Tinggalkan cerita ini jika membuatmu lalai dalam beribadah. Jadikan Al-Qur'an Sebagai Bacaan Utama💗
Jangan lupa vote, komen, dan follow akun aku untuk mengetahui notifikasi update. Share juga ke teman-teman kalian ya! Terima kasih💗
Happy Reading
⛴️⛴️⛴️
Mas Rafi
Alhamdulillah, kalian berdua mau nadzor kapan?
Tak butuh waktu yang lama hingga Mas Rafi membalas pesan jawabanku yang ada di grup. Sepertinya Mas Rafi menjadi orang yang paling antusias tentang prosesi ta'aruf yang sedang aku jalani dengan Dokter Faris.
Alesha
Mulai besok sampai akhir pekan aku dinas pagi karena ujian akhir stase, mungkin bisa diatur waktu sore atau malam. Menyesuaikan sama waktunya Ayah, Mas, sama Dokter Faris aja bisanya kapan. Pokoknya jangan pagi.
Aku membalas pesan dan memberikan saran waktu agar dilakukan sore atau malam saja. Minggu depan aku sudah mulai memasuki ujian akhir di stase anak sebelum minggu depannya lagi berpindah stase. Mengenai stase selanjutnya belum dapat informasi.
Aku membuka room chat dengan Arsyila setelah membalas pesan di grup ta'aruf. Progress ta'aruf Arsyila dengan Mas Rafi lebih cepat, sepertinya sebentar lagi mereka akan menentukan tanggal untuk pernikahan.
Alesha
Belum selesai dinas?
Hari ini dia kebagian dinas pagi, masuk ruang operasi lagi dan lagi. Karena stase bagian pertama kami sama-sama di stase besar yang mana aku di stase anak dan Arsyila di stase bedah, kemungkinan ujian kita di minggu depan juga akan bersamaan waktu pelaksanaannya.
Alih-alih menjawab pesan yang aku kirim, Arsyila justru melakukan panggilan video. Aku mengambil jilbab instan yang berwarna senada dengan piyama yang aku pakai hari ini, sebelum mengangkat panggilan video dari Arsyila.
"Halo, Syil!" sapaku setelah panggilan video tersebut tersambung.
"Haii, aku barusan keluar dari ruangan operasi. Hari ini full dari pagi sampai sekarang," jawab Arsyila di seberang sana. Dia masih mengenakan pakaian operasinya, tapi sudah duduk santai di ruangan dokter muda.
"Belum mau pulang? Nonton yuk, aku mau cerita. Pulang jam berapa?" Aku mengajak Arsyila untuk keluar dan menceritakan segala keluh kesah kami berdua.
"Ashar-an dulu, terus pulang. Udah pesen tiket belum? Pesan yang jam 7 aja biar bisa sholat isya dulu," usul Arsyila.
"Kamu gak capek? Eh tapi besok libur kan ya, Senin ujian. Takut banget gak bisa jawab," Aku meringis.
"Santai, aku ke rumah kamu dulu apa gimana?" tanya Arsyila. Bioskop tempat kami menonton berada di antara rumahku dan rumah Arsyila, sedangkan rumah sakit tempat kami coass berada di arah yang berlawanan. Jadi Arsyila akan selalu melewati komplek perumahanku jika akan menuju ke rumah sakit.
"Boleh, mandi di sini aja sekalian. Bawa baju ganti kan? tanyaku yang dijawab anggukan oleh Arsyila.
"Yaudah kalau gitu, aku tutup dulu telponnya. Abis ini otw ke rumah. Assalamu'alaikum" pungkas Arsyila kemudian menutup panggilan video tersebut setelah aku menjawab salamnya.
⛴️⛴️⛴️
Aku baru saja mengambil cucian kering yang telah aku cuci tadi siang. Panasnya Surabaya cukup membuat jemuran kering hanya dalam waktu jam, apalagi telah dimasukkan ke dalam mesin pengering.
Sampai aku mendengar suara bel pintu utama ditekan, aku yakin pasti Arsyila. Ketika aku membuka pintu, rupanya Mas Rafi yang pulang. Hari sabtu biasanya Mas Rafi akan pulang lebih cepat.
"Mas lupa gak bawa kunci," dia nyengir kemudian melangkahkan kaki ke dalam rumah. Kami memang selalu membiasakan mengunci pintu sekalipun sedang bertiga di dalam rumah. Sudah pasti juga membawa kunci cadangan masing-masing ketika keluar rumah.
"Hari ini aku nggak masak, mau jalan sama Arsyila. Nonton, ikut gak?" tanyaku.
