu dan aku baru saja pulang dari jaga malam. Setelah melaksanakan sholat subuh, petugas malam yang telah bertugas di bangsal biasanya menyiapkan rekam medis pasien rawat inap dan bersiap untuk melakukan operan dengan petugas yang akan jaga pagi.
Seperti kini yang aku lakukan bersama teman-temanku. Kami mengumpulkan rekam medis pasien dan tak membedakan mana pasien yang akan pulang dan pasien yang baru masuk. Hal tersebut untuk memudahkan dokter ketika akan visit pasien nanti. Kami juga membedakan rekam medis berdasarkan dokter penanggung jawab masing-masing pasien.
Seperti biasa, setelah menyiapkan rekam medis pasien aku akan menghubungi Mas Rafi untuk minta dijemput. Sekalian aku akan belajar mobil lagi, karena hari ini hari minggu dan sudah pasti Mas Rafi libur. Aku juga sengaja tidak sarapan dan akan mengajak Mas Rafi ke car free day hari ini.
Setelah bersiap memasukkan seluruh barang ke dalam tas dan memastikannya sudah tidak ada yang tertinggal, kami melakukan oper dengan petugas yang akan jaga pagi. Mas Rafi juga sudah menghubungi bahwa dia sudah berada di tempat parkir mobil. Aku sudah mengganti pakaian sekaligus bersih diri sebelumnya, berganti untuk memakai pakaian olahraga.
Aku berjalan melangkahkan kaki menuju parkir mobil dan mencari di mana letak mobil Mas Rafi. Aku menemukannya kemudian melangkahkan kaki menuju ke sana. Betapa kagetnya ketika aku melihat Ayah juga ikut duduk di samping kursi kemudi dengan Mas Rafi di kursi kemudi.
“Assalamualaikum, pagii Alesha. Capek banget ya? Kok malah ngajak ke car free day bukannya istirahat?” sapa Ayah sekaligus bertanya heran karena aku mengajak Mas Rafi ke car free day.
“Pagi juga ayah, nggak capek kok biasa aja. Aku sengaja ngajak Mas Rafi soalnya pengen jajan. Hehe.” Aku mencium punggung tangan Ayah dan juga Mas Rafi kemudian memberikan alasan mengapa aku mengajak Mas Rafi untuk ke car free day hari ini.
“Ayah mah kayak nggak tahu Alesha. Bilangnya mau bakar kalori, tapi yang ada malah nambah kalori karena banyak jajannya daripada olahraganya,” ledek Mas Rafi yang tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah juga.
“Selain itu kan bisa quality time, kapan lagi bisa sarapan bareng kalau aku lagi jaga malam?” elakku. Kami memang sudah tidak punya waktu untuk sarapan bareng ketika aku harus jaga malam.
Mas Rafi mulai melajukan mobilnya untuk keluar dari parkiran dan menuju ke jalan raya. Ayah dan Mas Rafi sudah siap dengan pakaian olahraga mereka, begitu juga aku. Aku sengaja membawa pakaian olahraga sejak semalam dan berganti di rumah sakit.
Mobil yang dikendarai Mas Rafi memasuki lapangan KODAM, tempat yang biasanya digunakan untuk Car Free Day.
“Kayaknya sarapan dulu lebih enak deh,” usul Ayah.
Mas Rafi tertawa, “Kayaknya yang berniat untuk kulineran bukan Alesha deh, Ayah ini yang mau kulineran.”
“Nah, Mas Rafi yang keburu suudzon sama aku. Padahal kan aku mau lari dulu. Tapi gapapa deh kalau mau makan dulu. Aku juga gak nolak kok,” sahutku yang disambut oleh senyuman oleh Ayah.
“Yaudah karena Mas kalah suara, Mas ngikut sama Ayah sama Alesha aja. Kita makan dulu baru jalan. Tapi jangan mengeluh kalau pada sakit perut ya nanti.” Himbau Mas Rafi.
Sebagian besar orang akan mengalami sakit perut ketika makan dulu sebelum olahraga. Orang jawa biasanya bilangnya “SUNDUKEN”. Karena kondisi perut yang penuh kemudian digunakan untuk olahraga maka akhirnya perut akan mengalami sakit.
“Eh, jalan sama lari dulu aja deh. Biar gak sakit perut dan biar gak lapar lagi,” usulku setelah memikirkan apa yang diucapkan oleh Mas Rafi.
“Yaudah, iya. Ayah juga ikut aja, kita jalan sama lari baru makan nanti.” Akhirnya ayah menyetujui untuk olahraga terlebih dahulu.
Pada akhirnya aku hanya berjalan santai setelah kelelahan berlari dua kali putaran, sedangkan Ayah dan Mas Rafi entah sudah berapa kali berlari berputar. Aku heran dengan stamina mereka berdua terlebih Ayah, di usianya yang sudah tidak muda lagi beliau masih sangat kuat. Mungkin karena sejak usia muda sudah terbiasa bergerak dan juga hidup di dunia militer.
“Ayok Lesh, lari lagi. Kok malah duduk,” panggil Mas Rafi ketika melihat aku malah duduk di tepi lapangan sambil minum air yang telah aku bawa.
“Capekk, Ayah sama Mas Rafi larinya cepet banget. Udahan yuk, aku laper. Abis ini beberes rumah bareng ya, hari ini aku libur kok. Besok masuk pagi tapi. Trus nanti pulangnya aku yang nyetir, udah mulai mahir lho.” Aku mengangsurkan botolku pada Mas Rafi.
“Ayo berdiri, katanya mau sarapan. Ayah sudah di sana tuh!” Mas Rafi menarik tanganku agar segera berdiri menuju ke food court untuk mencari sarapan. Ayah sudah menunggu di sana.
“Ayah tadi katanya mau bilang sesuatu,” lanjutnya yang hanya aku balas dengan anggukan.
“Mas beneran gak mau kenalan lebih dekat sama Arsyila?” tanyaku pada Mas Rafi.
“Iya nanti kita bicara,” lanjutnya. Tiba-tiba perasaanku nggak enak. Apa ini ada hubungannya denganku juga?
⛴️⛴️⛴️
To Be ContinuedJangan lupa vote dan komen. Terima kasih sudah berkenan membaca🌸
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Terakhir
SpiritualAlesha Dzakiya, perempuan dengan sejuta trauma yang dimilikinya. Seorang mahasiswi program studi pendidikan dokter yang baru saja menyelesaikan studinya. Sebentar lagi akan melaksanakan koas sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar dokter...