"El-Roi, kita harus melakukan sesuatu!" teriak Alleia di tengah hiruk-pikuk badai. "Ini bukan hanya badai biasa. Roh-roh sedang bergejolak!"
"Fokus pada anak-anak! Aku akan menangani puing-puing!" seru El-Roi tegas.
Saat dia bekerja, Alleia merasakan ada sesuatu yang mendesak di dalam dirinya. Dia dapat merasakan roh-roh elemen bergulat dengan rasa sakit mereka, tangisan mereka bergema di dalam pikirannya.
Dia tahu bahwa badai tersebut adalah manifestasi dari kemarahan mereka - sebuah cerminan dari kekacauan yang telah mengakar di antara mereka.
Dengan tekad yang membara, Alleia mengambil keputusan. Aku harus menjangkau mereka, batinnya. Dia belum pernah mencoba berkomunikasi dengan roh-roh selama badai sebelumnya, tapi dia tidak bisa membiarkan rasa takut menahannya.
Sambil menarik napas dalam-dalam, ia memejamkan matanya lagi, berkonsentrasi pada energi yang berputar di sekelilingnya. Dia mengulurkan tangan kepada roh-roh tersebut, suaranya terdengar seperti bisikan lembut di tengah-tengah badai yang mengamuk.
"Aku di sini. Aku ingin menolong kalian. Tolong, biarkan aku masuk."
Tiba-tiba, angin melolong lebih keras, dan hujan turun dengan deras. Badai tampak berhenti sejenak, udara terasa sangat tegang.
Alleia dapat merasakan roh-roh yang berputar-putar di sekelilingnya, kehadiran mereka menimbulkan badai emosi. Dia dapat melihat bayangan di dalam pikirannya - rasa sakit mereka, ketakutan mereka, dan konflik yang mengakar di antara elemen-elemen tersebut.
"Tolong, biarkan aku membantumu menemukan kedamaian!" teriak Alleia, suaranya meninggi di atas badai.
Pada saat itu, kilatan cahaya yang menyilaukan muncul dari langit, menerangi desa yang gelap. Badai terus berkecamuk, tetapi rasa urgensi baru muncul dalam diri Alleia.
Dia tahu bahwa untuk menyelamatkan desanya dan mengembalikan keseimbangan elemen-elemen di sana, dia harus mengungkap kebenaran di balik konflik yang menyebabkan kekacauan ini.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Apa kamu tahu bahwa dalam diri kita tersimpan varian emosi yang perlu dikeluarkan demi pertumbuhan diri?
Semua ada momennya.
Tentang marah, lalu tenang.
Tentang sedih, lalu senang.
Tentang luka, lalu pulih.Saat terjadinya keguncangan atau kekacauan oleh karena permasalahan hidup, satu2nya yang akan langsung turun untuk menemani dan berjuang adalah diri sendiri.
Setiap prosesnya.
Setiap perjalanannya.
Setiap waktu.
Setiap energi.
Bagaimana amigdala bisa ditutup agar korteks mengambil alih.Itu tidak mudah.
Itu sulit.
Tapi kita dimampukan dengan bekal pengalaman lewat pelajaran hidup yang kita alami waktu demi waktu.
Maka dari itu, kita memiliki kekuatan yang terbentuk dari proses hidup dan menjadikan kita tahan uji.Perlu diingat, selalu ada
pemulih/penyembuh (the healer) yang dikirim oleh Semesta (Tuhan) saat kita mengalami badai hidup.
Karena itu, percaya dengan dirimu, bahwa kamu mampu, dan sangat bisa untuk melewati badai ini.Terima kasih sudah meluangkan waktu untuk membaca cerita ini.
Aku akan update setiap harinya sampai selesai.16.08.24 (15.05)
YOU ARE READING
The Wounded Sky (END).
FantasySaat tetes pertama hujan mulai turun, Alleia membuka mata dengan tekad berkobar di dalam dirinya. Dia dapat merasakan keresahan para roh yang berteriak minta tolong, terbelah antara kemarahan dan kedamaian yang pernah mereka kenal. Sebuah kekuatan...