"Kalian mau quality time, mas gak mau ganggu. Mas juga lagi capek, nanti delivery aja sekalian nunggu Ayah pulang," putusnya kemudian melangkah menuju kamar.
Baru satu langkah memasuki pintu kamarnya, Mas Rafi kembali menginterupsi. "Mau nazdor sama Faris kapan? Besok libur kan, besok aja ya?" tanya Mas Rafi.
"Bebas, Mas atur aja aku ngikut." Aku menjawab kemudian kembali melangkahkan kaki menuju ruang laundry untuk melanjutkan menyetrika cucian tadi siang.
Arsyila sampai di rumah ketika jam dinding menunjukkan pukul 5 sore dan aku telah selesai berkutat dengan setrika untuk menyetrika cucian tadi siang. Dia bilang harus presentasi kasus operasi tadi pagi-sere yang diminta dengan mendadak oleh residennya.
Setelah bersiap dan bebersih diri, akhirnya kami tancap gas menuju bioskop tepat setelah sholat maghrib. Karena waktu menonton kita masih jam 7, akhirnya kami memutuskan untuk melipir ke ramenku untuk makan.
"Gimana?" tanya Arsyila mengawali pembicaraan.
"Aku sudah baca seluruh CV Dokter Faris, Syil. Ternyata kita sama, sama-sama punya trauma di masa lalu. Aku juga berkali-kali istikharah sejak sebelum membaca CV-nya, jawabannya aku semakin yakin. Kayak gak tau ya, perasaan ini belum pernah aku alami sebelumnya. Dia pernah dilukai mamanya, waktu kecil pokoknya makanya dia gak percaya sama perempuan. Tapi permasalahan lebih lengkapnya dia belum cerita sih," ungkapku pada Arsyila. Kami sedang menikmati ramen masing-masing sambil saling bercerita.
"Yaudah, berarti memang hatimu sudah yakin. Trus progresnya sekarang sudah sampai mana? tanya Arsyila.
"Sudah aku kasih jawaban buat nadzor, kayaknya besok soalnya kita semua pada libur. Kalau kamu sama Mas Rafi gimana?" tanyaku.
"Sudah, tinggal menentukan tanggal resmi khitbah sama tanggal resmi akad nikahnya kapan. Tapi gak bisa cepet, soalnya harus pengajuan nikah kantor dulu," jawabnya yang aku balas dengan anggukan kepala. Gak heran, sebagai calon jalasenastri Arsyila harus mengikuti serangkaian tes agar lulus dan bisa pengajuan nikah kantor. Nikah dengan TNI itu ribet dan mentalnya harus tangguh. Maka dari itu aku sama sekali tidak memiliki keinginan untuk menjadi istri TNI. Berat gais.
Aku tidak jadi berperan sebagai perantara ta'aruf mereka berdua, tapi hanya dijembatani oleh Ayah. Jadi aku tidak tahu pasti bagaimana progres mereka berdua. Aku sudah terlalu pusing memikirkan permintaan dari Dokter Faris kemarin.
"Aku jadi berpikir, bisa gak sih nikah kita barengan?" gurauku.
"Bisa sih bisa, semoga lancar semuanya ya niat baik yang akan kita lakukan," ucap Arsyila yang aku balas dengan mengaminkan.
Setelah selesai menghabiskan semangkuk ramen kita masing-masing, aku dan Arsyila menuju ke mushola mall untuk menunaikan sholat isya'. Setelah makan dan sholat, kami bisa tenang melanjutkan menonton film di bioskop meski sampai 2 jam lamanya.
"Mau langsung pulang?" tanya Arsyila. Kami baru saja keluar dari bioskop dan jam tangan di pergelangan telah menunjukkan pukul 9.
"Ke gramedia bentar yuk, mau beli buku tentang persiapan pernikahan lagi. Buku yang kemarin sudah selesai aku baca. Kamu mau beli juga gak?" tanyaku balik kepadanya
"Ayok gak, sejam lagi mau tutup nih!" Arsyila menarik tanganku untuk menuju ke gramedia setelah melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Mall di sini memang biasanya akan tutup tepat pukul 22.00.
⛴️⛴️⛴️
To Be Continued
Jangan lupa vote dan komen! Terima kasih sudah mampir
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Terakhir
SpiritualAlesha Dzakiya, perempuan dengan sejuta trauma yang dimilikinya. Seorang mahasiswi program studi pendidikan dokter yang baru saja menyelesaikan studinya. Sebentar lagi akan melaksanakan koas sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar dokter...